Liputan6.com, Jakarta - Pakar nutrisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. Rina Agustina, M.Sc., Ph.D. menjelaskan terkait suplemen mikronutrien multipel (MMS) prenatal sebagai intervensi nutrisi bagi ibu hamil.
Menurutnya, suplemen mikronutrien multipel (MMS) prenatal adalah suplemen hemat biaya yang berperan dalam mengurangi komplikasi kehamilan dan kelahiran yang merugikan.
Advertisement
Di dalam MMS telah terdapat zat besi dan asam folat (IFA) yang saat ini menjadi suplemen standar yang diberikan bagi Ibu hamil di seluruh dunia.
“Saat ini, MMS semakin direkomendasikan, termasuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, di dalam rekomendasi terbaru WHO tersebut, rekomendasi pemberian intervensi ini masih bersifat dalam konteks penelitian ketat,” ujar Rina mengutip keterangan pers Selasa (31/5/2022).
“Rekomendasi ini lahir karena berdasarkan analisis, ditemukan bahwa terdapat risiko kematian neonatal yang lebih tinggi akibat MMS jika dibandingkan dengan IFA yang menyediakan 60 mg Fe,” tutur Rina yang juga menjabat sebagai Ketua Klaster Human Nutrition Research Center IMERI-FKUI.
Menanggapi rekomendasi tersebut, Kelompok Penasihat Teknis MMS memutuskan untuk menganalisis ulang data yang ada. Reanalisis ini menguji luaran yang sama dengan penelitian WHO. Yaitu, efek MMS dibandingkan IFA pada kematian neonatus.
Reanalisis dilakukan berdasarkan dosis Fe yang diberikan oleh MMS dan IFA, alih-alih berdasarkan dosis asam folat. Mengingat, terdapat berbagai dosis Fe yang digunakan dalam penelitian-penelitian yang termasuk dalam analisis tersebut.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proses Reanalisis
Analisis sebelumnya dilakukan berdasarkan analisis asam folat karena kebanyakan negara menggunakan asam folat dengan dosis 400 mg. Namun, variasi dalam dosis asam folat ini sesungguhnya tidak berpengaruh dalam analisis data, karena asam folat terutama berpengaruh sebelum kehamilan, bukan saat kehamilan saja.
Lebih jauh Rina menjelaskan bahwa dalam reanalisis ini, peneliti-peneliti mengidentifikasi dan memperbaiki masalah metodologis dari analisis sebelumnya, dan membuat penyesuaian tambahan. Penyesuaian-penyesuaian tersebut dilakukan pada kriteria inklusi dan eksklusi, serta interpretasi data.
Reanalisis meliputi tindakan-tindakan sebagai berikut:
-Menginklusi studi-studi yang menggunakan IFA dengan dosis asam folat selain 400 mg.
-Menginklusi studi-studi IFA dengan dosis FE 60 mg.
-Mengelompokkan ulang studi berdasarkan dosis Fe yang digunakan di lapangan.
Dengan menggunakan metode ini, tim peneliti menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik mengenai kematian neonatal antara MMS dan IFA. Hal ini sesuai dengan hasil publikasi-publikasi sebelumnya yang membahas hal serupa.
Advertisement
MMS Tidak Berdampak Buruk
Meskipun peningkatan risiko kematian neonatal akibat MMS masih dapat terjadi, tapi bila dibandingkan dengan IFA yang menyediakan 60 mg Fe, MMS dengan 30 mg Fe secara umum menghasilkan perbedaan tak bermakna dalam kematian neonatal.
Menurut reanalisis ini, eksklusi studi-studi berdasarkan variasi dosis asam folat, MMS menyebabkan peningkatan kematian neonatal. Padahal, eksklusi tersebut kemungkinan tidak menyebabkan perbedaan yang bermakna.
Hal ini dapat menimbulkan keengganan masyarakat untuk beralih dari IFA menuju MMS. Padahal, MMS memiliki manfaat yang terdokumentasi dengan baik dalam mengurangi risiko berat badan lahir rendah, kecil untuk usia kehamilan, lahir mati dan kelahiran prematur.
Karenanya, reanalisis diharapkan dapat menjadi saran dan pertimbangan untuk pedoman selanjutnya. Transisi dari IFA yang mengandung 60 mg Fe ke MMS yang mengandung 30 mg Fe tidak akan berdampak buruk pada kematian neonatus.
Pembahasan perancangan rekomendasi untuk WHO mengenai intervensi nutrisi bagi ibu hamil ini melibatkan Rina dan banyak ahli lainnya dari berbagai negara.
Diterbitkan Sebagai Commentary
Rina dan ahli nutrisi dunia lainnya seperti Filomena Gomes dan Megan W. Bourassa dari The New York Academy of Sciences, USA melakukan analisis ini bersama.
Hasilnya kemudian diterbitkan sebagai commentary berjudul “Effect of multiple micronutrient supplements v. iron and folic acid supplements on neonatal mortality: a reanalysis by iron dose,” dalam jurnal internasional Public Health Nutrition pada tanggal 25 April 2022.
Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menyambut baik kolaborasi yang dilakukan oleh dosen dari Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM tersebut.
“Kami sungguh senang bahwa pakar kami kembali terlibat dalam kolaborasi internasional. Kami juga mendukung keterlibatan sivitas akademika FKUI dalam melakukan riset dan policy brief berskala internasional.”
“Hal ini berarti, FKUI dan Indonesia berkontribusi dalam kemajuan kesehatan di seluruh Indonesia. Semoga publikasi ini dapat mendorong teman-teman lain untuk melakukan kolaborasi internasional, baik dari segi riset ataupun pendidikan,” ucap Ari.
Advertisement