Liputan6.com, Ohio - Pada tanggal 28 Mei 2016, seorang anak laki-laki berusia 3 tahun jatuh ke kandang hewan dan mulai diseret oleh gorila jenis Western Lowland Gorilla bernama Harambe. Inilah detik-detik akhir hidup sang primata yang berakhir dalam hitungan menit.
Petugas kebun binatang membuat keputusan sulit untuk menembak Harambe, yang mengakibatkan kematiannya.
Advertisement
"Kami sedih kehilangan Harambe, tetapi nyawa seorang anak dalam bahaya dan keputusan cepat harus dibuat oleh Tim Tanggap Hewan Berbahaya kami," kata Direktur Kebun Binatang Thayne Maynard saat itu seperti dikutip dari Fox19.com.
Insiden di Kebun Binatang Cincinnati menyebabkan kegemparan publik tidak hanya dari penduduk setempat di Queen City, tetapi juga dari orang-orang di seluruh dunia.
Kebun binatang meningkatkan penghalang keamanan di sekitar pameran beberapa minggu setelah gorila Harambe yang berusia 17 tahun itu mati.
Langkah itu diikuti beberapa bulan kemudian oleh laporan publik dari Departemen Pertanian AS yang menunjukkan bahwa penghalang itu tidak memenuhi standar federal pada hari anak itu jatuh ke dalam kandang.
Sejak saat itu, tempat pameran gorila telah mengalami renovasi dua fase yang berakhir pada Desember 2017, yang mencakup modifikasi seperti ruang dalam ruangan dengan kaca penglihatan setinggi langit-langit, habitat luar ruang yang muncul kembali, dan saluran air yang lebih hemat energi.
Seekor gorila baru bernama Mshindi kemudian ditambahkan ke pameran sesaat sebelum renovasi selesai.
Proyek ini sejatinya sudah direncanakan pada tahun 2015, sebelum kematian Harambe.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kronologi Bocah yang Jatuh dan Diseret Gorila Harambe
Hari itu, Sabtu 28 Mei 2016, insiden mengejutkan yang berbuntut panjang terjadi di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat. Bocah laki-laki berusia 3 tahun naik ke pembatas lalu terjatuh ke parit di dalam kandang gorila.
Gorila bernama Harambe kemudian mendekati anak tersebut, mengambil, lalu menyeretnya di parit yang airnya dangkal selama sekitar 10 menit. Semua orang panik kala itu dan berteriak histeris.
Pihak kebun binatang saat itu merasa harus segera bertindak. Mereka menilai, kondisi tersebut 'mengancam jiwa' sang anak.
Maka, tembakan pun dilepaskan. Bukan peluru bius, melainkan amunisi tajam yang menyudahi hidup hewan terancam punah berbobot 180 kilogram itu. Gorila Harambe mati pada usia 17 tahun.
Dunia pun gempar. Sejumlah orang menyalahkan pihak kebun binatang dan orangtua si bocah yang dinilai tak menjaga dengan baik buah hatinya itu.
Apalagi sebelumnya terjadi insiden di mana dua ekor singa ditembak mati di sebuah kebun binatang di Cile setelah seorang pria yang diduga berniat bunuh diri memasuki kandang hewan buas itu.
Advertisement
Siapa yang Salah? - Bantuan hingga Ancaman Pembunuhan
Lepas dari siapa yang salah, bagaimana kondisi bocah itu saat ini?
Sang ibu, Michelle Gregg, mengatakan, putranya dalam kondisi relatif baik. Anak itu bernama Isaiah.
Michelle dan suaminya, Deonne Dickerson berterimakasih pada pihak kebun binatang yang menyelamatkan putra mereka.
"Jika ada pihak yang ingin memberikan hadiah, kami merekomendasikan agar donasi tersebut diberikan pada Kebun Binatang Cincinnati atas nama Harambe," kata mereka dalam pernyataannya, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (2/6/2016).
Pasangan tersebut mengaku mendapat tawaran sejumlah uang, namun mereka tak berniat menerima bantuan finansial apapun.
"Anak kami telah menjalani pemeriksaan dokter dan dalam kondisi baik. Kami mengucap syukur pada Tuhan untuk kasih dan rahmat-Nya, dan untuk pihak kebun binatang atas aksi yang mereka lakukan untuk menyelamatkan putra kami."
Ibu Isaiah mengatakan di Facebook bahwa putranya menderita gegar otak dan sejumlah luka gores tetapi kondisinya relatif baik.
Selain bantuan, keluarga si bocah juga mengaku menerima ancaman pembunuhan.
Orangtua Dituntut
Sejumlah saksi mata mengatakan, bocah Isaiah awalnya ingin masuk ke kandang gorila dan memanjat penghalang setinggi 1 meter.
Ia kemudian terjatuh dari ketinggian 4,6 meter ke dalam parit. Petugas kebun binatang menembak Harambe setelah menilainya melakukan hal berbahaya.
Polisi kemudian menyelidiki kasus tersebut dan sedang mempertimbangkan apakah akan mengajukan gugatan pada orangtua si bocah. Akhirnya orangtua bocah itu bebas dari gugatan.
Sementara itu, lebih dari 60 ribu orang menandatangani petisi meminta orangtua bocah itu dimintai pertanggungjawaban yang membuat Harambe kehilangan nyawanya.
Kelompok pecinta hewan, Stop Animal Exploitation Now juga menggugat pihak kebun binatang atas dugaan kelalaian yang menyebabkan kematian gorila ke Departemen Pertanian AS. Mereka menuntut denda US$ 10 ribu dijatuhkan.
Advertisement