Koreksi Pasar Saham Bikin Kekayaan Lima Miliarder Susut Rp 4.370 Triliun

Miliarder yang kehilangan kekayaan bersih paling banyak termasuk tiga orang terkaya di dunia antara lain Elon Musk, Jeff Bezos, dan Bernard Arnault.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Mei 2022, 22:55 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Lima miliarder kehilangan USD 300 miliar atau sekitar Rp 4.370 triliun (asumsi kurs Rp 14.568 per dolar AS) baru-baru ini karena koreksi saham, berdasarkan indeks Bloomberg Billionares.

Miliarder yang kehilangan kekayaan bersih paling banyak termasuk tiga orang terkaya di dunia antara lain Elon Musk, Jeff Bezos, dan Bernard Arnault yang merupakan CEO LVMH Moet Hennessy. Sementara itu, CEO Meta Mark Zuckerberg dan CEO Binance Changpeng Zhao alami penurunan kekayaan sekitar USD 135 miliar atau sekitar Rp 1.966 triliun.

Mengutip laman the Street, ditulis Minggu (29/5/2022), aksi jual di saham merugikan Zhao sekitar USD 80,3 miliar atau sekitar Rp 1.169 triliun. CEO Tesla Elon Musk kehilangan USD 58,7 miliar atau sekitar Rp 855,19 triliun  pada 26 Mei 2022.

Mantan CEO Amazon Jeff Bezos alami penurunan kekayaan sekitar USD 57,4 miliar atau sekitar Rp 836,25 triliun dan kekayaan Arnault turun USD 48,9 miliar atau sekitar Rp 712,41 triliun. Sedangkan kekayaan Zuckerberg merosot USD 54,7 miliar atau sekitar Rp 796,91 triliun.

Koreksi di pasar saham menekan valuasi perusahaan milik miliarder tersebut. Saham Amazon turun 32,4 persen year to date. Sedangkan saham Tesla melemah 36,7 persen.

Kekayaan Elon Musk kini sebesar USD 211,8 miliar, sementara Bezos sekitar USD 134,28 miliar. Pengusaha Prancis Bernard Arnault memegang posisi tiga orang terkaya di dunia dengan kekayaan USD 128,76 miliar. Kekayaan Zuckerberg senilai USD 70,85 miliar dan Zhao sebesar USD 15,5 miliar.

Di sisi lain, valuasi pasar cryptocurrency turun lebih dari USD 1,7 triliun sejak November menyebabkan kerugian besar bagi investor kripto.

Alasan aksi jual di kripto telah diperdebatkan. Aset digital ini dipengaruhi kekhawatiran resesi, tetapi skandal yang dilaporkan secara luas termasuk runtuhnya stablecoin UST atau TerraUSD, dan token saudaranya luna juga berkontribusi pada koreksi yang besar. Investor kehilangan lebih dari USD 55 miliar, mengingatkan mereka industri cryptocurrency masih baru.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penutupan Wall Street pada 27 Mei 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak menguat pada perdagangan Jumat, 27 Mei 2022. Indeks Dow Jones Industrial Average dan indeks S&P 500 menutup pekan terbaik sejak November 2020.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 575,77 poin atau hampir 1,8 persen ke posisi 33.212,96. Indeks S&P 500 bertambah 2,5 persen menjadi 4.158,24. Indeks Nasdaq menguat 3,3 persen menjadi 12.131,13. Penguatan indeks Nasdaq tersebut didorong laba yang kuat dari perusahaan perangkat lunak dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS atau treasury bertenor 10 tahun.

Rata-rata indeks acuan lebih tinggi. Indeks Dow Jones naik 6,2 persen pada pekan ini dan menghentikan penurunan beruntun terpanjangnya dalam delapan minggu sejak 1923. Indeks S&P 500 naik 6,5 persen dan Nasdaq bertambah 6,8 persen pada pekan ini.

Dua indeks acuan tersebut akhiri penurunan beruntun dalam tujuh minggu. Sebagian dari kenaikan indeks acuan pada pekan ini terjadi pada Kamis dan Jumat ketika ketiga rata-rata indeks acuan menguat karena laba ritel yang kuat dan laporan inflasi yang melambat mengangkat sentimen.

“Kami mengambil nafas di sini dan membuat beberapa penyesuaian di pasar untuk memungkinkan hal itu,” ujar Senior Portfolio Manager Globalt Investments, demikian mengutip dari CNBC, Sabtu (28/5/2022).

Ia menambahkan, bursa saham telah turun jauh dengan cukup cepat. "Dan jika dapat stabil di sini, penurunan yang kami lihat mungkin adalah semua yang dibutuhkan, atau sesuatu yang mendekati itu,” kata dia.


Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sebuah laporan yang menunjukkan inflasi sedikit melambat membantu memberikan dorongan saham pada Jumat, 27 Mei 2022. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti naik 4,9 persen pada April 2022, turun dari kecepatan 5,2 persen yang terlihat pada bulan sebelumnya. Laporan khusus ini diawasi ketat oleh the Federal Reserve saat menetapkan kebijakan.

Investor juga mengurai mengenai laba ritel. Saham Ulta Beauty naik hampir 12,5 persen setelah perusahaan melaporkan hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan. Sementara saham Gap bertambah 4,3 persen meskipun memangkas panduan labanya.

“Konsumen tampaknya memiliki pendekatan untuk pembelanjaan, kebutuhan kelas bawah dan pengalaman/barang mewah kelas atas baik-baik saja. Sementara pembelanjaan barang dagangan umum tertunda seperti furnitur,” ujar Christopher  Harvey dari Wells Fargo, demikian mengutip dari laman CNBC, Sabtu, 28 Mei 2022.

Sementara itu, saham-saham teknologi termasuk di antara pencetak untung terbesar atau top gainers pada Rabu, 25 Mei 2022. Perusahaan perangkat lunak Autodesk naik 10,3 persen setelah melaporkan ritel yang kuat untuk kuartal terakhir.

Saham Dell Technologies melompat 12,8 persen dan produsen chip Marvell melonjak 6,7 persen. Saham Zscaler dan Datadog masing-masing naik sekitar 12,6 persen dan 9,4 persen.

 


Pasar Obligasi

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Pergerakan itu terjadi ketika investor menilai keberlanjutan reli pekan ini, dan apakah pembalikan arah yang menguat melegakan dan apakah itu menandai aksi jual panjang pada 2022.

Namun, rata-rata jauh dari posisi tertingginya dengan indeks Nasdaq Composite masih berada di wilayah bearish. Indeks S&P 500 turun lebih dari 20 persen di bawah rekornya pada pekan lalu.

Indeks Nasdaq susut 25,2 persen dari posisi rekornya. Indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing melemah 13,7 persen dan 10,1 persen.

Chief Investment Officer Sanctuary Wealth Jeff Kilburg menuturkan, pasar treasury sebagai “petunjuk atau cahaya” untuk pasar saham. Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun turun di bawah 2,75 persen dari puncaknya yang melebihi 3 persen pada 2022.

“Saya tidak menyebutnya sebagai reli bearish, hanya reposisi. Banyak orang menjadi terlalu pesimis,” ujar dia.

Ia menambahkan, pihaknya ke suku bunga. “Ketika Anda melihat treasurys memiliki imbal hasil di atas 3 persen, itu tidak berkelanjutan. Ketika berada di bawah 2,75 persen yang memungkinkan saham pulih, itu adalah jangka pendek yang jelas untuk kembali ke saham,” kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya