Liputan6.com, Jakarta - Ende merupakan sebuah kabupaten yang ada di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan ibu kota Kota Ende. Kabupaten Ende memiliki luas wilayah 2.067,75 kilometer persegi yang terdiri dari 21 kecamatan.
Dan pada 2022 ini, Presiden Joko Widodo atau Jokowi memilih memimpin upacara Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila Kota Ende hari ini, Rabu (1/6/2022). Adapun upacara Hari Lahir Pancasila kali ini akan dipusatkan di Ende.
"Bapak Presiden Joko Widodo yang akan memimpin langsung upacara peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022. Upacara peringatan hari lahir Pancasila dipusatkan di Ende," ujar Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo dikutip dari siaran persnya, Selasa 31 Mei 2022.
Baca Juga
Advertisement
Mengapa Presiden Jokowi memilih datang dan memimpin upacara Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila Kota Ende? Rupanya, Jokowi akan menjadi Presiden RI kedua yang berkunjung ke Kabupaten Ende. Sebelum Jokowi, ada Presiden pertama RI Soekarno yang lebih dulu mengunjungi Kabupaten Ende.
Selain itu, Kabupaten Ende juga merupakan tempat perenungan Presiden Soekarno tentang dasar negara, yang kini dikenal sebagai Pancasila saat diasingkan 1934 silam. Oleh karena itu, Ende dikenal sebagai Kota Pancasila.
Tak hanya itu, pemandangan indah nan memesona turut membuat Ende terkenal dengan potensi pariwisatanya. Namun, pariwisata bukanlah potensi Ende satu-satunya.
Ende juga memiliki potensi lain seperti hutan yang dipertahankan untuk memberikan manfaat besar bagi rakyatnya, pertanian dan perkebunan sebagai peningkatan produksi menuju kemampuan swasembada secara merata, pertambangan berupa mata air panas, fumarol, dan batuan teralterasi.
Berikut sederet fakta menarik tentang Ende, tempat yang dipilih Presiden Jokowi untuk pimpin upacara Hari Lahir Pancasila dihimpun Liputan6.com:
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Kota Pancasila
Pada 1934 silam, Soekarno atau kerap disapa Bung Karno diasingkan ke Ende. Kala itu, Bung Karno yang berusia 35 tahun dibawa ke Ende bersama sang istri, Inggit Ganarsih, mertuanya yang bernama Amsih, dan dua anak angkatnya yaitu Ratna serta Kartika.
Selama masa pengasingannya, Bung Karno berhasil merumuskan Pancasila di Ende. Oleh karena itu, Ende dikenal sebagai Kota Pancasila.
Rumah yang ditempati Bung Karno bersama keluarganya saat pengasingan saat ini telah dijadikan situs bersejarah yang berdiri sejak 1954.
Rumah tersebut dibuat menyerupai museum kecil yang berisi barang-barang Bung Karno dan juga foto keluarga selama pengasingan.
Taman di rumah itu dimanfaatkan Bung Karno untuk merenung, tepatnya di bawah sebuah pohon sukun. Renungannya membuahkan hasil, Pancasila. Saat ini taman tersebut dikenal dengan Taman Renungan Bung Karno atau Taman Renungan Pancasila.
Sejumlah fakta itu sempat memunculkan wacana agar hari jadi Ende seharusnya tanggal 1 Juni, bersamaan dengan hari lahirnya Pancasila.
Namun sampai saat ini, ulang tahun Ende masih pada 20 Desember 1958. Hal itu berdasarkan penetapan NTT sebagai salah satu provinsi di Indonesia dan penerapan daerah tingkat II di NTT yang salah satunya adalah Kabupaten Ende.
Advertisement
2. Lokasi Kerajinan Tertua
Tenun ikat menjadi kerajinan tertua yang ada di Kabupaten Ende. Masyarakat Suku Ende-Lio mayoritas memiliki bakat usaha di bidang industri kain tenun tradisional.
Proses pembuatan tenun masih kental dengan adat istiadat yang erat kaitannya dengan hal mistis dan gaib. Kain ini hanya dibuat oleh wanita dengan menggunakan bahan-bahan dasar alami sehingga pewarnaannya pun masih alami. Proses pembuatannya pun masih manual tanpa menggunakan mesin.
