Krisis Nasi Ayam Hainan di Singapura, Bukti Nyata Ancaman Krisis Pangan Global

Krisis nasi ayam di Singapura terjadi sejak Malaysia memutuskan menghentikan ekspor ayam utuh ke negeri tetangganya.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 03 Jun 2022, 20:01 WIB
Perkaya pilihan menu masakan di rumah Anda dengan beragam menu lezat dan bernutrisi. Resep nasi ayam hainan yang satu ini bisa Anda coba. (Kokiku Tv)

Liputan6.com, Jakarta - Krisis pangan global, istilah yang makin sering terdengar sejak perang antara Rusia dan Ukraina dimulai. Berlokasi jauh di Eropa, dampaknya terasa hingga ke Asia Tenggara. Singapura tak terkecuali.

Negeri berjuluk The Red Dot itu kini mengalami krisis chicken rice alias krisis nasi ayam hainan, makanan nasional warga setempat. Hal itu terjadi setelah Malaysia menyetop ekspor ayam utuh ke negara tetangganya per 1 Juni 2022. Keputusan diambil Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yakoob lantaran harga ayam melambung tinggi di dalam negerinya

Dikutip dari CNN, Jumat (3/6/2022), selama puluhan tahun Singapura bergantung pada Malaysia untuk menyuplai kebutuhan unggas mereka. Malaysia bahkan menjadi importir ketiga terbesar bagi negara kaya tetapi miskin lahan itu. Setiap bulan, sekitar 3,6 juta ayam yang mayoritas ayam hidup diekspor ke Singapura, kemudian dipotong dan dibekukan.

Pelarangan ekspor itu jelas berdampak besar bagi warga Singapura, setidaknya karena bahan utama nasi ayam mereka tak bisa digantikan oleh ayam beku. Meski pemerintah Singapura menjadi ada stok ayam lebih dari cukup dinegeri itu, penjual mengatakan harga unggas tetap naik tajam.

Saat ini, penjual mendagangkan ayam utuh senilai 3 dolar Singapura. Tetapi, harganya diperkirakan akan segera meningkat menjadi 4--5 dolar Singapura per ekor. Bahkan, dikutip dari AsiaOne, sebuah supermarket menjual ayam seberat 3.212 kg dengan harga 72,27 dolar Singapura (sekitar Rp760ribu).

"Setiap uang yang dikeluarkan terasa menyakitkan," kata Mohammad Jalehar, seorang penjual ayam di pasar basah di Distrik Bedok Selatan.

"Pemasok memberitahu kami untuk bersiap dengan kenaikan harga. Satu ekor ayam sekarang mungkin harganya 1 dolar lebih tinggi, tetapi dari mana saya akan mendapatkan uang tambahan yang saya perlukan untuk membeli 100 burung untuk dijual? Apakah pelanggan saya juga akan menerima biayanya?" ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Merata di Dunia

Ilustrasi daging ayam. (dok. Eiliv Sonas Aceron/Unsplash.com)

Krisis nasi ayam di Singapura hanya salah satu tanda terbaru kekurangan pangan melanda di seluruh dunia. Invasi Rusia ke Ukraina, masalah rantai pasok akibat Covid-19, dan cuaca ekstrem adalah sederet faktor penyebab kekurangan itu dan mendorong harga naik gila-gilaan.

Di Amerika Serikat, Asia, dan Afrika, kekurangan pasokan kentang menyebabkan sejumlah restoran cepat saji kehabisan french fries dan kentang potong. Di Malaysia, peningkatan harga pakan memaksa harga ayam melambung dalam beberapa bulan terakhir dan peritel harus menjatah penjualan mereka.

Dengan ayam hidup terakhir tiba dari Malaysia di Singapura untuk dipotong pada Selasa lalu, negara kota itu kini harus mengatasi kekurangannya sendiri, yang bisa berlangsung berbulan-bulan. Para penjual ayam di Singapura mengatakan bahwa mereka pada minggu ini berusaha membeli ayam dengan jumlah besar, tetapi mereka menghadapi kekurangan saat mencoba mengisi kembali stok mereka. 

