Liputan6.com, Jakarta - Sheryl Sandberg mengundurkan diri dari perannya sebagai Chief Operation Officer di Meta, perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook.
Sandberg bergabung dengan Facebook pada awal 2008, dan menjadi orang nomor dua setelah CEO dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg. Sheryl Sandberg membantu mengubah Facebook menjadi raksasa perikalanan dan salah satu perusahaan paling kuat di industri teknologi dengan kapitalisasi pasar mencapai USD 1 triliun.
Advertisement
Chief Growth Officer, Javier Olivan akan mengambil alih sebagai COO musim gugur ini. Sandberg yang memberitahukan Zuckerberg tentang keputusannya akhir pekan lalu akan terus menjabat di dewan direksi Meta.
“Selama beberapa bulan ke depan, Mark dan saya akan mentransisikan laporan langsung saya,” ujar dia dalam unggahan di Facebook yang membahas pengunduran diri, dikutip dari CNBC, Kamis (2/6/2022).
Zuckerberg menuturkan, Meta akan reorganisasi internal untuk mengikuti perubahan tersebut.
"Ke depan, saya tidak berencana untuk menggantikan peran Sheryl dalam struktur kami yang ada. Saya tidak yakin itu mungkin karena dia seorang superstar yang mendefinisikan peran COO dengan caranya sendiri yang unik,” ujar dia dalam sebuah unggahan di Facebook.
Zuckerberg menilai Meta telah mencapai titik di mana masuk akal untuk produk dan kelompok bisnisnya untuk lebih terintegras ketimbang memiliki semua fungsi bisnis dan operasi yang diatur secara terpisah dari produknya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fokus di Filantropi
Meta telah mendapatkan kecaman dalam beberapa tahun terakhir karena pengaruhnya besar.Selain itu kurang berhasil dalam menghentikan penyebaran informasi yang salah dan materi berbahaya serta akuisisi saingan seperti Instagram dan WhatsApp.
Zuckerberg dan eksekutif lainnya juga bersaksi di depan Kongres beberapa kali dalam tiga tahun terakhir, meski Sandberg sebagian besar lolos dari sorotan itu.
Perusahaan saat ini hadapi gugatan antimonopoly dari Komisi Perdagangan Federal dan dapat melihat pengawasan dari lembaga lain seperti Komisi Sekuritas dan Bursa setelah seorang pelapor mengajukan keluhan tentang upayanya untuk memerangi kebencian di platformnya.
Berbicara kepada Julia Boorstin dari CNBC, Sandberg menuturkan keputusan mundur akan memungkinkannya untuk fokus pada pekerjaan filantropisnya. “Langkah ini bukan karena peraturan perusahaan yang berlebihan atau perlambatan iklan saat ini,” ujar dia.
Advertisement
Selanjutnya
Sandberg memanfaatkan kesuksesan dengan Facebook untuk meningkatkan profilnya sendiri terutama di kalangan wanita di tempat kerja.
Pada 2013, ia merilis buku Lean In: Women, Work and the Will to Lead” yang fokus pada tantangan yang dihadapi wanita di tempat kerja dan apa yang dapat mereka lakukan untuk memajukan kariernya.
Pada 2015, ia dihadapkan kematian tak terduga dari suaminya Dave Goldberg yang menderita aritmia jantung dan pingsan di atas treadmill. Sandberg telah berbicara panjang mengenai kesedihan atas meninggal suaminya.
Pada 2017, ia merilis buku berjudul Opsi B yang berpusat di sekitar topik itu. Sebelum di Facebook, ia bertugas di Departemen Keuangan pemerintahan Clinton, dan bergabung dengan Google pada 2001 dan membantu mengembangkan bisnis periklanannya.
Perbarui Kebijakan Privasi, Meta Janji Tak Kumpulkan dan Jual Data Pengguna
Sebelumnya, Meta, induk dari Facebook dan Instagram, membuat revisi kebijakan layanan dan memperbarui kebijakan privasinya.
Tujuan update kebijakan privasi dan layanan tersebut adalah untuk memudahkan orang memahami sekaligus mencerminkan produk baru yang ditawarkan perusahaan.
"Kami menuliskan ulang dan mendesain kembali Kebijakan Privasi untuk membuatnya lebih mudah dipahami dan lebih jelas tentang bagaimana kami menggunakan informasi pengguna," kata Meta, dikutip dari Gizchina, Senin (30/5/2022).
"Persyaratan Layanan kami juga diperbarui, sehingga lebih baik dalam menjelaskan apa yang diharapkan dari kami dan bagi mereka yang memakai platform kami," tulis keterangan perusahaan.
Sekadar informasi, produk-produk yang ditawarkan Meta mencakup Facebook, Instagram, hingga Messenger.
Perusahaan menegaskan perubahan itu dalam bentuk, menebalkan beberapa baris, menambahkan keterangan dan ilustrasi alih-alih menyajikan informasi tersebut sebagai teks.
Tampaknya, perubahan Kebijakan Privasi dan Persyaratan Layanan ini dirancang untuk menenangkan regulator yang bertugas mengawasi media sosial dan transparansinya kepada konsumen di seluruh dunia.
Meta memberikan klarifikasi soal praktik pengumpulan data pengguna. "Meskipun teks terlihat berbeda, di bawah kebijakan yang diperbarui ini, Meta tidak mengumpulkan, menggunakan atau membagikan data pengguna. Dan kami masih tidak menjual informasi pengguna," kata Meta.
Menariknya, Meta juga mengklaim tidak mengumpulkan data pengguna "dalam cara baru". Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan terus mengumpulkan data pengguna, seperti yang dilakukannya selama ini.
Sekadar informasi, sebelumnya dalam memo perusahaan yang sempat bocor, perusahaan tidak secara terang-terangan mengatakan pihaknya mengetahui data yang dikumpulkan dipakai untuk apa saja.
"Kami menambahkan penjelasan detail pada Kebijakan Privasi, meliputi bagaimana kami menggunakan dan membagikan informasi dengan pihak ketiga," kata Meta.
"Dan kami telah memasangkannya dengan Pusat Privasi dan kontrol baru untuk mengelola pengalamna Anda, seperti siapa yang melihat unggahan Anda dan topik yang ingin Anda lihat iklannya," kata Meta, menambahkan.
Advertisement