Kenaikan Harga Pangan Dinilai Jadi Tanda Bangkitnya Ekonomi Domestik

Fithra mengatakan, yang harus diwaspadai adalah inflasi. Saat ini, tren inflasi masih wajar, tapi dia menyebut ada tanda-tanda yang harus jadi perhatian pemerintah. Jangan sampai inflasi berujung pada stagflasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2022, 07:23 WIB
Pedagang menata minyak goreng di sebuah pasar di Kota Tangerang, Banten, Selasa (9/11/2011). Bank Indonesia mengatakan penyumbang utama inflasi November 2021 sampai minggu pertama bulan ini yaitu komoditas minyak goreng yang naik 0,04 persen mom. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Di balik kenaikan harga pangan, ada kabar baik yang bisa membuat masyarakat lebih optimis kondisi perekonomian semakin membaik.

Tingkat konsumsi masyarakat meningkat seiring pengendalian Covid-19 yang terus membaik.

"Dari sisi permintaan, tingkat konsumsi mulai pulih. Konsumsi domestik menguat. Dari sisi permintaan cukup konsisten. Ini potensi pemulihan ekonomi domestik," kata pengamat ekonomi Fithra Faisal, Jumat, 3 Mei 2022.

Menurut Fithra, aktivitas masyarakat sudah cukup tinggi. Restoran, bioskop, tempat-tempat hiburan dipenuhi pengunjung. Ini menunjukkan roda perekonomian bergerak. 

Terkait penyebab kenaikan harga pangan, Fithra menyebut ada beberapa faktor. Pengaruh dinamika global dan musim cukup besar. 

Dari sisi produksi ada penurunan, namun permintaan tetap kuat. Dia memberi contoh, harga telur ayam naik karena petani mengurangi produksi akibat tingginya harga pakan. Sedangkan kenaikan harga cabai dipengaruhi faktor musim yang menyebabkan petani mengalami gagal panen. 

"Harga pakan naik signifikan. Kenapa naik? salah satunya kita bisa melihat dari suply chain global, karena pakan dari gandum. India sudah mulai menahan produk ekspor dan itu berdampak juga bagi harga pakan ayam. Gejolak dari Eropa Timur juga membatasi gandum. Ini berimplifikasi pada harga telur," tegas Fithra.

Fithra mengatakan, yang harus diwaspadai adalah inflasi. Saat ini, tren inflasi masih wajar, tapi dia menyebut ada tanda-tanda yang harus jadi perhatian pemerintah. Jangan sampai inflasi berujung pada stagflasi.

 


Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Sebelumnya, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono mengatakan fundamental perekonomian Indonesia cukup kuat seiring terkendalinya Covid-19. Dia mengakui ketidakpastian ekonomi global berpengaruh terhadap Indonesia, tapi tidak akan terlalu besar. 

Keyakinan Edy berdasarkan beberapa faktor, antara lain pertumbuhan ekonomi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 tumbuh 5,01% (YoY), selisih sedikit dari posisi kuartal IV/2021 sebesar 5,02% (YoY). 

Indikator lainnya adalah menurunnya tingkat pengangguran terbuka dari 6,22% pada Februari 2021 menjadi 5,83% pada Februari 2022.

Menurut Edy, pemerintah terus berusaha mengerek pertumbuhan ekonomi dengan melakukan akselerasi dan perluasan vaksinasi, serta pembukaan sektor-sektor potensial. Pemberian bantuan sosial menjadi salah satu upaya dalam menjaga daya beli masyarakat.

Infografis Keran Ekspor Minyak Goreng Kembali Dibuka. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya