Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik pada perdagangan Rabu setelah para pemimpin Uni Eropa menyetujui larangan bertahap terhadap impor minyak Rusia dan ketika China mengakhiri lockdown COVID-19 di Shanghai. Keduanya dapat meningkatkan permintaan minyak mentah di pasar yang sudah ketat.
Patokan minyak terus naik selama beberapa minggu karena pengiriman Rusia diperas oleh sanksi UE dan AS dan karena India dan China hanya dapat membeli begitu banyak dari Rusia yang merupakan negara pengekspor minyak mentah dan bahan bakar terbesar di dunia.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Kamis (2/6/2022), harga minyak mentah Brent menetap di USD 116,29 per barel, naik 69 sen atau 0,6 persen. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 59 sen atau 0,5 persen menjadi USD 115,26.
Para pemimpin Uni Eropa pada prinsipnya sepakat pada hari Senin untuk memotong 90 persen impor minyak dari Rusia pada akhir tahun ini, sanksi terberat blok itu sejak dimulainya invasi ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus.
“Dampak dari sanksi yang diformalkan itu signifikan,” kata Bill Farren-Price, direktur Enverus di London.
“Jika mereka mencapai apa yang mereka inginkan, Rusia akan kehilangan sekitar 3 juta barel (dalam ekspor harian) dan tidak semua itu dapat dialihkan, jadi itu cukup signifikan," lanjut dia.
Sanksi terhadap minyak mentah Rusia akan diberikan bertahap dalam lebih dari enam bulan dan pada produk olahan selama delapan bulan. Embargo membebaskan minyak pipa dari Rusia sebagai konsesi ke Hongaria dan dua negara Eropa Tengah yang terkurung daratan lainnya.
Di China, lockdown ketat COVID-19 di Shanghai berakhir pada hari Rabu setelah dua bulan, mendorong ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih kuat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Langkah OPEC
Dua sumber OPEC+ mengatakan pada hari Rabu bahwa negara anggota tidak membahas gagasan untuk menangguhkan Rusia dari kesepakatan pasokan minyak saat ini, setelah Wall Street Journal melaporkan pada hari Selasa bahwa langkah seperti itu sedang dipertimbangkan.
OPEC+ terdiri dari anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia. Kelompok itu dijadwalkan bertemu pada Kamis untuk menetapkan kebijakan.
Kelompok itu telah dikritik karena tidak meningkatkan produksi lebih cepat untuk menghadapi kenaikan harga bahan bakar, tetapi negara-negara Teluk mengatakan sebagian besar anggota kartel tidak memiliki kapasitas ekstra untuk meningkatkan produksi.
“Apakah Anda benar-benar berpikir (Arab Saudi) akan menaikkan satu juta barel per hari? Dan jika mereka melakukannya, kapasitas cadangan global akan berada di bawah 2 juta barel per hari,” kata Phil Flynn, analis Price Futures.
Advertisement
Pangkas Prediksi Surplus
Komite teknis OPEC+ pada hari Rabu memangkas perkiraannya untuk surplus pasar minyak 2022 sekitar 500.000 barel per hari menjadi 1,4 juta barel per hari, kata sebuah sumber.
Produksi minyak mentah AS naik pada bulan Maret lebih dari 3 persen menjadi 11,65 juta barel per hari, tertinggi sejak November, Administrasi Informasi Energi AS mengatakan pada hari Selasa.
Pasar turun dari level tertinggi hari ini setelah rilis laporan anekdot Federal Reserve tentang kondisi ekonomi di Amerika Serikat, yang melaporkan peningkatan tekanan inflasi dan permintaan yang kuat.