Tenun ikat dibuat dengan corak pilihan benang atau serat kapas serta pewarnaan yang khas menggunakan kulit kayu, akar, batang, dan dedaunan. Tenun ikat ini memiliki tiga warna utama, yaitu putih, biru, dan merah sesuai dengan warna Danau Kelimutu.
3. Raja Pertama di Ende
Jari Jawa atau Husein Djajadiningrat adalah seseorang yang memiliki jasa besar bagi rakyat Ende. Jari Jawa mendapat kepercayaan untuk memimpin suku-suku yang ada di Ende.
Hal tersebut membuat Jari Jawa menjadi raja pertama di Kerajaan Islam Ende yang berdiri sekitar 1630 setelah Portugis terusir dari Pulau Ende.
Sejak berdirinya Kerajaan Islam Ende, tak lagi ada kekuatan asing selama kurang lebih 163 tahun lamanya. Kerajaan Islam Ende berkuasa tanpa gangguan besar sejak 1630 hingga 1793.
Advertisement
4. Ada Kampung Adat Berusia 800 Tahun
Selain itu, Kampung Adat Wologai yang terletak di Ende Pulau Flores merupakan kampung adat yang terletak di ketinggian 1.045 meter di atas permukaan laut. Konon, kampung adat ini telah berusia 800 tahun lamanya.
Dahulu, sebelum dimulai pembangunan rumah harus dilaksanakan Ritual Naka Wisu, yaitu menyembelih seekor ayam kemudian menebang pohon di hutan pada pukul 12 malam. Pohon tersebut akan digunakan sebagai tiang penyangga rumah nantinya.
Rumah yang ada di Kampung Wologai terbagi menjadi tiga, yaitu rumah adat, rumah suku, dan rumah besar. Rumah suku digunakan untuk menyimpan benda pusaka atau peninggalan suku, sedangkan rumah besar ditempati saat proses ritual berlangsung.
Atap rumah yang ada di Kampung Adat Wologai terbuat menjulang tinggi yang bermakna sebagai kewibawaan ketua adat yang dipandang lebih tinggi dari masyarakat adat biasa.
5. Pesona Pantai Batu Biru
Pantai Batu Biru menjadi salah satu objek wisata di Ende dengan memiliki deburan ombak yang eksotis. Pantai berpasir putih ini dihiasi dengan bongkahan batu warna biru.
Bahkan, bukan hanya biru tetapi ada juga yang berwarna hijau, ungu, kuning, dan merah. Bentuk batuan yang ada di Pantai Batu Biru juga beragam, ada yang berbentuk segitiga, kotak, bundar, dan juga lonjong.
Konon, bebatuan yang ada di kawasan pantai berasal dari dasar laut lalu terseret ombak dan terdampar di pinggir pantai. Penduduk yang berprofesi sebagai penambang batu biasanya mensortir batu berdasarkan warna, bentuk, dan ukurannya.
Kemudian, batu tersebut dijual kepada pengepul. Harga batu tersebut berkisar antara Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram.
Advertisement
6. Danau Tiga Warna
Danau Kelimutu atau yang biasa disebut Danau Tiga Warna merupakan danau yang terletak di puncak Gunung Kelimutu. Danau ini memiliki tiga warna, yaitu hijau, putih, dan merah.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, warna yang dilihat pada danau tersebut memiliki arti serta kekuatan dalam tersendiri dan merupakan tempat keramat serta pemberi kesuburan. Masyarakat biasanya melakukan upacara adat untuk memberi persembahan hasil bumi kepada arwah danau.
Warna biru atau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” dipercaya menjadi tempat berkumpul arwah dari orang-orang yang meninggal pada usia muda.
Lalu, warna merah atau “Tiwu Ata Polo” diyakini sebagai tempat berkumpul arwah dari orang-orang yang semasa hidupnya kerap berbuat jahat.
Sedangkan, warna putih atau “Tiwu Ata Mbupu” dipercaya sebagai tempat berkumpulnya para leluhur yang meninggal ketika tua.