Liputan6.com, Pangkalpinang - Kasus Covid-19 di tanah air makin menyusut. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung misalnya, seluruh pasien Covid-19 yang menjalani isolasi sudah dinyatakan sembuh. Dengan begitu, tidak ada lagi kasus Covid-19 di provinsi tersebut.
"Alhamdulillah, saat ini tidak ada lagi pasien Covid-19 aktif, karena sudah sembuh," kata Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Babel Mikron Antariksa di Pangkalpinang, Kamis (2/6/2022).
Advertisement
Mikron mengatakan berdasarkan data kasus Covid-19 harian terbaru, kasus orang terkonfirmasi Covid-19, pasien sembuh dan meninggal akibat virus corona ini nol, tersebar di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Tengah, Bangka Barat, Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur.
"Dengan tidak adanya penambahan kasus dan pasien Covid-19 aktif, Babel sudah dapat dikategorikan PPKM level 0," ujarnya.
Ia menjelaskan kasus orang terpapar Covid-19 selama Mei 2022 bertambah 11 orang, pasien sembuh bertambah 30 orang, sementara pasien meninggal akibat Covid-19 nol.
Kasus Covid-19 selama April 2022 bertambah 254 orang, pasien sembuh bertambah 791 orang dan meninggal dunia 18 orang.
Sementara itu, kasus Covid-19 selama Maret 2022 bertambah 6.675 orang, pasien sembuh 10.255 orang dan pasien meninggal akibat Covid-19 juga bertambah 96 orang.
"Kita bersyukur kasus penularan dan penyebaran Covid-19 semakin melandai dan saat ini Babel tanpa pasien Covid-19 ini," katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fase Endemi
Sementara itu, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi pada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Prima Yosephine mengatakan status vaksinasi COVID-19 saat masuk dalam fase endemi masih didiskusikan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang belum mengeluarkan rekomendasi terkait hal itu.
"Terkait bagaimana status vaksinasi pada saat sudah masuk kita ke dalam fase endemi, apakah masuk menjadi vaksin rutin atau seperti apa, memang sampai saat ini kita masih berdiskusi tentang hal ini," kata Prima dalam rapat dengar pendapat dengan Panja Komisi IX DPR RI, Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan bahwa hal itu perlu disampaikan kepada Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) sebagai komite penasihat ahli tentang imunisasi. Selain itu dia menyebut juga bahwa WHO sampai saat ini belum mengeluarkan pernyataan atau rekomendasi terkait vaksinasi COVID-19, ketika sudah keluar dari status pandemi.
"Jadi masih belum bisa kami pastikan apakah ini akan menjadi vaksinasi rutin atau menjadi vaksinasi pilihan," tuturnya.
Prima memberi contoh vaksinasi pilihan, seperti vaksinasi influeza yang diberikan setiap tahun, tapi tidak masuk menjadi program vaksin yang wajib diberikan kepada masyarakat.
Terkait penetapan vaksinasi tersebut memerlukan studi atau kajian yang menilai kadar imunitas setelah diberikan vaksinasi primer lengkap disertai penguat satu dosis.
Dalam kesempatan itu dia mengatakan bahwa laju vaksinasi COVID-19 memperlihatkan tren penurunan, dengan laju suntikan rata-rata selama tujuh hari terakhir berkisar sekitar 217.000 suntikan per hari.
Turunnya laju vaksinasi itu berimplikasi dengan masa edar atau shelf life dari vaksin COVID-19.
"Sudah tentu jika hal ini tidak bisa kita tingkatkan tentu akan berimplikasi beberapa vaksin kita, yang memang kita tahu vaksin COVID-19 ini masa shelf life-nya tidak panjang, sehingga memang pasti akan ada vaksin-vaksin yang menyentuh sampai ke masa akhir shelf life sehingga tidak bisa dipakai," katanya.
Advertisement