Balada Suku Samin dan Kisah Ajaran Sedulur Sikep Melawan Kolonialisme

Samin merupakan salah satu suku di Indonesia yang menyebar di daerah Bojonegoro, Tuban, Blora, Rembang, Grobogan, Pati, dan Kudus. Kehidupan orang Samin terpencar, biasanya satu desa hanya terdapat 5-6 keluarga Samin.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 02 Jun 2022, 00:00 WIB
Kaum samin komunitas orang-orang jujur (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Liputan6.com, Semarang - Samin merupakan salah satu suku di Indonesia yang menyebar di daerah Bojonegoro, Tuban, Blora, Rembang, Grobogan, Pati, hingga Kudus. Kehidupan orang Samin terpencar, biasanya satu desa hanya terdapat 5-6 keluarga Samin.

Kendati demikian, orang Samin memiliki solidaritas yang tinggi. Mereka sangat menghargai eksistensi manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Apalagi dengan adanya ungkapan turun temurun, yakni ono niro mergo ningsun, ono ningsun mergo niro. Artinya, adanya saya karena kamu, adanya kamu karena saya.

Mengutip berbagai sumber, orang Samin memiliki prinsip tidak mengambil barang orang lain yang bukan haknya. Ketika haknya dicuri, ia akan membelanya. 

Sehari-hari orang Samin berbahasa Kawi dan bercampur Jawa ngoko. Bahasa ini terkesan kasar bagi orang yang mendengarnya. Namun bagi orang yang sering berinteraksi dengan suku Samin, bahasa tersebut tak menjadi persoalan.

Selain jujur dan ramah, Suku Samin juga terkenal dengan ungkapan “sedulur tuwo”. Bagi orang Samin ungkapan ini bak kewajiban yang tidak  boleh ditinggalkan.

Pernah suatu ketika di sebuah desa ada yang meninggal dunia. Banyak orang yang takziah, tak terkecuali seorang lelaki paruh baya berusia 75 tahun. Lelaki tua berudeng motif batik warna hitam kecoklatan itu datang ke rumah duka.

Tanpa banyak bicara, lelaki tua itu menghampiri tempat jenazah yang disemayamkan. Kemudian ia membuka tutup bagian atas hingga akhirnya menatap langsung wajah jenazah.

Sedulur, asalmu ora ono, terus dadi ono. Saiki ora ono maneh. Yo wis, tak dongak-ke slamet. (Saudara, asalmu tidak ada, lalu menjadi ada. Sekarang tidak ada lagi. Ya sudah, saya doa kan selamat.),” kata lelaki itu.

Begitulah orang Samin, tidak lepas dari kata “sedulur” yang bermakna sama-sama saudara.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Ajaran Sedulur Sikep

Joko Mulyono adalah seorang tokoh sedulur Sikep Samin asal Dukuh Kembang. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Meskipun terkenal sebagai suku yang ramah, namun ketika bicara penjajah, suku Samin sangat lantang untuk menentangnya. Semasa Belanda menjajah, masyarakat pengikut Samin Surosentiko ini gencar melawannya. 

Perlawanan tidak dilakukan dengan cara kekerasan, melainkan dengan aksi lain seperti menolak membayar pajak dan menolak peraturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial. Di mata penjajah, suku Samin terkenal dengan orang pembangkang, pemberontak, dan selalu melawan pemerintah.

Hal tersebutlah yang kemudian dikenal dengan ajaran Sedulur Sikep. Sedulur bermakna saudara, sedangkan sikep adalah senjata. Sedulur Sikep berarti ajaran yang mengutamakan perlawanan tanpa senjata dan kekerasan.

Sampai saat ini orang Samin memiliki sistem kehidupan sendiri. Mereka tidak mengikuti program Keluarga Berencana (KB) hingga membuat pupuk dan irigasi sendiri. 

Saking mandirinya, orang Samin tak mengenal apa itu krisis ekonomi dan moneter. Mereka juga tak tergantung dengan kemajuan teknologi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya