Liputan6.com, Solo - Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa. Sungai yang memiliki panjang hingga 548,53 km ini mengalir di dua provinsi, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sungai Bengawan Solo juga melintasi berbagai kota dan kabupaten, seperti Wonogiri, Solo, Ngawi, Bojonegoro sebelum akhirnya bermuara di Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Sungai Bengawan Solo diperkirakan sudah ada sejak jutaan tahun lalu.
Tidak heran keberadaan aliran sungai ini juga diwarnai kisah-kisah mistis yang tersebar di masyarakat sekitaran sungai. Bau klenik semakin tercium setelah banyaknya korban tewas di sungai ini.
Baca Juga
Advertisement
Sungai Bengawan Solo seakan menjadi representasi dari peribahasa air tenang menghanyutkan. Dikutip dari berbagai sumber, hampir setiap tahun sungai ini memakan korban.
Entah itu tenggelam karena kecelakaan renang atau saat menyelamatkan orang yang hampir tenggelam. Masyarakat bantaran sungai percaya akan satu mitos turun temurun.
Mitos tersebut mengenai keberadaan onggo-inggi. Dari kabar yang beredar, onggo-inggi adalah makhluk dengan wujud perempuan yang hanya berupa kepala tanpa badan, berambut panjang, dan beredar mengelilingi sungai.
Onggo-inggi menyerang calon korban dengan cara membelit menggunakan rambutnya yang panjang. Sejurus kemudian, onggo-inggi menyeret korban ke tengah sungai dan ditarik ke dalam air.
Target korban onggo-inggi pun bisa dikatakan cukup spesifik, yakni anak hingga remaja yang masih perjaka atau perawan. Konon makhluk ini terkadang usil dengan menyembunyikan anak manusia dan hanya mau mengembalikannya jika ada pengganti yang cocok.
Sama seperti makhluk-makhluk mitos asal Indonesia lainnya yang memiliki sebuah kelemahan, onggo-inggi juga takut sebuah kain kafan dan menyan. Namun bedanya, apabila makhluk-makhluk mitos diceritakan akan muncul pada petang atau malam hari, onggo-inggi justru akan mencari mangsa pada tengah hari.
Banyak orang percaya bahwa onggo-inggi ini kerap muncul di Bengawan Solo, namun ada juga beranggapan bahwa ia cuma rekayasa belaka. Cerita tersebut sengaja dikarang agar anak-anak tak lagi sembarangan bermain di bantaran kali karena berbahaya.