Kakek penjual ayam, Ah Ho dan putranya Thomas, mengatakan harga ayam sudah meningkat sejak lama. "Bisnis penjualan ayam sudah di ambang selama berbulan-bulan, jadi ini bukan hal baru bagi kami," kata Ho.

Kios ayam mereka sudah kehabisan stok, bahkan barang-barang yang kurang populer seperti ampela sudah habis terjual. "Nasib kami sekarang di tangan pemasok dan seberapa besar mereka ingin mendongkrak harga untuk menghasilkan keuntungan," kata Thomas.


Bikin Panik

Nasi ayam hainan khas Singapura. (Foto: Wee Nam Kee)

Pendiri gerai nasi ayam hainan Tian Tian pun kebingungan. Bila sampai batas waktu ditentukan tak berhasil didapat pemasok alternatif, mereka tak akan lagi menyajikan nasi ayam hainan.

"Kami akan menghadirkan kembali makanan seperti tofu goreng, daging babi goreng dan salad udang, tapi kami tidak akan menggunakan ayam beku," kata Foo Kui Lian, pendiri gerai yang kini berusia 73 tahun.

Tian Tian memiliki dua cabang, yakni di Clementi dan Bedok. Kedainya sering tampil dalam daftar yang melacak gerai nasi ayam terbaik di Singapura. Dengan tiga gerai, dapur pusat, banyak karyawan, dan biaya overhead yang tinggi, Foo mengatakan larangan ekspor ayam itu akan semakin memukul mereka secara finansial.

Pada Jumat, 27 Mei 2022, pelanggan yang khawatir dengan imbas pelarangan ekspor ayam akhirnya berbondong-bondong ke Tian-Tian selama waktu makan siang. Mereka rela mengantre panjang hingga ke luar pujasera demi bisa menyantap menu andalan gerai itu.

Salah satu pelanggan itu adalah Peter Low. Dia mengaku akan kecewa jika gerai itu berhenti menyajikan nasi ayam, tetapi menambahkan, "Saya yakin bahwa saya masih akan dapat menemukan nasi ayam yang baik di tempat lain, bahkan setelah larangan."


Usaha Malaysia

Ilustrasi daging paha ayam. (dok. pexels/Julia Filirovska)

Malaysia juga mengalami lonjakan harga ayam akibat kurangnya pasokan di lapangan. Menurut data Departemen Layanan Kedokteran Hewan Kementerian Pertanian dan Industri Makanan setempat, Malaysia tercatat mengekspor lebih dari 49 juta ekor ayam hidup pada 2020, serta 42,3 ton daging ayam dan bebek.

Sejumlah upaya dilakukan untuk mengamankan situasi dalam negeri. Salah satunya dengan menyimpan stok penyangga di fasilitas cold storage, sementara proses klaim subsidi oleh peternak akan disederhanakan. Pemerintah telah menetapkan harga pagu eceran 8,90 ringgit per kilogram, dan memberikan subsidi kepada peternak unggas sebesar 60 sen per kg dari 5 Februari hingga 4 Juni 2022.

Namun, baru 50 juta ringgit dari anggaran subsidi 729,43 juta ringgit yang telah dibayarkan kepada peternak sejauh ini. PM Ismail beralasan, "Beberapa perusahaan besar tidak tertarik mengajukan subsidi dan ingin pemerintah membiarkan harga ayam ditentukan oleh pasar."

Rapat mingguan Kabinet yang biasanya berlangsung Rabu, dimajukan ke Senin guna membahas kelangkaan unggas yang menyebabkan harga ayam melambung. Harga grosir dilaporkan melonjak menjadi sekitar 13 ringgit per kilogram (sekitar Rp43 ribu) di pasar-pasar di Klang Valley, sementara beberapa kios dikatakan telah tutup karena kurangnya pasokan.

Pemerintah, kata dia, juga mendapatkan laporan bahwa mafia mengendalikan harga dan produksi ayam. Komisi Persaingan Malaysia (MyCC) sedang menyelidiki masalah ini dan penyelidikan diharapkan selesai pada Juni 2022. 

Infografis Harga Pangan Meroket (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya