Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham.
Mitratel akan melakukan pembelian kembali dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 1 triliun, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor.
Advertisement
VP Investor Relation PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, Christy Kusumaatmaja menuturkan, pembelian kembali saham akan dilakukan secara bertahap dalam periode tiga bulan.
Terhitung sejak 2 Juni 2022-2 September 2022. perseroan mematok harga pembelian saham sebesar maksimum Rp 801 per saham. Biaya pembelian kembali saham akan berasal dari kas internal perseroan yang dihasilkan dari kegiatan usaha operasional.
Dengan asumsi perseroan menggunakan kas internal untuk pembelian kembali saham sejumlah perkiraan nilai buyback, maka aset dan ekuitas akan menurun sebesar perkiraan nilai buyback.
"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan transaksi pembelian kembali saham tidak akan memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha perseroan, mengingat perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melaksanakan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usaha perseroan,” ujar Christy dalam keterbukaan informasi bursa, Kamis (2/6/2022).
Pembelian kembali saham dilakukan karena harga saham perusahaan saat ini belum mencerminkan kinerja bisnis. Berdasarkan data perseroan, harga saham perseroan turun sejak 10 Mei 2022 di Rp 765. Saham kembali turun drastis pada 17 Mei 2022 di Rp 685 hingga pada 18 Mei 2022 berada di posisi Rp 665.
"Penurunan harga saham tersebut tidak mencerminkan kinerja positif perseroan, sehingga perseroan bermaksud untuk menunjukkan komitmennya dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham melalui pembelian kembali saham perseroan,” kata Christy.
Pembelian kembali saham diharapkan dapat menstabilkan harga saham dalam kondisi pasar yang fluktuatif, selain memberikan keyakinan pada investor atas nilai saham perseroan secara fundamental.
Pembelian kembali saham juga memberikan fleksibilitas bagi perseroan dalam mengelola modal jangka panjang. Saham treasuri dapat dijual di masa yang akan datang dengan nilai yang optimal jika perseroan memerlukan penambahan modal.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Kuartal I 2022
Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau disebut Mitratel membukukan laba bersih sebesar Rp 459 miliar pada kuartal I 2022.
Demikian disampaikan oleh Hendra Purnama, Corporate Secretary dan Direktur Investasi Mitratel dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (10/5/2022).
“Laba bersih Mitratel melesat sekitar 34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp. 343 miliar. Dengan demikian, marjin laba bersih juga meningkat, dari 22,3 persen pada Q1 triwulan (kuartal) I 2021 menjadi 24,6 persen pada Q1 triwulan I/2022,” ungkap Hendra.
Menurut Hendra, pertumbuhan laba Perusahaan ditopang oleh meningkatnya pendapatan konsolidasi Mitratel sebanyak 21,5 persen yoy menjadi sebesar Rp 1,870 triliun per Maret 2022. Dengan demikian, pendapatan Mitratel tumbuh sebesar 21,5 persen, dari Rp1,540 triliun pada posisi Maret 2021.
Lebih rincinya, demikian Hendra sampaikan, pendapatan konsolidasi Mitratel pada periode itu ini berasal dari segmen Tower Owned sebesar Rp1,464 triliun, naik sebesar Rp282 miliar atau sekitar 24,4 persen yoy, dari periode sama tahun lalu sebesar Rp1,182 triliun.
“Pencapaian ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan sewa menara dan juga peningkatan kolokasi yang berkelanjutan, termasuk dari asset hasil akuisisi menara Telkomsel dan Telkom pada Agustus 2021 lalu,” katanya.
Selain itu, pendapatan Mitratel dari segmen Tower-Related Business juga melambung sebesar 34,1 persen atau naik sebanyak Rp59 miliar, dari Rp 170 miliar menjadi Rp 229 miliar.
Advertisement
Kontribusi Kinerja
Peningkatan di segmen ini akibat kejelian Perusahaan dalam memilih peluang-peluang yang lebih menguntungkan. Karena Mitratel terus menangkap peluang terkait menara dengan marjin yang lebih tinggi.
Sedangkan pendapatan Perseroan di segmen Reseller turun 6 persen menjadi Rp176 miliar, dari sebelumnya Rp188 miliar. Ini dipicu oleh akuisisi tower reseller 798 menara dari Telkom pada Agustus 2021 yang memindahkan pendapatan reseller yang ada dari menara terkait ke pendapatan menara yang dimiliki.
Peningkatan kinerja Mitratel tergambar pada laba operasi yang meningkat sekitar 33 persen menjadi Rp814 miliar per Maret 2022, dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp612 miliar.
Selanjutnya, EBITDA Mitratel juga bertumbuh sebesar Rp322 miliar atau 28,8 persen yoy , dari Rp 1,120 triliun per Maret 2021 menjadi Rp1,442 triliun per Maret 2022. Ini diikuti oleh marjin EBITDA Perseroan sebesar 77,1 persen yang meningkat 4.4 basis poin dibandingkan tahun lalu menjadi 77,1 persen, dari sebelumnya 72,7 persen.
