Mengenal NanoByte Token, Jembatan Kripto dengan Produk Keuangan Konvensional

NanoByte Token (NBT) pertama dipasarkan di Indonesia untuk mendorong adopsi kripto.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Mei 2022, 21:46 WIB
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Liputan6.com, Jakarta - NanoByte Token (NBT) menjadi salah satu jembatan kripto dengan sistem mata uang tradisional atau konvensional. Hal ini dilakukan dengan membuat dompet kripto kompatibel dengan produk FIAT antara lain uang elektronik, kartu kredit, asuransi dan investasi lainnya.

Mengutip dari nanobyte.finance, ditulis Sabtu (28/5/2022), NBT ini dimulai dari Indonesia seiring memiliki potensi jumlah masyarakat yang salah satunya terbesar di dunia. Hal ini juga membuat Indonesia menjadi pasar pertama untuk mendorong adopsi kripto dan menjadikannya mainstream. NanoByte didukung pemain keuangan tradisional dan kripto di seluruh negeri.

Adapun NanoByte telah mendapatkan dukungan dari salah satu grup terbesar di Indonesia Sinar Mas dan kemitraan dengan institusi dan pihak lain untuk memastikan penggunaan dan penawaran kripto.

Mengutip Coinmarket, pertukaran kripto untuk perdagangan NBT antara lain Uniswap, Pancakeswap, Tokocrypto dan Indodax.

Harga NBT

Dalam 24 jam terakhir, harga NBT melemah 0,44 persen. Saat ini NBT berada di posisi USD 0,013506 dalam 24 jam dengan volume perdagangan USD 121.929. Adapun suplai NBT coins tercatat 10.000.000.000.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Industri Kripto dan Blockchain Jadi Perhatian di Pertemuan Tahunan WEB 2022

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, kripto dan blockchain semakin mendapat tempat pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF). Pada agenda tahunan WEF yang digelar 22-26 Mei 2022 di Davos, Swiss, dihadiri para pemimpin ekonomi global membahas soal aset kripto dan pemanfaatan blockchain.

Aset kripto, blockchain dan digitalisasi layanan keuangan serta dampaknya pada berbagai sektor global menjadi topik utama selama pertemuan tahunan WEF 2022.

Ada beragam agenda yang digelar meliputi diskusi mengenai peran dari market keuangan terdesentralisasi (DeFi), peran mata uang digital bank sentral (CBDC), hingga bagaimana blockchain dapat diterapkan untuk memberantas kemiskinan dunia.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda, mengatakan masuknya aset kripto dan blockchain dalam pembahasan utama di agenda WEF 2022 menjadi hal yang baik untuk perkembangannya secara global, termasuk di Indonesia.

 

 


Jadi Peluang

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

"Saya melihat ini adalah pencapaian sekaligus peluang. Aset kripto dan blockchain sudah tidak dipandang sebelah mata oleh para pemimpin ekonomi global. Kesempatan ini merupakan peluang untuk menciptakan nilai tambah yang baik.” kata pria yang akrab disapa Manda dalam keterangan tertulis, Jumat, 27 Mei 2022.

“Pokok pembahasan tersebut bisa menjadi acuan bagi perkembangan kripto dan blockchain ke depannya, termasuk di Indonesia,” lanjut Manda.

Manda juga menjelaskan kehadiran aset kripto tetap tumbuh, walau saat ini market secara keseluruhan sedang mengalami crash. Dia menuturkan, kripto semakin terintegrasi dengan perekonomian global, maka risiko-risiko seperti itu bisa jadi memiliki beberapa justifikasi.

Manda menuturkan, aset kripto bisa menjadi instrumen pelindung nilai yang baik, guna melawan risiko dari pasar lainnya. Dengan demikian, masih memungkinkan kripto dan teknologi blockchain berfungsi dengan berbagai cara dan melangkah lebih jauh lagi.


Potensi Pertumbuhan Kripto

Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

"Fase adopsi kripto saat ini layaknya seperti hari-hari awal adopsi internet. Di tengah tren negatif makroekonomi, sejumlah pihak yang tetap mengakui market akan kembali bullish atau optimis dengan prospek jangka panjang industri kripto," tutur Manda.

"Pemerintah melihat pertumbuhan perdagangan aset kripto baik di Indonesia maupun di dunia sangat dinamis. Hal ini menimbulkan optimisme perkembangan aset kripto yang semakin baik ke depannya,” lanjut dia.

Meskipun begitu, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi sebelum kripto dan blockchain menjadi arus utama. Kurangnya pemahaman manajemen risiko hingga stigma negatif masih membayangi pertumbuhan industri kripto. 

Para pelaku industri kripto akan terus berkolaborasi untuk menguatkan edukasi dan literasi aset kripto dan ekosistem blockchain kepada masyarakat Indonesia.

"Kita harapkan fokus utama kami bersama ini, bisa membuahkan hasil yang baik dan trust kepada masyarakat. Selain itu, semua stakeholder bersinergi untuk mempercepat kelengkapan ekosistem kelembagaan aset kripto di Indonesia agar maksimal menggali potensi industri kripto dalam negeri," tandas Manda.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya