Liputan6.com, Jakarta - Penerimaan pajak negara hingga April 2022 sudah mencapai Rp 567,69 triliun. Angka penerimaan pajak ini 44,88 persen dari target penerimaan APBN sepanjang tahun ini.
Direktur Potensi Penerimaan dan Kepatuhan Pajak Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen) Kementerian Keuangan Ihsan Priyawibawa menjelaskan, dalam 4 bulan ini, penerimaan di bulan Februari menjadi yang paling tinggi. Penerimaan pajak di Februari tercatat Rp 245,2 triliun.
Advertisement
"Kalau dilihat per bulan, ada lonjakan tinggi di bulan April," kata Ihsan kata di Jakarta Selatan, Jumat (27/5/2022).
Lonjakan penerimaan di bulan April menjadi yang tertinggi karena jatuh tempo penyampaian SPT tahunan Badan, transaksi ekonomi yang meningkat selama bulan Ramadan dan Lebaran. Termasuk pergeseran sebagian pembayaran PPh 21 atas THR di bulan April.
"Kita juga sadar ada transaksi ekonomi di lebaran. Ada juga pajak barang impor yang dilakukan pelaku ekonomi kita dan itu ada pajaknya," kata dia.
Sementara itu penerimaan pajak di bulan Januari, Februari dan Maret lebih rendah dari capaian di bulan April. Secara berturut-turut yakni Rp 109,1 triliun, Rp 90,3 triliun dan Rp 123,0 triliun.
Ihsan mengatakan penerimaan pajak sampai bulan April tersebut mengalami pertumbuhan 51,48 persen dibandingkan tahun lalu yang penerimaannya masih rendah akibat dampak pandemi Covid-19.
"Sampai April basis penerimaan pajak kita lebih baik dari tahun lalu yang masih rendah,"
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
RIncian Sumber Penerimaan
Sumber penerimaan tersebut berasal dari PPh nonmigas yang mencapai Rp 382,84 triliun atau telah mencapai 54,06 persen dari target. Pendapatan negara dari pos penerimaan PPh migas sebesar Rp 30,66 triliun atau telah me capai 64,8 persen.
Lalu dari sumber PPN dan PPnBM sebesar Rp 192,12 triliun atau 34,65 persen dari target. Sedangkan dari PBB dan pajak lainnya terkumpul Rp 2,43 triliun atau baru 8,17 persen dari target.
Staf Ahli Menteri Keuangan, Yon Arsal mengatakan perolehan kas negara sampai April 2022 sudah semakin mencapai target APBN. Pertumbuhannya tiap bulan pun meningkat.
"Kita lihat relatifli sudah cukup baik dan mudah-mudahan kita bisa terus pertahankan hingga akhir tahun," kata dia.
Secara umum lanjutnya, penerimaan pajak selama 4 buan terakhir konsisten, baik dari seluruh sektoral maupun per jenis pajaknya. Artinya pertumbuhan ekonomi sudah mulai membaik misalnya dari sisi perdagangan internasional yang tumbuh cukup kuat dan sangat baik.
"Pertumbuhan ekonomi sudah membaik karena todak semata-mata penerimaan kita tahun ini tidak hanya didorong dari sumber daya alam tetapi juga dari sektor-sektor lain," kata dia.
Advertisement
APBN Surplus Rp 10,3 Triliun di Kuartal I 2022
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat realisasi APBN pada kuartal I 2022 surplus Rp 10,3 triliun. Realisasi itu setara 0,06 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Surplus tersebut terjadi karena pendapatan negara pada 3 bulan pertama tahun ini mencapai Rp 501 triliun, sementara belanja negara tercatat sebesar Rp 490,6 triliun.
Realisasi APBN ini pun tumbuh positif 107,2 persen dibanding kuartal I 2021, ketika terjadi defisit Rp143,7 triliun.
"Ini artinya kondisi APBN kita positif, surplus sampai akhir kuartal I 2022. Tahun lalu sudah defisit 0,85 persen GDP pada posisi bulan Maret. Tahun ini kita masih surplus 0,06 persen dari GDP," terang Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (20/4/2022).
Sri Mulyani mengatakan, pemasukan pajak jadi kunci utama atas realisasi pendapatan negara senilai Rp 501 triliun pada triwulan pertama tahun ini.
Penerimaan
Penerimaan perpajakan pada kuartal I 2022 tercatat senilai Rp 401,8 triliun, terdiri atas penerimaan pajak Rp 322,5 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp 79,3 triliun. Sementara dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) realisasinya Rp 99,1 triliun.
Sedangkan dari sisi belanja realisasinya mencapai Rp 490,6 triliun. Terdiri dari belanja kementerian/lembaga sebesar Rp 150 triliun, belanja non-kementerian/lembaga Rp 164,2 triliun, dan belanja transfer ke daerah dan dana desa Rp 176,5 triliun.
Surplus APBN ini juga turut berdampak terhadap penurunan pembiayaan utang. Pemerintah hanya mengeluarkan Rp 139,4 triliun di kuartal I 2022, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 332,8 triliun.
"Pembiayaan utang merosot atau turun tajam yaitu 58,1 persen. Ini surplus dan pembiayaan utang merosot tajam, menggambarkan APBN mulai pulih kesehatannya," tukas Sri Mulyani.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement