Presiden Belarusia Minta Agar Rusia Jangan Dianggap Enteng

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko masih setia bela Presiden Rusia Vladimir Putin.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Jun 2022, 07:00 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidatonya pada konser perayaan delapan tahun referendum tentang status negara bagian Krimea dan Sevastopol serta penyatuannya kembali dengan Rusia, di Moskow, Rusia (18/3/2022). (Ramil Sitdikov/Sputnik Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Minsk - Rusia terus mendapat dukungan yang loyal dari negara Belarusia. Presiden Alexander Lukashenko menyatakan militer Rusia sama sekali tidak ingin merebut wilayah Ukraina, dan hanya ingin menunjukkan kekuatan saja. 

"Percaya saya. Putin dan militer Rusia tidak ingin menguasai Ukraina. Mereka hanya menunjukkan bahwa Rusia harus dipandang. Jangan menghina Presiden Rusia. Jangan memberantas bahasa Rusia yang dipakai oleh semua rakyat Ukraina," ujar Presiden Lukashenko, dilansir media pemerintah Rusia, TASS, Sabtu (4/6/2022). 

"Tidak ada niat untuk memperbudak, menguasai, dan seterusnya," lanjut Presiden Belarusia. 

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko adalah tokoh pemimpin yang cukup terkenal di Eropa. Tahun lalu, ia meraih gelar Person of the Year dalam bidang Kejahatan Terorganisir dan Korupsi.

Predikat itu diberikan oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) yang menilai Lukashenko mengalirkan uang negara ke para oligarki dan orang dekat keluarganya, memicu krisis perbatasan di Eropa, serta menyebarkan misinformasi terkait COVID-19.

Salah satu kota Ukraina yang dikuasai Rusia adalah Mariupol. Sebelum kota itu jatuh, rakyatnya kesulitan mengakses listrik dan air. 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata 20 persen wilayah Ukraina telah diduduki Rusia. Sanksi ekonomi pun masih terus menggempur Rusia. 

Belarusia juga memiliki peran di invasi ini. Pasalnya, awalnya Rusia mengaku hanya berlatih di Belarusia dan tidak masuk batas negara Ukraina. Namun, pasukan di Belarusia ternyata merangsek masuk ke Ukraina dan invasi terjadi, sehinggi memicu krisis di Eropa.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Uni Afrika Sebut Jadi Korban Perang Rusia - Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat menggigit bibirnya pada misa tengah malam di Moskow. (AFP)

 Negara-negara Afrika adalah korban perang yang tidak bersalah di Ukraina dan Rusia harus membantu meringankan penderitaan mereka, kata kepala Uni Afrika kepada Vladimir Putin pada pertemuan di Rusia.

Setelah pembicaraan di Sochi, Macky Sall mengatakan pemimpin Rusia itu telah berjanji untuk melonggarkan ekspor sereal dan pupuk, tetapi tidak memberikan rincian.

Putin membantah Moskow mencegah pelabuhan Ukraina mengekspor biji-bijian.

Lebih dari 40% gandum yang dikonsumsi di Afrika biasanya berasal dari Rusia dan Ukraina, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (4/6/2022).

Tetapi pelabuhan Ukraina di Laut Hitam sebagian besar telah diblokir untuk ekspor sejak konflik dimulai. Kyiv dan sekutunya menyalahkan Moskow karena memblokade pelabuhan, yang telah ditambang Ukraina untuk mencegah serangan amfibi Rusia.

"Kegagalan untuk membuka pelabuhan-pelabuhan itu akan mengakibatkan kelaparan," kata koordinator krisis PBB Amin Awad di Jenewa.

Dia mengatakan kekurangan biji-bijian dapat mempengaruhi 1,4 miliar orang dan memicu migrasi massal.

Perang telah memperburuk kekurangan yang sudah ada di Afrika yang disebabkan oleh panen yang buruk dan ketidakamanan.

Harga makanan telah melonjak di seluruh benua sejak Rusia menginvasi Ukraina 100 hari yang lalu, mendorong sejumlah besar ke arah kelaparan.

Kepala Program Pangan Dunia, Mike Dunford, mengatakan lebih dari 80 juta orang sangat tidak aman pangan, sangat lapar di Afrika - naik dari sekitar 50 juta orang kali ini tahun lalu.

Chad telah menyatakan darurat pangan nasional. Sepertiga dari populasi membutuhkan bantuan makanan, menurut PBB dan pemerintah telah meminta bantuan internasional.

Mr Sall, yang merupakan presiden Senegal, mengatakan kepada Putin bahwa dia harus "sadar bahwa negara-negara kita, bahkan jika mereka jauh dari teater [aksi], adalah korban dari krisis ekonomi ini".

Dia mengatakan dia juga memohon atas nama negara-negara lain di Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin.


Seperlima Wilayah

Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow, Rusia, 7 Februari 2022. Vladimir Putin dan Emmanuel Macron berupaya menemukan titik temu atas Ukraina dan NATO di tengah kekhawatiran Rusia sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. (SPUTNIK/AFP)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukan Rusia telah merebut 20 persen wilayahnya. Invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung sejak Februari 2022.

Dilaporkan BBC, Jumat (3/6), hal itu diungkap Presiden Zelensky dalam video kepada anggota-anggota parlemen Luksemburg.

 

"Semua formasi-formasi militer Rusia yang siap tempur sedang terlibat di agresi ini," ujar Presiden Zelensky.

Ia menyorot serangan yang makin intensif di kota Severodonetsk di wilayah timur Donbas. Sementara, pejabat pertahanan Inggris berkata Rusia telah merebut banyak kota-kota dan terus unggul berkat konsentrasi berat artileri mereka.

Severodonetsk adalah kota Ukraina yang paling timur. Ukraina masih mencoba mempertahankan kendali di kota tersebut dari serangan Rusia dari berbagai penjuru.

Gubernur Serhiy Haidai yang memimpin Severodonetsk menyebut tentara Ukraina berusaha melakukan serangan balik dan mendapatkan tawanan. Namun, pertempuran di jalan yang sengit membuat evakuasi sulit dan sangat berbahaya. 

Volodymyr Zelensky berkata tak ada perubahan drastis di wilayah Donbas, tetapi ia berkata prajurit Ukraina mencetak sejumlah "keberhasilan" di pertempuran Severodonetsk. Masih ada 15 ribu orang yang terperangkap di kota itu. 


Kejadian Penting Selama Invasi

Presiden Rusia Vladimir Putin melambaikan tangan saat menjamu atlet Rusia peraih medali Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 dan anggota tim Paralimpiade negara itu di Kremlin di Moskow (26/4/2022). (AFP/NATALIA KOLESNIKOVA)

Invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke- 100 pada hari Jumat (3 Juni) tanpa akhir yang terlihat dari pertempuran yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat kota menjadi puing-puing.

Setelah menghentikan serangannya di ibu kota, Kiev, Rusia menekan di timur dan selatan dalam menghadapi sanksi yang meningkat dan serangan balasan Ukraina yang sengit yang didukung oleh senjata Barat. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Jumat (3/6/2022). 

Beberapa peristiwa penting dalam konflik sejauh ini:

24 Februari: Rusia menginvasi Ukraina dari tiga front dalam serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak Perang Dunia II. Puluhan ribu melarikan diri.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mentweet: "Rusia telah memulai jalan kejahatan, tetapi Ukraina membela diri."

25 Februari: Pasukan Ukraina memerangi penjajah Rusia di utara, timur dan selatan. Artileri menghantam Kiev dan daerah sekitarnya.

1 Maret: Seorang pejabat AS mengatakan kolom lapis baja Rusia sepanjang mil yang menahan Kiev dilanda masalah logistik.

Rusia menyerang sebuah menara TV di Kiev dan mengintensifkan pemboman jarak jauhnya terhadap Kharkiv di timur laut dan kota-kota lain, dalam apa yang dilihat sebagai perubahan taktik Moskow karena harapannya untuk menyerang cepat di ibu kota memudar.

2 Maret: Pasukan Rusia memulai pengepungan di pelabuhan tenggara Mariupol , yang dianggap penting bagi upaya Moskow untuk menghubungkan wilayah Donbas timur dengan Krimea, semenanjung Laut Hitam yang direbut Rusia pada tahun 2014.

Baca selengkapnya...

 

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya