Liputan6.com, Jakarta - Peluang perempuan semakin tinggi untuk menduduki posisi tertinggi dalam perusahaan. Hal ini terlihat dari hasil studi Sensus Perempuan dalam jabatan eksekutif di 200 perusahaan (Top 200) Bursa Efek Indonesia (BEI).
Studi ini dilakukan oleh BEI bersama dengan dengan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) dan BOI Research sebagai langkah awal untuk memahami lebih dalam mengenai situasi kepemimpinan perempuan di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia pada 2019-2022.
Advertisement
Di 200 perusahaan top BEI, para perempuan di posisi eksekutif relatif berada di posisi wakil presiden direktur sebesar 20 persen atau posisi marketing dan sales sebanyak 19 persen meskipun terjadi penurunan posisi marketing dan sales sebesar 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya, pada 2020.
Posisi wakil presiden direktur biasanya merupakan posisi satu tingkat menuju direktur utama, ini adalah berita menggembirakan bagi para pemimpin perempuan di 200 perusahaan top BEI. Ada kemungkinan besar ini akan meningkatkan peluang wanita untuk menjadi CEO pada tahun-tahun mendatang
Kabar baik berikutnya, beberapa sektor sudah mulai menunjukkan performa baik dalam hal keterwakilan perempuan dalam posisi kepemimpinan, yaitu pada sektor consumer non-primer dan kesehatan.
Hal ini terdapat dalam hasil studi Sensus Perempuan dalam Jabatan Eksekutif di 200 Perusahaan (Top 200) BEI. Kedua sektor tersebut menjadi ‘sektor juara’ yang hampir meraih keseimbangan gender di top 200 perusahaan terindeks BEI.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tiga Sektor Industri
Direktur Eksekutif Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) Maya Juwita menuturkan, terdapat tiga sektor industri dengan keterwakilan perempuan sebagai eksekutif perusahaan tertinggi yakni, di sektor barang konsumer non-primer sebesar 29 persen, sektor kesehatan sebesar 27 persen, diikuti oleh sektor teknologi sebesar 23 persen.
Sektor infrastruktur, transportasi dan logistik, dan basic materials di top 200 perusahaan BEI masih perlu meningkatkan lagi diversitas gender mereka di level direksi. Pada 2021, hanya terdapat 1 perempuan dari 10 eksekutif di tiga industri tersebut.
Secara keseluruhan, hasil riset menunjukkan, hanya sekitar 4 persen perempuan yang menjadi pemimpin di perusahaan yang termasuk dalam IDX200.
"Hanya delapan perusahaan yang memiliki CEO seorang perempuan. Sementara itu, dalam periode yang sama, karyawan perempuan mengambil peran sebagai tim eksekutif atau excecutive leadership team tercatat sebesar 15 persen dari keseluruhan perusahaan tersebut," ujar dia.
Ia menambahkan, sebanyak 21 persen dari total perusahaan telah mencapai kesetaraan gender dalam susunan eksekutif. Di sisi lain, tercatat 94 dari 200 perusahaan IDX200 tidak memiliki perempuan yang berperan sebagai tim eksekutif.
Advertisement
Target BUMN
Pada kesempatan berbeda, Menteri BUMN, Erick Thohir juga mengangkat komitmen kementeriannya dalam implementasi kesetaraan gender dengan antara lain memberikan rasa aman, nyaman, serta membuka kesempatan luas bagi perempuan di BUMN.
Termasuk juga dalam upaya tersebut adalah menciptakan lingkungan kerja yang bebas diskriminasi dan kekerasan berbasis gender, menerapkan kesetaraan hak dan kesempatan mengembangkan karier.
"Komitmen kami di BUMN tercermin dari beberapa kebijakan affirmative action, salah satunya dengan membuat target 15 persen kepemimpinan perempuan di BUMN pada 2021,” ujar dia.
Erick menuturkan, pihaknya menargetkan 25 persen kepemimpinan perempuan pada 2023.
"Alhamdulillah target ini sudah tercapai. Ke depannya, kami meningkatkan target 25 persen kepemimpinan perempuan pada tahun 2023. Tujuannya adalah untuk memberikan spotlight pada para profesional perempuan di BUMN dengan kinerja yang cemerlang,” kata dia.
Begini Cara Perempuan Agar Tetap Bisa Investasi
Sebelumnya, peringatan Hari Kartini tiap 21 April acap menjadi momen refleksi atas peran perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Seiring perkembangannya, perempuan kini memiliki ruang lebih besar untuk berpartisipasi dalam berbagai hal, termasuk urusan investasi.
Meski memiliki persamaan dari sisi hak, tetapi rupanya terdapat perbedaan dalam strategi investasi meski tak terlalu signifikan. Perencana Keuangan OneShildt Consulting, Risza Bambang menilai, laki-laki dan perempuan secara rata-rata punya perbedaan dalam naluri dan perasaan.
“Mungkin ini bisa berakibat pada perilaku berinvestasi, baik dalam memilih instrumen investasi, tingkat risiko, kepraktisan akses dan pelayanan, serta tingkat keuntungan yang diperoleh. Tentunya ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan kehidupan selama ini dan jangka waktu horison atas tujuan investasinya,” ujar Risza kepada Liputan6.com, Rabu (20/4/2022).
Biasanya, perempuan memiliki pengeluaran yang lebih banyak dibanding laki-laki. Terlebih saat sudah menikah, biasanya keperluan rumah tangga banyak diurus oleh perempuan. Ini sebabnya perempuan sering diposisikan sebagai bendahara keluarga. Untuk itu, perlu strategi agar investasi tetap jalan.
Menurut Risza, investasi sebaiknya dimulai sejak dini pada saat sudah memiliki penghasilan, apapun bentuknya. Idealnya, setoran investasi disisihkan pada saat awal menerima penghasilan, bukan berharap ada sisa penghasilan akibat belanja-belanja baik rutin, wajib, dasar maupun keinginan.
“Berharap ada sisa penghasilan di saat akhir sama seperti pungguk merindukan bulan, karena ini hanya ada di dalam angan-angan. Secara general, maka ini sulit diaplikasikan dalam kehidupan kita mengingat natural sifat manusia yang lemah atas godaan belanja dengan segala strategi promosinya,” kata Risza.
Advertisement
Disiplin Sisihkan Dana
Untuk itu, investor harus disiplin untuk sisihkan minimal 10 persen atau sesuai kemampuan dan kemauan di saat menerima penghasilan.
Bahkan, Risza menilai perlu dipikirkan untuk melakukan investasi secara otomatis dengan autodebet atau mekanisme pemotongan digital tanpa perlu ada effort untuk transfer manual.
Catatan saja, bagi pemula disarankan memilih instrumen investasi yang memiliki risiko rendah. Jika sudah mengetahui cara kerja pasar moda, boleh beralih pada instrumen lain siring dengan profil risiko masing-masing.
"Tidak ada rule of thumb atas jenis instrumen investasi yang paling cocok, namun pemula janganlah berinvestasi pada produk-produk derivatif atau bahkan direct investment. Bisa mulai dengan pasar uang, reksa dana pasar uang atau campuran, obligasi pemerintah dan lain-lain yang beresiko rendah,” tandasnya.