Liputan6.com, Kuningan - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Hewan (PMK) di Kabupaten Kuningan Jawa Barat semakin mengkhawatirkan. Jumlah penularan PMK pada hewan sapi terus meningkat.
Data terbaru per hari Sabtu, 28 Mei 2022 sapi perah yang terinfeksi PMK di Blok Cigereung Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan sebanyak 182 ekor.
"Tiap hari ada penambahan sapi yang terindikasi wabah PMK dan penularannya sangat cepat karena berbagai faktor," ujar dokter hewan KSU Karya Nugraha Cigugur Kuningan Inda Darmansah, Sabtu (28/5/2022).
Baca Juga
Advertisement
Kawasan Blok Cigeureung Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat sebagian besar merupakan peternak sapi perah.
Dari data yang didapat, jumlah populasi sapi di blok tersebut mencapai 1.500 ekor. Lokasi kandang sapi yang berdekatan dengan kandan lain maupun perumahan, menjadi salah satu penyebab pesatnya penularan PMK.
"Selain itu faktor angin juga menjadi sebab pesatnya penularan karena angin dari atas turun ke bawah. Membawa virus dari sapi yang kandangnya di atas turun ke bawah," katanya.
Dalam upaya mengantisipasi, tim medis dokter hewan terus memberi obat hingga vitamin 3 hari sekali. Dia mengaku, sapi tersebut sudah memasuki hari ke-10 karantina sesuai ketentuan masa inkubasi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dipotong Paksa Hingga Lockdown
Namun, dia mengaku masih belum bisa memastikan tingkat kesembuhan sapi. Sementara itu, jumlah sapi yang terpapar PMK semakin bertambah.
"Satu kandang lebih dari satu sapi jadi rentan terpapar. Bahkan ada yang satu kandang semua positif PMK," ujar dia.
Inda menyebutkan, seiring bertambahnya sapi perah yang terinfeksi PMK, tiga ekor diantaranya sudah dipotong paksa. Sementara satu ekor mati lantaran keguguran.
Tiga sapi yang dipotong paksa tersebut karena kondisinya semakin parah. Dari mulut tidak mau makan hingga kuku yang luka karena virus.
"Satu yang keguguran itu betina sedang mengandung empat bulan kemudian terpapar PMK kemudian bayinya lahir dam mati," ujar Inda.
Kepala UPTD Puskeswan Kuningan Dinas Peternakan dan Perikanan (DPP) Kabupaten Kuningan Jawa Barat Jhon Nais mengatakan, kawasan Blok Cigeureung lockdown imbas wabah PMK.
Untuk sementara waktu, tidak ada aktivitas keluar masuk sapi perah baik dari luar maupun dari dalam kawasan. Dia menuturkan, wabah PMK di blok tersebut berimbas kepasa kondisi ekonomi warga sekitar.
"Warga di blok ini penghasilannya murni dari hasil sapi perah. Susu hasil perahan dijual ke koperasi dan sejak ada wabah produksi mereka turun drastis," katanya.
Dia menyebutkan, normalnya satu ekor sapi menghasilkan 10-12 liter susu per hari. Sejak terkena wabah PMK, peternak sapi hanya mampu menghasilkan susu 1-2 liter per hari.
Bahkan, banyak dari peternak sapi yang tidak menghasilkan susu sama sekali tiap harinya. Karena sapi tidak mau makan dan sulit berdiri akibat wabah PMK.
"Kami terus berupaya mengobati dengan memberi antibiotik, anti demam, radang dan vitamin. Kalau ada gejala lemas diberi kalsium. Untuk sementara lockdown efektif mencegah menyebaran PMK," katanya.
Advertisement