Liputan6.com, Purbalingga - Patung orang yang tengah membuat knalpot berdiri kokoh di sebuah persimpangan pusat Kabupaten Purbalingga. Dibangunnya patung tersebut bukan tanpa alasan, Kabupaten Purbalingga dijuluki sebagai Kota Knalpot.
Sebab banyaknya warga Purbalingga yang menggantungkan hidup sebagai pembuat knalpot. Knalpot buatan Purbalingga kerap juga dijuluki sebagai knalpot Braling.
Dikutip dari berbagai sumber, sejarah Purbalingga sebagai sentra produksi knalpot di Indonesia dimulai pada tahun 1970. Sosok bernama Hasan Yusuf disebut-sebut sebagai pelopor produksi knalpot pada masa itu.
Baca Juga
Advertisement
Mulanya Hasan merupakan pengrajin dandang yang terbuat dari kuningan. Namun sayangnya dandan buatan Hasan tak begitu laris dipasaran.
Hasan lalu memutuskan untuk memproduksi knalpot berbahan kuningan. Ia memproduksi knalpot-knalpot buatnnya secara tradisional alias tanpa bantuan mesin.
Tak disangka knalpot buatan Hasan laris di pasaran. Bahkan knalpot buatannya banyak dipesan tok-toko onderdil kendaraan dan bengkel asal Jakarta.
Sejak saat itu mayarakat purbalingga mulai banyak yang memproduksi knalpot. Mereka memproduksi knalpot secara tradisional, tanpa mesin.
Meskipun hanya memproduksi knalpot ala rumahan, knalpot buata Purbalingga cukup diakui kualitasnya. Bahkan, kualitas knalpot Braling terkenal tak hanya di seantero nusantara, tapi juga dunia.
Bahkan sejumlah produsen otomotif seperti Mercedez Benz, Suzuki, Daihatsu, dan Toyota, turut memesan knalpot buatan Purbalingga. Tak hanya itu, kendaraan tempur jenis panser dan tank yang dibuat PT Perindustrian TNI AD atau Pindad, pesanan Malaysia dan Libanon, knalpotnya juga berasal dari Purbalingga.