Liputan6.com, Jakarta - Seperti tahun-tahun sebelumnya, Hari Lahir Pancasila kembali diperingati pada 1 Juni 2022. Di antara banyak topik terkait, siapa sangka bahwa kelahiran ideologi itu juga melibatkan pohon sukun? Pasalnya, di bawah pohon sukun Sukarno merenungkan ilham butir-butir falsafah negara yang kemudian dikenal sebagai pancasila.
Di pulau yang sepi di Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggarsa Timur (NTT), Sukarno duduk di bawah pohon sukun di depan rumahnya. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di tempat itu merenungkan ilham yang diturunkan Tuhan kepadanya tentang dasar negara yang tepat untuk Indonesia merdeka.
Baca Juga
Advertisement
“Di kota ini kutemukan lima butir Mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila,” kata Sukarno dikutip dari laman Facebook Universitas Bung Karno, Sabtu (1/1/2022).
Pada 1 Juni 1945 pukul 09.00 pagi, sidang BPUPKI dibuka kembali. Sukarno melangkah ke podium marmer yang letaknya lebih tinggi. Tanpa memegang naskah pidato, Sukarno mengupas lima prinsip, yang disebutnya lima mutiara berharga, yakni Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dikutip dari kanal News Liputan6.com, di pengujung pidatonya Sukarno berkata, "Marilah kita menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi biarkan masing-masing orang Indonesia bertuhan Tuhannya sendiri."
Sukarno pun kemudian menyebut lima mutiara berharga itu sebagai Pancasila. Lima prinsip yang menjadi dasar negara, seperti Rukun Islam yang juga lima, jari di satu tangan yang juga lima, dan pahlawan Mahabarata yang juga berjumlah lima orang.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tanam Pohon Sukun Kembali
Pohon sukun asli tempat Sukarno merenung telah tumbang. Pohon baru kemudian ditanam lagi pada 17 Agustus 1981 pada pukul 09.00 WITA yang tumbuh subur hingga saat ini.
"Pohon Sukun yang tumbuh saat ini bukan pohon sukun yang asli karena Pohon Sukun yang asli sudah mati. Atas prakarsa pemerintah daerah TK II Ende ditanam pohon sukun yang baru untuk mengenang sejarah perjuangan Bung Karno di Ende," seperti dikutip dari laman kemendikbud.go.id.
Pada Mei 1954 Bung Karno pernah menyampaikan pidatonya di hadapan masyarakat Ende, di lapangan Pancasila (alun-alun) sekarang, di sebelah selatan Taman Renungan (pohon sukun).
Taman Renungan (pohon sukun) lokasinya terletak di Kelurahan Rukun Lima, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende. Berdasarkan usulan penetapan luas lahan taman renungan Bung Karno ialah 52 m x 52 m = 2.704 meter persegi, yang dikelola Pemda Kabupaten Ende. Dengan batas-batas disebelah utara Taman Remaja, sebelah selatan lapangan Ende (alun-alun) yang sekarang disebut lapangan Pancasila. Ditaman renungan ini terdapat pohon sukun dan taman remaja dalam satu areal.
Advertisement
Monumen
Pada 1 Juni 2013, ribuan warga Ende, Nusa Tenggara Timur, berbondong-bondong ke satu titik, Lapangan Pancasila yang terletak di tepi laut. Mereka antusias menghadiri peringatan Hari Pancasila yang dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono dan Ketua MPR Taufiq Kiemas, dikutip dari kanal News Liputan6.com.
Setelah menyampaikan sambutan dan menyatakan peresmian Monumen Bung Karno dan Situs Pengasingan Bung Karno di Ende, Wapres kala itu, Boediono dan rombongan berjalan menuju Taman Rendo yang terletak sekitar 50 meter dari tempat upacara.
Di Taman Rendo, Wapres membuka selubung Monumen Bung Karno yang terletak di bawah pohon sukun. Usai membuka selubung Monumen Bung Karno, Wapres Boediono menuju rumah pengasingan Bung Karno selama di Ende yang sudah selesai direnovasi.
Mengapa monumen diletakkan di bawah pohon sukun? Pohon sukun itu bukan tanaman biasa. Sebagaimana diceritakan sebelumnya, pohon sukun adalah saksi sejarah sebuah bangsa yang kelak bernama Indonesia.
Pengasingan
Sukarno diasingkan ke Ende oleh penjajah pada 1934--1938. Bung Karno kerap merenung di bawah pohon sukun, memikirkan bagaimana menyatukan bangsa sebagai satu kesatuan. Batang pohon bercabang lima itu menjadi inspirasi pancasila.
Bagi Sukarno, dasar negara yang tepat bagi Indonesia adalah prinsip-prinsip yang berasal dari tradisi Indonesia, bukan pada Deklarasi Kemerdekaan Amerika ataupun pada Manifesto Komunis. Juga, bukan dari pandangan hidup bangsa lain.
Maka Sukarno pun bersiap menyampaikan buah pikirannya ini pada sidang BPUPKI keesokan harinya, 1 Juni 1945. Namun pada malam harinya, dia menyepi. Sukarno keluar rumah dan menatap bintang-bintang di langit.
Semua anggota BPUPKI dari pihak Indonesia bertepuk tangan bergemuruh. Mereka berdiri dari kursi masing-masing dan menerima falsafah negara Pancasila yang disodorkan Sukarno secara aklamasi.
Advertisement