Update Covid-19, Jumat 27 Mei 2022: Kasus Positif Bertambah 224 dan Sembuh 277

Data harian sebaran Covid-19 menunjukkan kasus positif bertambah 224. Sementara kasus sembuh bertambah 277 dan kasus meninggal naik sembilan orang.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 27 Mei 2022, 21:00 WIB
Sejumlah warga menyeberang jalan di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kebijakan pelonggaran penggunaan masker karena situasi pandemi COVID-19 di Indonesia sudah menunjukkan perbaikan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus Covid-19 masih bertambah di Indonesia. Ini terlihat dari data harian sebaran yang menunjukkan kasus positif bertambah sebanyak 224 sehingga akumulasinya menjadi 6.053.894.

Penambaan juga terjadi pada kasus sembuh Covid-19 sebanyak 277 sehingga akumulasinya menjadi 5.849.380. Tetapi, kasus meninggal juga bertambah sembilan orang sehingga akumulasinya menjadi 156.565.

Sementara kasus aktif menurun 62 sehingga totalnya menjadi 2.949. Data tersebut juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 63.631 dan suspek 2.306.

Laporan dalam bentuk tabel juga merinci penambahan kasus positif terbanyak di lima provinsi. Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Bali.

DKI Jakarta melaporkan 110 kasus positif baru dan 66 sembuh. Sementara Jawa Barat 32 kasus baru dan 29 sembuh dari Covid-19.

Kemudian Jawa Timur 17 kasus baru dan 33 sembuh. Banten 15 kasus baru dan 20 sembuh. Dan kelima Balimencatat kasus baru dan 17 sembuh.

Provinsi lainnya tidak menunjukkan penambahan kasus yang terlalu signifikan. Bahkan, ada 15 provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali.

Provinsi-provinsi itu adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Capaian Vaksinasi

Petugas medis menyuntikkan vaksin Sinovac kepada warga lanjut usia (lansia) di Alun-Alun Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/2/2022). Sebanyak 600 dosis vaksin Sinovac disiapkan pemerintah setempat untuk warga lansia guna mencegah penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Selain rincian penambahan kasus baru, data Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 juga menunjukkan penambahan capaian vaksinasi. Terjadi penambahan capaian vaksinasi pada dosis pertama, kedua, dan ketiga alias booster dengan rincian sebagai berikut:

Vaksinasi dosis pertama hari ini 28.782 sehingga akumulasinya menjadi 200.112.862. Vaksinasi kedua 41.281 sehingga akumulasinya menjadi 167.198.137. Sedangkan vaksinasi ketiga akumulasinya menjadi 45.034.435 setelah bertambah 133.038 sehingga

Total capaian vaksinasi hari ini adalah 203.101 sehingga akumulasinya menjadi 412.345.434. Padahal, target sasaran vaksinasi adalah 208.265.720.

Meski sudah melampaui target, vaksinasi tetap dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Kasus Covid-19 yang masih menunjukkan peningkatan ditambah munculnya varian Omicron menandakan virus ini akan berada di tengah masyarakat dalam waktu lama.

Karena itu, di tahun-tahun mendatang, berbagai dosis vaksinasi kemungkinan akan tetap diperlukan untuk menguatkan komunitas global terhadap dampak negatif virus. Terkait hal ini, peneliti bidang virologi di Queen's University Belfast, UK, Connor Bamford melihat adanya potensi pengembangan vaksin COVID-19 di masa mendatang.

 


Vaksin Covid di Masa Depan

Seorang pria menerima dosis vaksin virus corona COVID-19 Sinovac saat pelaksanaan vaksinasi di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh, Selasa (7/9/2021). (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Menurut Bamford, para ilmuwan sedang mengerjakan vaksin yang mengaktifkan sistem kekebalan 'mukosa' yang mungkin lebih mampu mencegah infeksi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.

"Dan bukannya disuntik ke lengan Anda (vaksin intramuskular), vaksin ini bisa diberikan sebagai semprotan ke hidung Anda (vaksin intranasal)," katanya mengutip CNA, Jumat (27/5/2022).

Bamford kemudian menjelaskan latar belakang dari pengembangan vaksin ini. Menurutnya, SARS-CoV-2 dapat menginfeksi sel-sel yang melapisi permukaan saluran pernapasan (biasa disebut sebagai selaput lendir) mulai dari hidung hingga paru-paru.

Tepat di permukaan ini, virus dapat merusak sel-sel dan memicu peradangan. Sehingga menyebabkan disfungsi lebih lanjut baik secara lokal maupun di seluruh tubuh.

Vaksin digunakan untuk mengurangi seberapa banyak virus dapat mereplikasi dan mengendalikan peradangan berikutnya. Ini mungkin penyebab utama penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.

Vaksin saat ini bekerja dengan menghadirkan sedikit virus (protein lonjakan) sebagai apa yang dikenal sebagai 'antigen' untuk sistem kekebalan di otot penerima vaksin.

Idenya, vaksin diberikan sebelum infeksi SARS-CoV-2 dan memungkinkan tubuh memproduksi antibodi antivirus. Ini dapat memblokir virus agar tidak masuk ke dalam sel, serta sel T, yang dapat membantu menyembuhkan sel-sel yang terinfeksi.

 


Hentikan Paparan Virus di Sumbernya

Seorang pekerja kesehatan Israel menunjukkan botol vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech Covid-19 untuk anak-anak di Meuhedet Healthcare Services Organization di Tel Aviv, saat Israel memulai kampanye vaksinasi virus corona untuk anak berusia 5 hingga 11 tahun, Senin (22/11/2021). (JACK GUEZ / AFP)

Meski awalnya diberikan ke otot di lengan, antigen vaksin menuju kelenjar getah bening terdekat. Ini adalah organ yang merangsang respons imun dalam darah dan cairan lain yang mengalir ke seluruh tubuh. Tetapi, yang sering kurang jelas setelah vaksinasi tradisional adalah respons pada jaringan mukosa seperti usus, paru-paru atau hidung.

Ini karena sistem kekebalan mukosa agak independen dari yang sistemik. Hal ini mengingat seberapa sering permukaan itu terkena infeksi atau rangsangan seperti debu dan polusi. Sementara jaringan mukosa memiliki sistem kekebalannya sendiri, terdiri dari antibodi khusus dan sel T.

Walau vaksin standar memberikan perlindungan mukosa, kadarnya tidak terlalu tinggi. Sedangkan sistem kekebalan mukosa bisa dihadirkan secara langsung dengan antigen vaksin yang menggunakan metode seperti semprotan hidung. Ini memicu respons mukosa yang jauh lebih kuat.

Para ilmuwan sering berpikir memunculkan respons kekebalan di hidung, tenggorokan, dan saluran udara. Di mana biasanya virus seperti SARS-CoV-2 awalnya masuk ke dalam tubuh dan tumbuh, dapat menghasilkan perlindungan yang lebih baik dibandingkan dengan vaksin intramuskular.

Vaksin dengan semprotan di hidung pada dasarnya menghentikan paparan virus di sumbernya.

Infografis 8 Cara Cegah Bayi Baru Lahir Tertular Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya