Wakil PM Singapura: Negara Maju Tidak akan Lepas Investasi di Riset Meski Terdesak Krisis

Singapura yang ingin jadi pusat bisnis, teknologi, dan teknologi berinvestasi besar pada sektor R&D.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Jun 2022, 20:15 WIB
Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Koordinator Bidang Kebijakan Ekonomi Singapura, Heng Swee Keat. Liputan6.com/Maulandy

Liputan6.com, Singapura - Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Koordinator Bidang Kebijakan Ekonomi Singapura, Heng Swee Keat, menekankan sektor riset dan pengembangan atau research and development (R&D) sebagai hal yang tak boleh ditinggalkan negara maju, meskipun ekonominya sedang terpuruk akibat krisis.

Sorotan ini diberikannya lantaran kendala fiskal di masa krisis seperti pandemi Covid-19 lalu menyebabkan sejumlah negara memangkas investasi untuk bidang R&D.

Heng menegaskan, negara maju atau perusahaan sukses memandang investasi di bidang tersebut bukan sesuatu yang bisa ditawar, karena untuk keunggulan kompetitif yang bertahan lama.

"Sokongan untuk dana investasi penting untuk membuat dobrakan baru di samping untuk bertahan. Itu mengapa di hampir setiap negara maju ada lembaga yang tetap mendorong inovasi atau R&D," ujar Heng dalam IBM Think on Tour 2022 Singapore Conference di Marina Bay Sands Convention Centre, Singapura, Kamis (2/6/2022).

Oleh karenanya, ia menyatakan, Singapura yang ingin jadi pusat bisnis, teknologi, dan teknologi berinvestasi besar pada sektor R&D.

Di tengah-tengah masa pandemi Covid-19 pada akhir 2020 lalu, Pemerintah Negeri Singa tetap mengucurkan dana SGD 25 miliar, atau setara Rp 264 triliun untuk alokasi riset, inovasi dan kewirausahaan selama 5 tahun ke depan.

Itu dilakukan dalam upaya berkelanjutan guna memanfaatkan sains dan teknologi, agar Singapura bisa lebih tangguh, berkelanjutan, digital, dan menciptakaj lebih banyak peluang pasca pandemi Covid-19.

Hal sebaliknya justru dilakukan Pemerintah RI selama masa pandemi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kala itu fokus menangani pandemi harus rela memangkas anggaran yang tidak sedikit untuk bidang penelitian.

Seperti untuk Kementerian Riset dan Teknologi, dimana alokasinya terpotong hingga 94 persen, dari Rp 42,16 triliun menjadi hanya Rp 2,47 triliun.

 


Krisis Besar Menanti, Pemerintah dan Pelaku Usaha Wajib Pasang Mata

Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Koordinator Bidang Kebijakan Ekonomi Singapura, Heng Swee Keat

Heng Swee Keat, memprediksi krisis ekonomi besar masih bakal terus berlanjut ke depannya. Pemerintah dan pelaku usaha perlu responsif memitigasi tantangan serta menyesuaikan arah sembari mengawasi perubahan jangka panjang dan mempersiapkannya.

Kemampuan ini sangat penting bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk bisa melewati masa-masa sulit seperti krisis finansial Asia (1997), krisis keuangan global (2008), hingga pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.

"Tidak mungkin untuk memprediksi masa depan dan memperkirakan segala tantangan yang akan datang. Tak ada perusahaan dan pemerintah yang bisa memprediksi dengan pasti. Akan ada banyak hal yang mengejutkan kita," kata Heng saat berbicara dalam IBM Think on Tour 2022 Singapore Conference di Marina Bay Sands Convention Centre, Singapura, Kamis (2/6/2022).

Di satu sisi, Heng mengatakan, pemerintah dan pelaku usaha tetap harus menyiapkan ongkos guna menghadapi tantangan yang ada saat ini, agar nafasnya masih terus berlanjut.

"Sebaliknya, kita wajib pasang mata untuk mengawasi perubahan jangka panjang dan bersiap untuk itu. Dan itu adalah cara bagaimana kita sampai ke tujuan," imbuhnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya