Masa Jabatan Dirut BUMN Maksimal 10 Tahun, Anak Usaha Tak Masuk Hitungan

Sejumlah kalangan tengah mempertanyakan masa jabatan Direktur Utama BUMN, seperti PT Telkom Indonesia (Persero) yang kini dijabat Ririek Adriansyah.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mei 2022, 17:00 WIB
Gedung Kementerian BUMN (dok: Humas KBUMN)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah kalangan tengah mempertanyakan masa jabatan Direktur Utama BUMN, seperti PT Telkom Indonesia (Persero) yang kini dijabat Ririek Adriansyah. Ririek dinilai sudah melewati masa jabatannya menjadi orang nomor satu di Telkom. Apa benar begitu?

Associate Director BUMN Research Group LMUI Toto Pranoto mengatakan, masa jabatan Dirut BUMN berlangsung selama dua periode atau sepuluh tahun.

Hal ini tercantum dalam peraturan pemerintah (PP) nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN, khususnya Pasal 19 ayat 1 beserta penjelasannya mengatur bahwa anggota direksi BUMN diangkat untuk masa jabatan lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan.

Merujuk aturan tersebut, Toto menilai masa jabatan Dirut PT Telkom Indonesia (Persero) Ririek Adriansyah belum mencapai sepuluh tahun. Ririek sendiri baru menjabat sebagai Dirut Telkom selama tiga tahun setelah ditunjuk pada 24 Mei 2019 dan masih menjabat sampai saat ini.

"Masa jabatan maksimal dua periode atau 10 tahun itu untuk menjabat di BUMN yang sama," ujar Toto di Jakarta, Rabu (25/5/2022).

Toto menyampaikan, posisi Ririek yang pernah menjadi Direktur Utama PT Telkomsel pada periode 2014 hingga 24 Mei 2019 tidak masuk dalam hitungan lantaran Telkomsel merupakan anak usaha dari Telkom. Toto mengatakan, peraturan dua periode hanya diberlakukan jika seseorang menjabat pada BUMN yang sama.

"Tapi kalau kemudian dia pindah menjadi dirut di BUMN lain, maka argonya bisa dimulai dari nol lagi," kata Toto.

 


Bantahan Staf Menteri BUMN

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga juga menepis anggapan bahwa Ririek Adriansyah sudah habis masa jabatannya sebagai Dirut Telkom.

"Pak Ririek itu 2019 (diangkat jadi dirut). Pak Ririek itu sebelumnya di Telkomsel, bukan dirut Telkom. 2019 beliau di Telkom, ya masih bisa lah (jadi dirut Telkom)," ujar Arya kepada media di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, Selasa (17/5).

Arya menyampaikan dalam peraturannya, masa jabatan direksi BUMN hanya lima tahun dan dapat diperpanjang lima tahun lagi. Sementara Ririek, lanjut Arya, baru tiga tahun menjadi dirut Telkom.

"Kalau di PP-nya apa, lima tahun, setelah itu bisa diperpanjang lima tahun lagi. Masa periodenya 10 tahun, 2019 baru tiga tahun. Ini BUMN yang sama," uvap Arya.

Toh, lanjut Arya, sejauh ini tidak ada agenda pergantian direktur utama dalam RUPS PT Telkom Indonesia (Persero).

"Tapi kita belum tahu juga, kan nanti ada RUPS, tapi RUPSnya tidak ada agenda itu kan, tidak ada agenda pergantian kepengurusan," kata Arya.


Kinerja Telkom Diprediksi Tetap Cerah hingga Akhir 2022

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) kembali menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam jajaran Global 500 2022 Most Valuable Brand.

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) diprediksi masih akan memiliki kinerja yang cerah hingga akhir 2022. 

Ini diungkapkan Hans Tantio, Equity Research Analyst Indo Premier Securities.

Dia melihat bila dari segala matriks Telkom masih akan bertumbuh hingga akhir tahun. 

"Sebenarnya perusahaan tahun ini masih bagus, seperti yang diketahui, secara konsodilasi di industri juga baik, terefleksi dengan semuanya masih bertumbuh," jelas Hans di Jakarta, Minggu (15/5/2022). 

Selama pandemi, saham-saham telekomunikasi diketahui cukup bertumbuh. Dengan adanya pandemi Covid-19 maupun tidak, Telkom akan terus bertumbuh. 

"Penggunaan data usage dan growth itu selalu tumbuh, biasanya setelah mencapai titik tertentu di kuartal ini menjadi basis yang masih akan tumbuh lagi, bisa dikatakan penggunaannya dan akan stabil," ungkap Hans. 

Selain itu, langkah Telkomsel sebagai anak usaha Telkom melakukan inovasi sinergi adalah langkah yang tepat. Investasi yang dilakukan sejak 2020 ini menciptakan banyak sinergi dan paket-paket untuk mitra driver dan juga UMKM sendiri. 

"Dengan adanya sinergi ini, penetrasi ke pengguna Telkomsel jadi meningkat, bisa dibilang misal mitra Gojek ada 2,5 juta orang dan ini tentu saja positif untuk Telkom," jelas Hans. 

Di sisi lain, Telkom dinilai tetap harus mewaspadai kondisi makro saat ini meski ekspetasi Telkom mulai tercapai. Saat ini banyak guncangan pada makro ekonomi karena The Fed tengah terus menaikan suku bunga untuk menekan inflasi. Menurutnya saham itu sebab akibat, meski fundamental baik, harus mewaspadai guncangan-guncangan ekonomi. 

Telkom melaporkan laba bersih sebesar Rp 6,12 triliun pada periode tiga bulan pertama 2022, naik tipis 1,7 persen dari Rp 6,01 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip, Selasa (10/5/2022), pendapatan tercatat mencapai Rp 35,2 triliun, naik 3,7 persen dari Rp 33,9 triliun pada kuartal yang sama tahun lalu.

Laba bersih per saham juga tercatat naik tipis menjadi Rp 61,76, dari sebelumnya Rp 60,71 pada kuartal I/2021. 


Kuartal I

Telkom lewat Mitratel yang menargetkan pembangunan 6.000 menara operator jaringan komunikasi dalam tiga tahun kedepan.

EBITDA tercatat Rp 19,39 triliun pada kuartal I-2022, dibandingkan dengan Rp 18,81 triliun pada kuartal I-2021. 

"IndiHome terus menjadi mesin pertumbuhan kami dengan membukukan Pendapatan sebesar Rp 6,9 triliun atau tumbuh sebesar 7,9 persen YoY, didukung oleh total pelanggan 8,7 juta dan ARPU yang relatif stabil selama periode tersebut," ungkap manajemen. 

Selain itu, Bisnis Digital Telkomsel terus tumbuh sehat dengan pertumbuhan trafik data 19,2 persen YoY dan kontribusinya mencapai 80 persen dari total pendapatan Telkomsel.

Masalah Akuntasi

Terkait penurunan harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) yang signifikan membuat Telkom harus membukukan unrealized loss atau kerugian yang belum terealisasi hingga Rp811 miliar.

Namun menurut Hans kerugian yang belum teralisasi itu tidak ada efek kepada kinerja perseroan pada jangka menengah,

"Ini non-cash item, ini biasanya di Telco lihatnya EBITDA, ini item di bawah EBITDA. Ini non cash item tidak akan mengganggu kinerja sama sekali, ini hanya masalah akuntansi semata," pungkas Hans.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya