Epidemilog Sebut Perlu Edukasi tentang Cacar Monyet Guna Antisipasi Penyebaran Hoaks

Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran berita bohong atau hoaks tentang cacar monyet.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 27 Mei 2022, 11:34 WIB
Layar televisi menampilkan suhu badan penumpang yang berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (15/5/2019). Selain menggunakan thermal scanner, petugas KKB Bandara Soetta juga melakukan pengamatan secara visual kepada penumpang yang datang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengingatkan perlunya edukasi sedini mungkin terkait cacar monyet guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat.

Menurut dr Yudhi, hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran berita bohong atau hoaks tentang cacar monyet.

"Menurut saya pemerintah sudah belajar banyhttps://www.liputan6.com/tag/hoaksak dari pandemi COVID-19 sehingga akan berjalan dengan sangat baik. Termasuk juga antisipasi beredarnya hoaks atau berita bohong, ini perlu diperhatikan," kata dr Yudhi dilansir dari Antara, Jumat (27/5/2022).

Meski belum ditemukan kasus cacar monyet di Indonesia, Yudhi berpendapat, edukasi sejak dini kepada masyarakat sangat diperlukan.

"Mengingat saat ini sudah banyak negara yang melaporkan penyakit cacar monyet tersebut," ucap dr Yudhi.

Pengajar di Fakultas Kedokteran Unsoed itu menambahkan, sosialisasi dan edukasi mengenai cacar monyet dapat digencarkan sebagaimana yang pernah dilakukan pada penyakit hepatitis akut.

"Terkait dengan sosialisasi dan edukasi penyakit ini 

Dengan adanya berbagai program yang dipersiapkan sejak dini, kata dia, diharapkan dapat mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut.

"Terlebih lagi saat ini pemerintah terus meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan cacar monyet atau 'monkeypox' yang dibawa oleh para pelaku perjalanan domestik maupun mancanegara di dalam negeri," katanya.

Selain itu, kata dia, pemerintah juga harus memperkuat surveilans kewaspadaan dini dan respons cepat serta koordinasi yang terpadu dan seterusnya.

"Pada intinya meskipun belum ada kasus cacar monyet di Tanah Air namun langkah antisipasi yang menyeluruh tetap perlu diintensifkan," tamba dr Yudhi.

Sementara itu, virolog dari Unsoed Dr. Daniel Joko Wahyono MBiomed mengatakan virus cacar monyet merupakan penyakit yang mirip dengan virus cacar manusia atau "smallpox".

"Penyakit virus cacar monyet ini termasuk penyakit virus yang baru atau 'emerging virus disease' yang mempunyai kemampuan menular atau menginfeksi pada inang baru yaitu dari inang asal monyet ke manusia," katanya.

Biasanya, kata dia, penularan penyakit virus cacar monyet ini karena adanya interaksi dengan monyet yang sakit.

"Sementara penularan antarmanusia bisa terjadi jika melakukan kontak erat dengan penderita cacar monyet melalui cairan dari saluran pernafasan, terkena luka cacar penderita maupun menyentuh benda yang terkontaminasi virusnya," ucap dr Daniel.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya