Liputan6.com, Kyiv - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukan Rusia telah merebut 20 persen wilayahnya. Invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung sejak Februari 2022.
Dilaporkan BBC, Jumat (3/6/2022), hal itu diungkap Presiden Zelensky dalam video kepada anggota-anggota parlemen Luksemburg.
Baca Juga
Advertisement
"Semua formasi-formasi militer Rusia yang siap tempur sedang terlibat di agresi ini," ujar Presiden Zelensky.
Ia menyorot serangan yang makin intensif di kota Severodonetsk di wilayah timur Donbas. Sementara, pejabat pertahanan Inggris berkata Rusia telah merebut banyak kota-kota dan terus unggul berkat konsentrasi berat artileri mereka.
Severodonetsk adalah kota Ukraina yang paling timur. Ukraina masih mencoba mempertahankan kendali di kota tersebut dari serangan Rusia dari berbagai penjuru.
Gubernur Serhiy Haidai yang memimpin Severodonetsk menyebut tentara Ukraina berusaha melakukan serangan balik dan mendapatkan tawanan. Namun, pertempuran di jalan yang sengit membuat evakuasi sulit dan sangat berbahaya.
Volodymyr Zelensky berkata tak ada perubahan drastis di wilayah Donbas, tetapi ia berkata prajurit Ukraina mencetak sejumlah "keberhasilan" di pertempuran Severodonetsk. Masih ada 15 ribu orang yang terperangkap di kota itu.
Sebelumnya, Presiden Ukraina menuduh Rusia melakukan "kegilaan" karena menyerang pabrik kimia Azot yang berukuran besar. Pabrik itu menjadi shelter bagi para pengungsi perang di Ukraina.
Di selatan, Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko berkata Rusia mengeksekusi sejumlah warga sipil di Mariupol. Boychenko berhasil evakuasi sebelum kota itu jatuh ke tangan Rusia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Uni Eropa Sepakat Larang 90 Persen Impor Minyak Rusia
Dalam upaya paling besar untuk menghukum Rusia atas serangannya di Ukraina, Uni Eropa setuju untuk melarang sebagian besar impor minyak Rusia setelah perundingan tegang yang menguji seberapa jauh blok itu bersedia untuk mengucilkan Moskow.
Dalam langkah yang tidak terpikirkan beberapa bulan lalu, para pemimpin Uni Eropa hari Senin malam setuju untuk memotong sekitar 90% dari semua impor minyak Rusia dalam enam bulan ke depan, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (2/6).
Uni Eropa menyetujui larangan yang mempengaruhi semua ekspor minyak Rusia melalui laut ke UE, tetapi tidak melalui jalur pipa utama ke beberapa negara Eropa Tengah dan Timur termasuk Hongaria. UE belum memberlakukan embargo terhadap gas Rusia.
Para pemimpin Uni Eropa hari Selasa (31/5) memusatkan perhatian pada bagaimana membantu Ukraina mengekspor jutaan ton biji-bijian yang terhambat oleh perang.
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa negara-negara UE membentuk dan sedang melakukan jalur solidaritas yang akan memungkinkan mereka mengekspor sebagian gandum itu melalui jalur darat dan kereta api menuju pelabuhan Uni Eropa.
"Khusus gas kini kami membentuk satuan tugas bersama untuk pembelian gas bersama, karena kekuatan pasar dari seluruh 27 negara anggota di Uni Eropa jauh lebih besar daripada setiap negara anggota dan kami akan mencapai kondisi yang lebih baik," ujar von der Leyen.
Advertisement
Sejumlah Destinasi Wisata Tak Bakal Terima Turis Rusia
Tujuan wisata utama Eropa ditetapkan untuk musim panas sebagian besar tanpa pengunjung Rusia di tengah sanksi atas perang di Ukraina dan tindakan yang diambil oleh Moskow.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah berusaha untuk menghukum negara-negara yang telah menjatuhkan sanksi terhadap negaranya. Demikian seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (1/6).
Pada 4 April, ia menangguhkan aspek perjanjian fasilitasi visa 2006 antara Rusia dan anggota Uni Eropa yang "tidak bersahabat" yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah invasinya ke Ukraina.
Keesokan harinya, Putin mengeluarkan travel advisory yang mendesak orang Rusia untuk tidak bepergian ke negara-negara Eropa yang "berbahaya". Dia menyarankan mereka pergi ke India, Turki, Sri Lanka dan negara-negara lain yang telah menolak untuk mengkritik invasi Rusia ke Ukraina atau menjatuhkan sanksi.
Namun, di Yunani, banyak pelaku bisnis perhotelan dan pemerintah tetap optimis tentang prospek pariwisata.
“Di hotel kami, orang Rusia telah digantikan oleh pelanggan terutama dari pasar Inggris,” kata Manolis Elpidis, manajer umum di Atlantica Caldera Palace di Kreta. “Musim telah dimulai dengan sangat baik. Jika terus berlanjut dengan kecepatan yang sama, dan hambatan lain tidak muncul, bisnis akan dengan mudah mencapai 80 persen dari level 2019,” katanya.
Itu target yang ditetapkan pemerintah Yunani, berdasarkan fakta bahwa pariwisata tahun lalu rebound hingga 60 persen dari level sebelum pandemi.
Harapan Indonesia Jadi Penengah
Indonesia diyakini bisa memanfaatkan posisi Presidensi G20 untuk memfasilitasi upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
"Indonesia sebagai emerging power dapat berperan sebagai fasilitator dalam perang Rusia-Ukraina ini, meski terbatas," kata ahli hubungan internasional dari LIPI (kini BRIN) Dr. Andriana Elisabeth (30/5).
"Indonesia kan negara yang disegani dan dianggap sebagai pemimpin atau big brother di Asia Tenggara. Minimal Indonesia berpeluang mengingatkan Rusia dan Ukraina agar kembali pada langkah-langkah diplomasi untuk mengakhiri peperangan," papar Andriana, Selasa (31/5).
Harapan akan peran Indonesia ini mengemuka setelah Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky berbicara dalam forum yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) yang dipandu mantan Wakil Menteri Luar Negeri dan Dubes RI untuk AS Dr. Dino Patti Djalal.
Dalam kesempatan itu, Presiden Zelensky mengungkapkan, "Saya berharap G20 akan menemukan solusi dalam perang ini. Saya sangat berterima kasih pada Presiden Indonesia atas undangan menghadiri KTT G20. Kami menerima undangan ini dengan hormat dan gembira."
Meski demikian, Presiden Zelensky juga menyampaikan bahwa dirinya akan hadir secara virtual karena tidak mungkin meninggalkan negerinya yang sedang berperang.
Di sisi lain, dalam komunikasi langsung dengan Presiden Jokowi, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan akan hadir dalam KTT G20 di Bali.
Ditengah prospek tersebut, Dr. Andriana mengingatkan bahwa Indonesia tetap bisa memperjuangkan kepentingan nasionalnya sambil mengingatkan para negara anggota G20 untuk terus menjunjung norma-norma bersama dalam hubungan antar bangsa dan antar negara.
Advertisement