Iqbaal Ramadhan Pilih Pakai Baju Bekas demi Minimalkan Dampak Perubahan Iklim

Salah satu aksi peduli iklim ini diceritakan Iqbaal Ramadhan dalam peluncuran kampanye terbaru The Body Shop Indonesia, "Be Seen Be Heard."

oleh Asnida Riani diperbarui 31 Mei 2022, 10:13 WIB
Iqbaal Ramadhan. (Adrian Putra/Fimela.com)

Liputan6.com, Jakarta - Iqbaal Ramadhan jadi salah satu yang percaya bahwa meminimalkan dampak perubahan iklim bisa dilakukan mulai dari hal-hal kecil dalam keseharian. Salah satunya, aktor sekaligus musikus ini bercerita tidak keberatan memakai baju bekas.

"Thrift. Kalau bukan urusan pekerjaan, aku mengurangi beli barang fesyen baru. Aku bukan orang yang anti-pakai baju bekas," ia mengakui dalam perilisan kampanye "Be Seen Be Heard" inisiasi The Body Shop Indonesia secara virtual, Senin, 30 Mei 2022.

Ia juga membiasakan diri untuk membawa tumbler saat keluar rumah, supaya tidak memakai wadah minum sekali pakai. Juga, tote bag, dengan berkata, "Aku punya dua (tote bag). Satu yang bisa dilipat kecil dan dimasukkan ke dalam tas. Satu tote bag yang lumayan besar dan memang dipakai untuk belanja."

Ia juga berusaha tidak pakai AC. "Apalagi sudah mau winter (di Melbourne, Australia tempatnya sekarang berkuliah). Buka jendela saja," pemain film Bumi Manusia itu bercerita. "Lalu, menghemat penggunaan air. Sejak awal pandemi, ada anjuran untuk cuci tangan 20 detik, tapi tidak ada yang bilang selama 20 detik itu keran airnya dimatikan saja, supaya tetap hemat air."

Sebagai anak kos yang acap kali memasak, Iqbaal juga mengaku mengurangi sampah makanan dengan menyiapkan makanan secukupnya. Ia pun bukan satu-satunya yang telah mengubah gaya hidup untuk jadi lebih ramah lingkungan.

Langkah serupa juga diambil Angela Gilsha. Pesinetron berusia 27 tahun ini mengatakan bahwa ia sudah tidak punya sampah kamar mandi. Alih-alih tisu, ia memakai handuk kecil dan waslap. "Pakai sabun batangan dan aku pilih sampo yang kemasannya bisa dikembalikan ke toko untuk didaur ulang," katanya di kesempatan yang sama.

Ia menyambung, "Aku juga pakai cotton bud dari bambu. Juga, sudah tidak pakai pembalut, tapi menstrual pad, dan itu nyaman banget. Aman enggak pernah bocor."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Be Seen Be Heard

Peluncuran kampanye "Be Seen Be Heard" oleh The Body Shop Indonesia secara virtual yang berfokus pada aksi iklim, 30 Mei 2022. (dok. tangkapan layar Zoom)

Peran aktif dalam menjawab isu perubahan iklim inilah yang ingin ditularkan pada lebih banyak anak muda oleh The Body Shop Indonesia melalui kampanye terbaru mereka bertajuk "Be Seen Be Heard." Secara global, kampanye ini telah diluncurkan pada awal Mei 2022.

Perilisannya bersamaan dengan penerbitan laporan "Be Seen Be Heard: Memahami Partisipasi Politik Anak Muda" hasil kerja sama The Body Shop dengan Kantor Utusan Pemuda Sekretaris Jenderal PBB. Laporan ini menunjukkan bahwa jutaan kaum muda di seluruh dunia saat ini tidak mendapat peran dalam sektor publik.

Dengan adanya isu krisis iklim, konflik global, dan ketidaksetaraan generasi yang kian tajam, pendapat, perspektif dan representasi dari kaum muda sangat dibutuhkan, sekarang lebih dari sebelumnya. Dari ide besar kampanye itu, Head of Values, Community, and PR The Body Shop Indonesia, Ratu Ommaya, menjelaskan bahwa setiap negara mengambil isu yang relevan.

Ia berkata, "Di Indonesia, perubahan iklim adalah isu yang paling mengkhawatirkan dan telah memengaruhi kehidupan masyarakat. The Body Shop Indonesia ingin mengajak kaum muda untuk lebih Dilihat dan Didengar (Be Seen Be Heard), sehingga bisa berperan aktif (dalam memerangi krisis iklim)."


Gandeng Mitra Berdampak

The Body Shop Indonesia buka gerai pertamanya yang terbuat dari 100% sampah (The Body Shop)

Berbicara masa depan, 10--20 tahun ke depan, Maya mengatakan, generasi muda lah yang akan jadi pemimpin. "Mereka sedang berjuang meraih cita-citanya sekarang. Bagaimana bisa (meraihnya) kalau keadaan Bumi tidak sehat?" ia mengatakan.

Selama kampanye yang rencananya berlangsung selama tiga tahun, The Body Shop Indonesia menggandeng sejumlah mitra berdampak. Teens Go Green Indonesia, salah satunya. Co-founder dan chairman-nya, Bambang Sutrisno, mengatakan jika tidak dimulai sekarang, bisa jadi sudah tidak ada masa depan untuk semua orang karena Bumi terlalu rusak.

Mitra lainnya adalah CarbonEthics. Chief Commercial Office-nya, Bimo Listyanu, menyebut bahwa anak muda bisa memimpin dengan memberi contoh perilaku lebih ramah lingkungan. "Di antara mereka ada yang masih tinggal dengan orangtua dan sudah berkeluarga. Dalam situasi ini, generasi muda bisa berdampak pada generasi di atas dan di bawah mereka (dalam menerapkan gaya hidup ramah lingkungan)," Bimo mengatakan.

Masing-masing mitra dalam kerja sama ini telah menyiapkan berbagai aktivitas. Ini termasuk edukasi krisis iklim di media sosial, mengajak anak muda melihat langsung bagaimana perubahan iklim berdampak pada masyarakat lokal dan solusi yang dihadirkan di tengah situasi tersebut, juga ada pula kuis "How Sustainable Are You?" untuk mengukur level keberlanjutan dari masing-masing orang.

Selain, ada pula semacam kalkulator untuk memperkirakan berapa banyak jejak karbon yang dihasilkan seseorang dalam berkegiatan sehari-hari. Juga, aksi iklim untuk merestorasi jejak karbon.


Tahapan Kampanye Selama 3 Tahun

Area Body Butter Tower di gerai pertama The Body Shop yang berkonsep hasil daur ulang sampah. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Tahun pertama kampanye "Be Seen Be Heard," Maya menjelaskan, pihaknya akan fokus membangun kesadaran dan memberi edukasi terhadap isu perubahan iklim. Kemudian, di tahun ke-2, mereka akan memilih para climate champions.

"Sampai tahun ke-3, ada perubahan nyata yang sama-sama didorong. Sampai sekarang, kami masih mempelajari celah apa (dari isu krisis iklim di Indonesia) yang punya potensi untuk didorong," ia mengutarakan. "(Salah satunya) energi terbarukan yang sedang dipelajari sampai nanti (dilihat) potensinya seperti apa."

Ia mengatakan, dalam memilih fokus penanganan isu krisis iklim, pihaknya harus melihat itu secara lebih holistik. "Apa yang akan jadi dampak nyata bagi (penanganan) krisis iklim di indonesia. Itu akan terus dilihat sambil menjalankan kampanye sampai tahun ke-3," ia menambahkan.

Soal perubahan nyata, Maya menggarisbawahi bahwa perubahan perilaku publik jadi yang paling mendesak, karena itu merupakan "hal yang paling nyata." "Dengan banyak anak muda melakukan hal yang sama, penanganan krisis iklim bisa jadi lebih baik," Maya berkata.

Pihaknya juga menggalang donasi untuk kampanye ini. "Kami mengajak konsumen The Body Shop untuk membeli The Changemakers Self Love Kit di mana dari setiap pembelian, mereka akan berkontribusi sebesar Rp5 ribu ke impact partners kami: CarbonEthics dan Teens Go Green, untuk membantu generasi muda melawan krisis iklim melalui program edukasi lingkungan," tutupnya.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya