Ukraina Tekuk Skotlandia di Playoff Piala Dunia 2022, Pele Kirim Surat Terbuka kepada Putin

Dalam surat tersebut, Pele juga menyinggung mengenai pertemuannya dengan presiden Rusia, Vladimir Putin jelang Piala Dunia 2018 lalu.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 02 Jun 2022, 17:29 WIB
Pele - Top skor Brazil sepanjang masa pernah mencicipi dunia perfilman bersama aktor kawakan Sylvester Stallon di film Escape to Victory pada tahun 1981. (AFP/Gerard Malie)

Liputan6.com, Jakarta Legenda hidup sepak bola asal Brasil, Pele, mengirimkan surat terbuka kepada presiden Rusia, Vladimir Putin agar menghentikan invasi yang dilakukan terhadap Ukraina Lewat akun Twitter-nya, Pele menyebut kalau penyerbuan tersebut sebagai tindakan yang jahat dan tidak dapat dibenarkan.

"Hari ini,  Ukraina mencoba melupakan, setidaknya selama 90 menit, tragedi yang masih melanda negara mereka. Bersaing untuk mendapatkan tempat di Piala Dunia sudah merupakan tugas yang sulit - hampir mustahil sekarang dengan begitu banyak nyawa yang dipertaruhkan,” tulis Pele.

Seperti diketahui, Timnas Ukraina akhirnya berhadapan dengan Skotlandia pada laga play off menuju Piala Dunia Qatar 2022. Pertarungan ini digelar di Hampden Park, Kamis dini hari WIB (2/6/2022), setelah sebelumnya sempat tertunda akibat invasi yang dilancarkan Rusia terhadap negara tersebut.

Dalam laga ini, Ukraina berhasil menang dengan skor 3-1. Hasil ini sekaligus membawa Ukraina selangkah lebih dekat dengan putaran final di Qatar. Di laga berikutnya Ukraina akan bertemu Wales.

Pele seperti dilansir dari AS, memanfaatkan momen ini untuk kembali mengetuk hati Putin. Pria yang telah mengoleksi 3 gelar Piala Dunia itu berharap, Rusia bersedia menghentikan serangan militernya.

"Saya ingin memanfaatkan pertandingan hari ini untuk mengajukan permintaan: hentikan invasi itu. Sama sekali tidak alasan untuk membenarkan tindak kekerasan ini," tulis Pele.

"Konflik ini sangat jahat dan tidak bisa dibenarkan dan tidak membawa apa-apa selain rasa sakit, takut, teror, dan penderitaan. Tidak ada alasan untuk mempertahankannya lebih lama," beber Pele.

 


Kenang Pertemuan dengan Putin

Legenda sepak bola asal Brasil, Pele, pada sebuah seremoni di Rio de Janeiro, Brasil (6/2/2010). (EPA/Marcelo Sayao)

Dalam surat terbuka tersebut, Pele juga menyinggung mengenai pertemuannya dengan Putin. Momen itu terjadi jelang perhelatan Piala Dunia 2018 yang berlangsung di Rusia.

“Ketika kami bertemu di masa lalu dan bertukar senyum disertai dengan jabat tangan yang lama, saya tidak pernah berpikir suatu hari nanti kita akan terpecah seperti sekarang," kata Pele. 

"Kekuatan untuk menghentikan konflik ini ada di tangan Anda, tangan yang pernah saya guncang di Moskow, pada pertemuan terakhir kami di tahun 2017," beber Pele menambahkan. 

 


Pejuang Kemanusiaan

Legenda sepak bola dunia asal Brasil, Pele serius menyimak hasil undian Piala Dunia 2018 di State Kremlin Palace, Moscow, (1/12/2017). Piala Dunia 2018 berlangsung sejak 14 Juni hingga 15 Juli 2018 di Rusia. (AFP/Alexander Nemenov)

Pele yang sudah berusia 81 tahun selama ini memang dikenal aktif dalam kampanye kamanusiaan. Dia juga pernah menjadi duta besar PBB untuk lingkungan hidup dan sangat vokal terkait rasialisme.

Dia telah mendirikan sebuah yayasan untuk memberi manfaat bagi anak-anak dan berjuang untuk pengentasan kemiskinan. Sayang, kesehatan Pele belakangan sudah sering terganggu. Dia keluar masuk rumah sakit untuk pengobatan tumor usus besar di antara penyakit lain yang dideritanya.

Pele merupakan bagian dari generasi emas sepak bola Brasil. Bersama timnas Brasil, Pele telah merebut 3 dari 5 gelar Piala Dunia yang kini berada di lemari tim berjuluk A Selecao tersebut.

Mantan pesepakbola kelahiran 23 Oktober 1940 ini  memenangkannya pada 1958, 1962, dan 1970.


Invasi Rusia

Sementara itu, Invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung sejak Maret lalu. Serangan tersebut telah menyebabkan ribuan orang meninggal dunia dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi.

Menurut Presiden Bank Dunia, David Malpass, perang Rusia-Ukraina menyebabkan dunia sedang menghadapi "bencana manusia" dari krisis pangan yang timbul dari konflik Rusia Ukraina.

Dilansir dari laman BBC, Kamis (21/4/2022) Malpass memperingatkan bahwa rekor kenaikan harga pangan akan mendorong ratusan juta orang ke dalam kemiskinan dan gizi yang lebih rendah, jika krisis Rusia-Ukraina terus berkepanjangan.

"Ini bencana manusia, artinya nutrisi turun. Tapi kemudian itu juga menjadi tantangan politik bagi pemerintah yang tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tidak menyebabkannya dan mereka melihat harganya naik," ujar Malpass di sela-sela pertemuan IMF-Bank Dunia di Washington.

(Simak berita selengkapnya pada tautan ini).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya