Liputan6.com, Jakarta - Bulan lalu, peneliti Invezz.com menerbitkan sebuah studi yang melihat trader Bitcoin paling menguntungkan menurut negara dengan memanfaatkan statistik dari beberapa kumpulan data.
Penulis studi, Dan Ashmore menjelaskan satu set data yang berasal dari Chainalysis, menunjukkan 25 negara teratas di dunia berdasarkan perolehan Bitcoin (BTC) yang terealisasi pada 2020.
Advertisement
Ini menjadi latar belakang penelitian, karena tim peneliti invezz.com juga menggunakan statistik dari Worldometers dan Triple A. Sementara data menunjukkan Swiss saat ini memiliki trader Bitcoin paling menguntungkan di seluruh dunia, Prancis adalah negara teratas dalam hal “trader Bitcoin terbaik".
“Prancis Mengklaim Gelar Trader Bitcoin Terbaik, Swiss Memiliki Trader Paling Menguntungkan dengan Keuntungan USD 1.268 (setara Rp 18,2 juta) per Investor,” isi studi tersebut, dikutip dari Bitcoin.com, Jumat (27/5/2022).
Mengikuti Prancis dalam daftar negara, Republik Ceko dan Belgia berada di urutan kedua dan ketiga dalam hal negara perdagangan Bitcoin terbaik. Lalu ada Kanada, Belanda, Swiss, Jerman, Australia, Inggris, Amerika Serikat, Spanyol, Jepang, Ukraina, Korea Selatan, dan Italia.
Negara-negara terkenal lainnya termasuk Argentina, Vietnam, Polandia, Rusia, Thailand, Brasil, Turki, dan India. Dari semua negara yang terdaftar, trader Bitcoin Swiss yang berkuasa menyangkut keuntungan BTC.
“Swiss memiliki pedagang paling menguntungkan dengan keuntungan USD 1.268 per investor, namun dengan hanya 1,8 persen dari populasi negara yang berinvestasi dalam kripto, mereka terlempar ke urutan keenam. Republik Ceko juga serupa,” jelas studi tersebut.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Analis Sebut Bitcoin Berada di Zona Bahaya
Sebelumnya, Cryptocurrency terbesar, bitcoin naik sedikit tetapi masih diperdagangkan di bawah USD 30.000 atau sekitar Rp 439 juta selama hampir dua minggu sejak jatuhnya stablecoin UST.
Kripto utama lainnya juga reli terlambat untuk mencapai zona hijau, meskipun tidak banyak yang berhasil. Pada akhirnya mayoritas kripto teratas masih terjebak di zona merah, karena investor mencengkeram erat tren bearish untuk penghindaran risiko.
Pada saat penulisan, bitcoin diperdagangkan sekitar USD 29.700, naik 2 persen. Sedangkan Ethereum, kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar masih datar. Sementara XRP, SOL, dan koin meme SHIB masing-masing naik lebih dari 1 persen. Sejauh ini, harga Bitcoin telah turun selama delapan minggu berturut-turut.
Analis Pasar Senior Oanda The Americas, Edward Moya mengatakan bitcoin berada di zona bahaya karena sentimen untuk aset berisiko telah jatuh.
Meskipun begitu, ada sedikit berita positif untuk kripto yaitu Indeks Ketakutan & Keserakahan bitcoin, yang telah terjebak di zona "ketakutan" selama sebulan terakhir dan mencapai tingkat ketakutan terendah kedua yang tercatat dalam sejarah indeks minggu lalu, telah sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini menunjukkan sentimen bearish bisa berkurang, terutama jika bitcoin melewati USD 30.000. Tetapi Moya mengatakan penurunan imbal hasil Treasury, yang membuat kripto menarik telah gagal menggerakkan investor.
"Saat ini, tidak ada yang mau membeli penurunan ini. Bitcoin tidak dapat stabil sampai Wall Street terlihat tenang dan itu mungkin tidak akan terjadi untuk beberapa saat lagi,” pungkas Moya.
Di sisi lain, saham Nasdaq yang berfokus pada teknologi, anjlok 2,3 persen. Sedangkan untuk S&P 500 juga turun, meskipun lebih moderat.
Advertisement
Industri Kripto dan Blockchain Jadi Perhatian di Pertemuan Tahunan WEB 2022
Sebelumnya, kripto dan blockchain semakin mendapat tempat pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF). Pada agenda tahunan WEF yang digelar 22-26 Mei 2022 di Davos, Swiss, dihadiri para pemimpin ekonomi global membahas soal aset kripto dan pemanfaatan blockchain.
Aset kripto, blockchain dan digitalisasi layanan keuangan serta dampaknya pada berbagai sektor global menjadi topik utama selama pertemuan tahunan WEF 2022.
Ada beragam agenda yang digelar meliputi diskusi mengenai peran dari market keuangan terdesentralisasi (DeFi), peran mata uang digital bank sentral (CBDC), hingga bagaimana blockchain dapat diterapkan untuk memberantas kemiskinan dunia.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda, mengatakan masuknya aset kripto dan blockchain dalam pembahasan utama di agenda WEF 2022 menjadi hal yang baik untuk perkembangannya secara global, termasuk di Indonesia.
"Saya melihat ini adalah pencapaian sekaligus peluang. Aset kripto dan blockchain sudah tidak dipandang sebelah mata oleh para pemimpin ekonomi global. Kesempatan ini merupakan peluang untuk menciptakan nilai tambah yang baik.” kata pria yang akrab disapa Manda dalam keterangan tertulis, Jumat, 27 Mei 2022.
“Pokok pembahasan tersebut bisa menjadi acuan bagi perkembangan kripto dan blockchain ke depannya, termasuk di Indonesia,” lanjut Manda.
Manda juga menjelaskan kehadiran aset kripto tetap tumbuh, walau saat ini market secara keseluruhan sedang mengalami crash. Dia menuturkan, kripto semakin terintegrasi dengan perekonomian global, maka risiko-risiko seperti itu bisa jadi memiliki beberapa justifikasi.
Manda menuturkan, aset kripto bisa menjadi instrumen pelindung nilai yang baik, guna melawan risiko dari pasar lainnya. Dengan demikian, masih memungkinkan kripto dan teknologi blockchain berfungsi dengan berbagai cara dan melangkah lebih jauh lagi.
Potensi Pertumbuhan Kripto
"Fase adopsi kripto saat ini layaknya seperti hari-hari awal adopsi internet. Di tengah tren negatif makroekonomi, sejumlah pihak yang tetap mengakui market akan kembali bullish atau optimis dengan prospek jangka panjang industri kripto," tutur Manda.
"Pemerintah melihat pertumbuhan perdagangan aset kripto baik di Indonesia maupun di dunia sangat dinamis. Hal ini menimbulkan optimisme perkembangan aset kripto yang semakin baik ke depannya,” lanjut dia.
Meskipun begitu, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi sebelum kripto dan blockchain menjadi arus utama. Kurangnya pemahaman manajemen risiko hingga stigma negatif masih membayangi pertumbuhan industri kripto.
Para pelaku industri kripto akan terus berkolaborasi untuk menguatkan edukasi dan literasi aset kripto dan ekosistem blockchain kepada masyarakat Indonesia.
"Kita harapkan fokus utama kami bersama ini, bisa membuahkan hasil yang baik dan trust kepada masyarakat. Selain itu, semua stakeholder bersinergi untuk mempercepat kelengkapan ekosistem kelembagaan aset kripto di Indonesia agar maksimal menggali potensi industri kripto dalam negeri," tandas Manda.
Advertisement