Liputan6.com, Semarang - Warga Desa Sawangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah resah setelah beredar desas-desus penampakan harimau di area persawahan. Tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah lalu turun ke lokasi untuk mengklarifikasi kabar tersebut.
Kabar penampakan harimau berasal dari laporan warga bernama Asep Suwinto, warga Desa Kecepit, Kecamatan Punggelan. Asep melaporkan informasi kesaksian ayahnya, Ruswanto (63), warga Desa Sawangan tentang penampakan satwa serupa harimau.
Ruswanto melihat empat ekor harimau saat mengais rumput. Ia melihat empat ekor harimau yang terdiri atas satu ekor induk dan tiga ekor anak.
"Perjumpaan sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 18 Mei 2022 pukul 12.30 WIB dan tanggal 20 Mei 2022 pukul 16.00 WIB di lahan perkebunan masyarakat," ujar dia melalui rilis BKSDA Jawa Tengah yang diterima Liputan6.com.
Baca Juga
Advertisement
Selain Ruswanto, juga ada warga lain yang menjumpai penampakan satwa serupa harimau yaitu Khanan (39), warga Desa Sawangan. Khanan melihat satwa mirip harimau sekali pada Sabtu (22/5/2022) pukul 21.00 WIB di tepi jalan saat perjalanan pulang kerja.
Saat pulang kerja, Khanan mengendarai sepeda motor melalui kebun pisang. Sepintas ia melihat seekor satwa yang tampak seperti harimau di pinggir jalan.
BKSDA kemudian meminta keterangan kedua orang yang menyaksikan penampakan satwa serupa harimau. Tim BKSDA mengidentifikasi jenis satwa yang dilihat kedua saksi dengan menunjukkan gambar-gambar berbagai jenis keluarga harimau, mukai dari harimau Sumatra, macan tutul, macan kumbang, dan kucing hutan.
"Saudara Ruswanto menunjuk satwa yang pernah dilihat identik dengan foto satwa jenis macan tutul, sedangkan saudara Khanan menunjuk satwa jenis harimau loreng," ujar Plt Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Pemalang, Heru Sunarko.
Simak Video Pilihan Ini:
Pelajari Jejak Satwa Karnifora
Selain identifikasi jenis satwa, tim BKSDA juga langsung turun ke lapangan mempelajari jejak satwa tersebut. Tim menemukan jejak kaki hewan karnivora alias pemangsa daging.
Jejak yang ditemukan ukuran 5-7 Cm dan 3 Cm. Petugas kemudian mengambil sampel jejak menggunakan gipsum untuk mengidentifikasi jenis satwa yang melintas.
"Selain jejak kaki, tim tidak menemukan jejak lain seperti feses, bekas cakaran dan buku," ujarnya.
Namun dari hasil verifikasi, sampel jejak dari gipsum yang ditemukan di lokasi berbeda dengan jejak kaki harimau. Jejak kaki satwa jenis harimau, macan tutul dan kucing hutan tidak memunculkan bekas kuku.
Sebab, saat berjalan harimau melipat kuku ke kantong kuku yang ada pada telapak kaki. Sedangkan satwa karnivora lainnya seperti anjing hutan, ajag dan keluarga anjing lainya kuku tidak tersimpan ke dalam sehingga bekas kuku muncul di jejak telapak kaki.
"Berdasarkan hasil cetakan jejak telapak kaki yang dijumpai di lokasi menggunakan gipsum terlihat ada jejak kuku," tuturnya.
Dengan demikian, jejak hewan karnivora yang ditemukan bukan jejak harimau. Untuk mendapat kepastian, BKSDA akan memantau satwa melalui kamera pengawas .
Advertisement