Liputan6.com, Garut Isu lockdown serta larangan masuk hewan sapi dari luar akibat wabah Penyakit Mulut Kuku (PMK), ikut meroketkan harga sejumlah komoditas sapi di Garut, Jawa Barat sebulan menjelang idul adha 1443 H/2022.
“Tahun lalu mencari sapi bobot 250 kg masih bisa diperoleh (dibeli) dengan harga Rp20 juta - Rp21 juta per ekor, sekarang rata-rata Rp24 juta - Rp26 juta per sapi,” ujar Sunaryo, salah satu petugas kurban di kawasan kecamatan Karangpawitan, Garut, Ahad (29/5/2022).
Menurutnya, isu wabah PMK yang terjadi di Garut saat ini, ikut menaikan harga jual sapi di tingkat bakul hingga petani. Akibatnya harga komoditas salah satu ternak ruminansia atau memamah biak itu lebih mahal.
“Terpaksa kami menaikan iuran buat shohibul kurban (Yang akan melaksanakan kurban),” ujar dia meradang.
Baca Juga
Advertisement
Tidak hanya itu, akibat berkurangnya pasokan dan stok sapi di petani, harga sejumlah komoditas sapi baik sapi lokal maupun persilangan mengalami kenaikan harga menjelang Idul Adha 1443 H.
"Rata-rata kenaikan mencapai 20-30 persen dari tahun lalu," kata dia.
Penerapan kebijakan lockdown masuknya sapi dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pemasok sapi warga Garut dan sekitarnya, ikut menekan pasokan sapi di tingkat petani, hingga membuat harga meningkat.
“Silakan cek saja ke lapangan, harga sapi memang mahal-mahal, belum lagi nanti menjelang Idul Adha,” kata dia mengingatkan.
Hal senada disampaikan Ahmad Sahid, salah satu calon pembeli sapi di Kecamatan Tarogong Kidul. Akibat meroketnya harga beli sapi di tingkat petani, beban biaya yang harus dikeluarkan warga untuk ikut berkurban tahun ini naik hingga 15 persen.
“Kami terpaksa menaikan bobot iuran bagi warga, harga sapi sekarang mahal-mahal,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Biaya Kurban Naik
Menurut dia, beban operasional pemotongan dan pembagian jatah daging hewan kurban, penyediaan logistik dan lainnya tidak bisa dihindarkan panitia hewan kurban setiap tahunnya, sehingga naiknya pembelian sapi mesti disiasati dengan kenaikan iuran yang harus dikeluarkan warga yang akan berkurban.
“Kami bersyukur masih banyak yang berminat mengikuti kurban, di tengah harga sapi yang terbilang mahal,” ujar dia.
Cecep, salah satu penjual sapi di wilayah Cikajang mengakui kenaikan itu. Menurutnya, terbatasnya pasokan sapi di tingkat petani menjadi salah satu penyebabnya.
“Pembelian kami di tingkat petani memang sulit dihindari, mau tidak mau harga jual ke pembeli ikut naik,” ujarnya.
Di tengah isu PMK yang masih berlangsung, ia berharap pemerintah daerah (Pemda) segera mencabut larangan lockdown sapi dari luar, sehingga pasokan kembali normal.
“Saya sendiri gak tahu berapa harga sapi saat mendekati Idul Adha,” ujar dia.
Advertisement