SWF Singapura Lepas 2,07 Juta Saham Bank Jago

Sebelum transaksi penjualan, GIC Private Limited memiliki 1.278.260.418 saham ARTO atau 9,23 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Mei 2022, 06:14 WIB
Bank Jago dikembangkan sebagai bank berbasis teknologi untuk nasabah segmen pasar Ritel, Usaha Kecil dan Menengah, serta Mass Market. (Dok Bank Jago)

Liputan6.com, Jakarta - Sovereign Wealth Fund (SWF) asal Singapura yaitu GIC Private Limited, mengurangi kepemilikan saham PT Bank Arto Tbk (ARTO).

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), GIC Private Limited melepas 2.075.000 saham ARTO. Informasi tersebut disampaikan melalui laporan laporan kepemilikan saham oleh PT Ficomindo Buana Resistrar pada 24 Mei 2022.

Sebelum transaksi penjualan, GIC Private Limited memiliki 1.278.260.418 saham ARTO atau 9,23 persen.

Kemudian, SWF asal Singapura tersebut menjual 2.075.000 saham ARTO, tetapi belum disebutkan harga pelepasan saham ARTO tersebut. Usai transaksi tersebut, GIC Private Limited memiliki 1.276.184.518 saham ARTO atau setara 9,21 persen per 23 Mei 2022.

GIC Private Limited melepas saham ARTO di tengah koreksi harga yang terjadi pada 2022. Mengutip data RTI, sepanjang 2022, saham ARTO sudah melemah 52,03 persen. Saham ARTO berada di level tertinggi Rp 19.500 dan terendah Rp 6.600 per saham. Saham ARTO mencatat volume perdagangan 3.409.272.448 saham dengan nilai transaksi Rp 51,8 triliun. Total frekuensi perdagangan 1.422.028 kali.

Pada periode 23-25 Mei 2022, saham ARTO turun 8,36 persen ke posisi Rp 7.675 per saham. Pada perdagangan Rabu, 25 Mei 2022, saham ARTO merosot 2,85 persen ke posisi Rp 7.675 per saham. Saham ARTO berada di level tertinggi Rp 7.950 dan terendah Rp 7.425 per saham. Total volume perdagangan 21.428.327 saham dengan nilai transaksi Rp 163,8 miliar. Total frekuensi perdagangan 10.618 kali.

Pemegang saham Bank Jago per 28 April 2022 antara lain PT Metamoforsis Ekosistem Indonesia sebesar 29,80 persen, PT Dompet Karya Anak Bangsa sebesar 21,40 persen, Wealth Track Technology Limited sebesar 11,68 persen, GIC Private Limited sebesar 9,25 persen, masyarakat umum 27,87 persen.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


GIC Masuk Melalui Rights Issue ARTO

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, GIC masuk menjadi pemegang saham ARTO melalui mekanisme rights issue  atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).  

GIC akan menyerap 1,19 miliar HMETD dengan nilai USD 225 juta atau setara Rp 3,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS). Jika GIC menyerap saham tersebut maka akan menggenggam 9,67 persen saham ARTO.

GIC akan menerima pengalihan HMETD dari PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia yang dimiliki bankir Jerry Ng dan PT Dompet Karya Anak Bangsa (DKAB). GIC menerima pengalihan HMETD masing-masing 1,086 miliar dari MEI dan PT Dompet Karya Anak Bangsa sebanyak 104,80 juta.

Berdasarkan pengumuman perseroan pada Maret 2021, pemegang saham baru ARTO alami perubahan seiring pelaksanaan rights issue. ARTO mengumumkan ada GIC Private Limited sebagai pemegang saham 9,12 persen.

 


Kinerja Kuartal I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan pembalikan kinerja pada awal 2022. Perseroan mengantongi laba bersih setelah pajak sebesar Rp 19 miliar. Capaian itu berbanding terbalik dengan kuartal I-2021 yang masih mencatatkan rugi.

Sejalan dengan pemulihan ekonomi, Bank Jago menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah sebesar Rp 6,14 triliun pada kuartal I-2022, meningkat 376 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya atau year on year (yoy) sebesar Rp 1,29 triliun.

Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar mengatakan, Jago Syariah yang baru diluncurkan pada September 2021 juga telah berkontribusi secara optimal. Yakni dengan nilai pembiayaan sebesar Rp 2,4 triliun pada akhir kuartal I-2022.

“Segmen konvensional dan syariah berhasil tumbuh secara cepat dan merata. Hal ini ditopang oleh model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital. Penyaluran kredit dan pembiayaan syariah secara cepat merupakan cerminan dari keinginan kami untuk berkontribusi dalam pemulihan ekonomi Indonesia,” ujar Kharim dalam keterangan resmi, Kamis, 28 April 2022.

Pertumbuhan agresif pada kredit dan pembiayaan syariah ditopang oleh kolaborasi dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending).

Kolaborasi partnership lending melengkapi integrasi Bank Jago dengan super-app Gojek, aplikasi reksadana online Bibit, dan platform trading online Stockbit. Sampai dengan akhir kuartal I-2022, Bank Jago telah berkolaborasi dengan 32 institusi.

Walaupun tumbuh secara cepat dan efisien, Bank Jago tetap menjaga risiko kredit dan pembiayaan syariah yang rendah. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross berada di level 1,5 persen dan NPL nett berada di level 0,4 persen. Rasio ini jauh di bawah rata-rata industri perbankan nasional.

 


DPK

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Sejalan dengan pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah yang tinggi, pendapatan bunga dan pendapatan syariah meningkat 729 persen secara yoy menjadi Rp 347 miliar pada kuartal I-2022.

Sementara itu beban bunga dan beban syariah tercatat sebesar Rp 31 miliar, naik 267 persen dari tahun sebelumnya. Dengan demikian pendapatan bunga bersih tercatat Rp 316 miliar atau tumbuh 845 persen yoy.

Rendahnya beban bunga ditopang perbaikan struktur biaya dana berkat kehadiran aplikasi Jago yang diluncurkan pada April 2021 dan Jago Syariah pada Februari 2022. Jumlah nasabah funding hingga akhir Maret 2022 mencapai 2,3 juta nasabah, tumbuh 71 persen dibandingkan akhir 2021 yang tercatat 1,4 juta nasabah.

Hal ini mendorong dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 340 persen menjadi Rp 4,21 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun aplikasi Jago mendorong peningkatan pendanaan hingga mendominasi dana pihak ketiga (DPK).

Current account savings account (CASA) meningkat 817 persen secara yoy menjadi Rp 2,29 triliun, sedangkan deposito tumbuh 172 persen menjadi Rp 1,92 triliun. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya