Liputan6.com, Jakarta - Invasi Rusia ke Ukraina akan membuat bencana kelaparan dan kemiskinan di dunia akan meningkat pada Juli 2022 karena stok makanan dari tahun sebelumnya telah habis. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Jumat, 27 Mei 2022 bahwa perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lebih dari 40 juta orang menghadapi prospek kelaparan tahun ini meningkat.
"Pada Juli, banyak negara akan melihat stok pangan mereka dari tahun sebelumnya habis, akan menjadi jelas bahwa bencana semakin dekat," kata Zelenskiy dalam pertemuan 'town hall' virtual yang diselenggarakan oleh Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI), sebuah kelompok masyarakat sipil yang berbasis di Jakarta yang mempromosikan internasionalisme, dikutip AsiaOne, Selasa (31/5/2022).
Baca Juga
Advertisement
Presiden Zelenskiy telah berbicara kepada audiensi di seluruh dunia secara virtual sejak invasi dimulai. Sementara, ini adalah pidato pertamanya kepada audiens Asia.
"Anda dapat mengecek harga makanan di toko. Anda akan melihat harganya meningkat, pertanda kemiskinan bagi mereka yang sudah miskin dan juga untuk kelas menengah. Ini akan membawa kekacauan politik untuk wilayah tertentu di dunia," kata Zelenskiy.
Dia mengatakan Ukraina adalah salah satu "eksportir bahan makanan terbesar dan paling dapat diandalkan" secara global, mengekspor puluhan juta ton biji-bijian yang dihasilkan setiap tahun. Saat ini, 22 juta ton biji-bijian tertahan di Ukraina karena negara itu tidak dapat mengirimnya ke luar negeri.
Seperti "biji-bijian tersebut dibutuhkan saat ini" tak dapat dikirim karena Rusia telah memblokade pelabuhan di Laut Hitam dan Laut Azov, tambah Zelenskiy. Dampak hilangnya biji-bijian tersebut dari pasar internasional sudah dirasakan dengan lonjakan bencana harga biji-bijian, sereal dan makanan lainnya, katanya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Darurat Kelaparan
Dino Patti Djalal, mantan wakil menteri luar negeri Indonesia dan pendiri FPCI, mengatakan "penting" bagi Zelenskiy untuk berbicara dengan audiens Asia karena ada persepsi di antara beberapa orang di kawasan itu bahwa perang adalah "masalah Eropa".
Dia mengatakan presiden Ukraina perlu "memperkuat pandangan bahwa invasi Rusia ke Ukraina memiliki signifikansi jauh melampaui Eropa, dan bahwa hal itu membahayakan visi tatanan dunia berbasis aturan yang sudah rapuh, belum lagi bencana kemanusiaan yang harus menjadi perhatian semua negara".
Pekan lalu, Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan akan kelaparan dan kelaparan massal selama bertahun-tahun jika krisis pangan global yang berkembang tidak terkendali. Dia mendesak Rusia untuk melepaskan gandum Ukraina.
Di seluruh dunia, 44 juta orang di 38 negara berada pada tingkat darurat kelaparan, Guterres memperingatkan. Dia mencatat bahwa invasi Rusia ke tetangganya telah secara efektif mengakhiri ekspor makanan Ukraina, dengan kenaikan harga hingga 30 persen untuk makanan pokok yang mengancam orang-orang di negara-negara di Afrika dan Timur Tengah.
Advertisement
Hasil Pertanian
Sebelum invasi Rusia, yang dimulai pada 24 Februari 2022, Ukraina dipandang sebagai 'keranjang roti' dunia. Negara itu mengekspor 4,5 juta ton hasil pertanian per bulan melalui pelabuhannya, termasuk 12 persen gandum, 15 persen jagung dan setengah dari minyak bunga matahari.
Tetapi dengan Odesa, Chornomorsk, dan pelabuhan lain sekarang terputus dari dunia oleh kapal perang Rusia, pasokan hanya dapat melewati rute darat yang padat dan upaya untuk mengeluarkan produk ini berada di bawah serangan Rusia. Zelenskiy mengatakan bangsanya sedang "bekerja pada langkah-langkah untuk mengurangi krisis pangan.
"Kami mencoba untuk menemukan rute baru. Kami ingin memasok pasar dunia dengan gandum kami, menggunakan kereta api dan pelabuhan Eropa. Bahkan upaya ini Rusia mencoba untuk memotong pendek, menghancurkan kereta api kami, pusat logistik kami," jelasnya. Presiden Ukraina itu juga memperingatkan bahwa blokade Rusia di Laut Hitam dan sebagian Laut Azov adalah semacam "pelatihan" dalam agresi dan memiliki implikasi bagi negara lain.
Bantu Akhiri Perang
"Blokade pelabuhan ini adalah pelatihan bagi agresor potensial kita, yang ingin menaklukkan tetangga atau mengambil alih wilayah. Jika Rusia berhasil lolos dari hukuman untuk itu (blokade laut) dalam perang melawan Ukraina ini, maka negara lain akan melihat bahwa blokade laut adalah tekanan yang 'dapat diterima' di dunia modern," kata Zelenskiy. Ini berarti "bahwa tidak ada negara atau jalur perdagangan yang dapat merasa aman," tambahnya.
Zelenskiy mendesak Indonesia dan seluruh dunia untuk bersatu dalam membantu mengakhiri perang sehingga Ukraina dapat membantu mengakhiri krisis pangan. Jika dunia dapat membantu membuka blokir pelabuhan negaranya, Zelenskiy mengatakan Ukraina akan mengirimkan "cadangannya".
Namun, diakui Zelenskiy, biji-bijian tidak sebanyak dulu. "Panen baru jauh lebih kecil karena pasukan Rusia menambang ladang kami dan menghancurkan peralatan pertanian kami," katanya.
Dia juga mengatakan Rusia menggunakan krisis pangan internasional "sebagai senjata untuk menekan dunia" dan dia pesimis tentang prospek adanya dialog nyata untuk perdamaian. "Saya belum pernah mendengar satu kali pun dari mereka menanggapi proposal (dari Zelenskiy) untuk menghentikan perang ini." Dia mengatakan dia mendukung negosiasi dan mendukung solusi diplomatik.
Advertisement