Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga Pertamax dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500 per liter turut berpengaruh pada tingkat konsumsi. PT Pertamina (Persero) melalui subholding commercial & trading Pertamina Patra Niaga membenarkan, jika angka konsumsi Pertamax yang merupakan BBM jenis RON 92 itu memang terjadi penurunan.
"Sekitar 20 persen sih tingkat konsumsi Pertamax turun," kata Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting kepada Liputan6.com, Sabtu (28/5/2022).
Advertisement
Irto tak memungkiri realita, beberapa konsumen Pertamax memang migrasi untuk pindah memakai Pertalite. Meski memiliki kadar oktan lebih rendah (RON 90), tapi harga jualnya juga lebih irit yaitu Rp 7.650 per liter.
"Kalau masalah peralihan itu memang ada. Tapi kami menghimbau masyarakat agar menggunakan BBM sesuai dengan kriteria masing-masing kendaraannya. Diharapkan menggunakan BBM jenis RON sesuai dengan spec kendaraan," pintanya.
Kendati begitu, ia mengklaim pengguna BBM jenis Pertamax saat ini masih cukup besar. Konsumsi Pertalite memang jauh mendominasi, namun pasar Pertamax yang segmented cenderung tetap bertahan.
"Kita secara kumulatif sampai bulan Mei ini, pengguna Pertamax di gasoline/bensin masih di level 19 persen, Pertalite 80 persen. Jadi masih cukup besar pengguna Pertamax," paparnya.
"Artinya, pengguna Pertamax secara kumulatif dari Januari-Mei totally masih cukup besar," ujar Irto.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perbandingan Harga BBM di Sejumlah Negara Dunia, Mana Termurah?
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) baru saja menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500 perliter per tanggal 1 April 2022, meski begitu harga tersebut masih lebih rendah dibandingkan negara lain.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, kenaikan harga Pertamax merupakan dampak kenaikan harga minyak dunia yang sudah sangat tinggi jika dibandingkan dengan harga minyak dunia tahun 2021.
Hal ini karena harga minyak dunia yang terus naik dimana salah satu persoalannya ada konflik Rusia-Ukraina yang belum juga selesai hingga embargo yang dilakukan negara Barat terhadap produk migas milik Rusia. Sedangkan Rusia memasok 11,4 persen dari total kebutuhan minyak dunia.
"Sebagai contoh, harga BBM di Hongkong mencapai Rp 36.176 per liter, Jerman Rp 34.454 per liter, Italia Rp 34.310 per liter, dan Yunani Rp 32.733 per liter. Jadi, sudah sewajarnya Pertamina menyesuaikan harga BBM Umum mereka," kata Mamit, di Jakarta, Sabtu (9/4/2022).
Menurut Mamit, meskipun mengalami kenaikan harga BBM di Indonesia masih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan negara lain. Dia menyebutkan, harga BBM di Indonesia jauh lebih murah jika di bandingkan dengan negara lain. Mengacu kepada Global Petrol Price, harga BBM di Singapura sebesar Rp 30.208 per liter, Laos Rp 24.767, Filipina Rp 20.828, Kamboja Rp 20.521, Thailand Rp 19.767, Vietnam Rp 18.647.
Advertisement
Dibanding Swasta
Mamit melanjutkan, harga BBM di Malaysia Rp 6.965 lebih murah di karenakan Malaysia menerapkan subsidi Automatic Pricing Mechanism (APM), dimana kebijakan APM ini berfungsi untuk menstabilkan harga bensin seperti bensin RON 95, RON 97 dan solar sampai batas tertentu melalui pemberlakuan pajak penjualan dan subsidi dalam jumlah yang bervariasi.
" Oleh karenanya, perubahan harga eceran dipengaruhi oleh besaran pajak dan subsidi dalam batas tertentu sesuai kebijakan yang ditetapkan pemerintah Malaysia. Selain itu, jalur distribusi di Malaysia jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan," jelas Mamit.
Selain itu, menurut Mamit kenaikan harga Pertamax RON 92 masih jauh lebih murah jika dibandingkam dengan SPBU Swasta lainnya.
Sebagai perbandingan, harga BBM RON 92 yang di jual Shell hari ini berada di Rp.16.500, Vivo Rp 12.900, dan BP-AKR Rp.12.990 sementara Pertamax masih Rp 12.500 per liter, dengan demikian Pertamina masih harus menanggung selisih harga dengan tetap menjaga daya beli masyarakat.
"Apa yang dilakukan oleh Pertamina dengan tidak menyentuh faktor psikologis konsumen Pertamax yaitu di harga Rp 15000-Rp 16.000 per liter sudah tepat. Dengan demikian, hal ini bisa menghindari terjadinya migrasi besar-besaran ke Pertalite mengingat saat ini Pertalite merupakan jenis bahan bakar khusus penugasan (JBKP),"ujar Mamit