“Perkembangan atas EBITDA Mitratel tercermin pada peningkatan profitabilitas dengan efisiensi biaya pada kegiatan usaha,” katanya.
Aset
Dari sisi neraca, masih secara konsolidasi, hingga akhir Maret 2022, total aset Mitratel dicatatat mencapai Rp 57,481 triliun, turun 0,4 persen dari periode sama tahun lalu Rp 57,728 triliun.
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pembayaran lebih awal utang jangka panjang sebesar Rp 3,5 miliar yang berdampak pada penurunan kas yang tersedia.
Demikian pula total liabilitas Perseroan pada akhir Maret 2022 turun 2,9 persen menjadi Rp23,374 triliun menurun sebanyak 2,9 persen, terutama karena pembayaran lebih awal utang jangka panjang yang lebih awal memanfaatkan kekuatan kas perseroan yang sangat baik guna memberikan nilai lebih bari para pemegang saham.
Sedangkan ekuitas Mitratel dibukukan bertumbuh sebanyak 1,4 persen menjadi Rp34,107 triliun terutama disebabkan oleh tambahan laba ditahan dari laba bersih selama kuartal I 2022.
Hendra juga mengatakan, peningkatan kinerja Mitratel selama kuartal I 2022, tidak terlepas dari portofolio Perseroan. Per Maret 2022, misalnya, Mitratel memiliki dan mengoperasikan 28.577 menara di Indonesia. Ini didorong oleh pembangunan 371 menara baru selama kuartal I 2022.
Total portofolio Mitratel ini terdiri dari 12.034 menara di Jawa dan pulau terpadat di Indonesia. Perseroan juga memiliki portofolio menara terbesar di antara operator menara lain di luar Jawa, dengan 16.543 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara.
“Kami percaya portofolio ini membuat memberikan keunggulan bagi Perseroan seiring dengan rencana ekspansi operator telekomunikasi kami berada di posisi yang baik untuk mendapatkan keuntungan dari operator nirkabel yang yang juga dicanangkan mengeluarkan belanja modal yang signifikan untuk untuk memperluas jangkauan jaringan mereka, terutama di ke luar Jawa,” ungkap Hendra.
Advertisement
Portofolio
Menurut Hendra, portofolio nasional Mitratel adalah hasil dari keunggulan kompetitif yang unik dan tidak dapat ditiru sebagai hasil dari hubungan jangka panjang dengan penyewa utama Perseroan Telkomsel, operator seluler terbesar di Indonesia dan anak perusahaan BUMN PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Telkomsel memiliki cakupan terluas di antara operator seluler di Indonesia, dan Mitratel menjadi penerima manfaat utama dari peluncuran jaringannya yang telah tercermin ke dalam pesanan B2S yang signifikan bagi Perseroan.
“Secara khusus, kami mendapat manfaat dari kepemimpinan pasar Telkomsel khususnya di luar-Jawa, yang menghasilkan cakupan portofolio menara luar-Jawa yang luas,” katanya.
Pada tahun 2022 Mitratel juga akan terus mengkonsolidasikan penambahan menara dari dalam ekosistem Telkom Group. “Kami berencana untuk meningkatkan jumlah kepemilikan menara dengan mengakuisisi akuisisi 2.500 - 3.000 menara pada 2022,” katanya.
Hendra menambahkan, untuk mempertahankan kepemimpinan di pasar menara Indonesia, Mitratel akan terus fokus pada kegiatan pemasaran dan manajemen proyek. Hal ini penting untuk meningkatkan kolokasi dan pendapatan, serta meningkatkan marjin pada portofolio situs yang ada.
Salah satu hal penting yang menjadi perhatian Perseroan adalah terus meningkatkan keakuratan dan kecukupan informasi terkait menara untuk memudahkan dan mempercepat pelanggan dalam menentukan lokasi yang diinginkan. Hal ini akan meningkatkan kemampuan Perseroan untuk bersaing dan menghasilkan pendapatan.
Menurut Hendra, Mitratel menjalankan strategi pemasaran melalui Penetrasi, Akuisisi, dan Retensi. Penetrasi merupakan strategi Perseroan untuk meningkatkan penjualan ke pasar potensial secara agresif dengan mengoptimalkan nilai aset menara kepada tambahan tenant baru di pasar sewa menara baik MNO (Mobile Network Operator) maupun non-MNO, meningkatkan kualitas penjualan dengan menggunakan marketing analytic, dan sinergi & kolaborasi dengan mitra strategis.
Akuisisi merupakan strategi Perseroan untuk menciptakan peluang dalam meningkatkan pangsa pasar dengan mendapatkan tenant baru dari pelanggan lama TowerCos lainnya.
Adapun Retensi adalah strategi Perseroan untuk mempercepat kemampuan penjualan untuk mempertahankan pasar dengan memberikan kebutuhan pelanggan melalui penjualan konsultatif dan meningkatkan pengalaman pelanggan untuk membangun loyalitas pelanggan yang ada dan meningkatkan nilai seumur hidup pelanggan.