Gelombang PHK di Industri Startup, Siapa Biang Keroknya?

Gelombang PHK yang terjadi di perusahaan rintisan atau startup belakangan ini disebut-sebut ada kaitannya dengan fenomena Road To Profitablity.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2022, 15:45 WIB
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Gelombang PHK yang terjadi di perusahaan rintisan atau startup belakangan ini disebut-sebut ada kaitannya dengan fenomena Road To Profitablity, sebagai antitesis Buble Burst, atau dikenal dengan ledakan gelembung yang terjadi di startup.

Sesuai namanya, Road To Profitablity bisa dikatakan adalah fenomena kesadaran bahwa startup sebagai peluang berusaha, tidak semata-mata tumbuh dengan membakar uang, tetapi tumbuh dengan fundamental operasi yang kuat.

Fokus operasional, sebagai bagian dari langkah memperkuat fundamental bisnis, saat ini menjadi perhatian para startup. Mereka mulai memprioritaskan fokus bisnis dan kinerja operasional bisnisnya. Hal tersebut akan berpengaruh pada beberapa aspek operasional perusahaan, antara lain ketajaman product-market fit, dan efisiensi operasional, dan penciptaan arus kas yang sehat.

"Kami turut prihatin dengan fenomena startup yang tengah mengalami kesulitan keuangan. Sebagai startup teknologi, kami selalu berdiskusi dengan teman2 sesama startup, karena bagi kami, teknologi harus menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh teman2 startup. Efisiensi bagi startup mutlak dilakukan sedini mungkin, agar road to profitability startup semakin konkrit", ungkap Alfian Pamungkas, CEO PT Cloud Hosting Indonesia, atau lebih dikenal dengan IDCLOUDHOST dikutip Sabtu (4/6/2022).

Gelombang PHK sedang melanda industri startup di Indonesia. Pertumbuhan startup tidak sebanding dengan angka kebutuhan pendanaan untuk dukungan modal kerja startup.

Kebijakan ekonomi Amerika Serikat ditengarai juga menjadi pemicu kondisi ekonomi makro dunia, yang pada gilirannya mendorong para startup juga harus merumuskan ulang prioritas usahanya untuk perbaikan kinerja operasionalnya.

"Kami menyediakan layanan cloud seperti VPS dan Baremetal bagi startup, yang menjadi solusi agar dapat beroperasi dengan lebih efisien. Selain handal, layanan VPS dan Baremetal juga lebih hemat. Hasil penghematan ini, dapat digunakan oleh para startup untuk meningkatkan belanja pada area yang lebih membutuhkan seperti mempertahankan karyawan yang dibutuhkan", tambah Alfi dalam penjelasannya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Perkembangan Startup

Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Perkembangan startup di Indonesia berjalan bersamaan dengan pertumbuhan internet dari tahun ke tahun. Pengguna internet yang semakin mudah dan meningkat setiap tahunnya, menjadi peluang besar bagi para pendiri startup dalam mengembangkan bisnisnya.

Berdasarkan data Startup Ranking, per Maret 2022 terdapat 2.331 startup di Indonesia.

Jumlah perusahaan kecil dan startup di Asia-Pasifik terus bertumbuh. Dari drone bawah air hingga sistem propulsi satelit, hospitality, mengatasi masalah untuk meningkatkan transportasi di kota-kota yang padat, memperluas konektivitas yang terjangkau di daerah terpencil sampai mencegah pemborosan makanan.

Forbes melansir laporan bertajuk Forbes Asia 100 to Watch perdana. Laporan ini menyoroti perusahaan kecil dan startup yang sedang naik daun di kawasan Asia-Pasifik.

Menurut data StartupRanking, Indonesia memiliki lebih dari 2.100 startup dan menduduki posisi kelima terbanyak di dunia.


Zenius PHK Lebih dari 200 Karyawan

Logo Zenius yang baru saja diperkenalkan. (Doc. Zenius)

Sebelumnya, Edutech startup Zenius dikabarkan telah memberhentikan lebih dari 200 karyawannya. Pemutusan hubungan kerja (PHK) ini dikonfirmasi oleh perusahaan lewat keterangan resminya kepada tim Liputan6.com, Selasa (24/5/2022).

"Saat ini kita sedang mengalami kondisi makro ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir," tulis Zenius dalam pernyataannya.

Disebutkan, perusahaan harus beradaptasi dengan dinamisnya kondisi makro ekonomi yang memengaruhi industri.

Karena hal tersebut, Zenius pun memutuskan untuk perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan.

Salah satu implikasi dari strategi kunci ini adalah perubahan peran di beberapa fungsi bisnis seiring dengan optimalisasi dan efisiensi proses bisnis yang dijalankan.

"Setelah melalui evaluasi dan review komprehensif, perusahaan mengumumkan lebih dari 200 dari karyawan harus meninggalkan Zenius," ujar juru bicara.

Perusahaan menyebutkan, 200 karyawan Zenuis di PHK akan tetap mendapatkan pesangon sesuai dengan Peraturan dan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.

Lebih lanjut Zenius menyatakan, sangat paham saat ini adalah masa yang sulit bagi karyawan yang terdampak, sehingga perusahaan akan melanjutkan manfaat asuransi kesehatan mereka hingga 30 September 2022, termasuk untuk anggota keluarga mereka.

"Untuk membantu mereka mendapatkan peluang baru, Zenius juga akan membantu mereka dengan membagikan data pribadi mereka kepada perusahaan atau institusi pendidikan lain dengan persetujuan mereka."

Zenius juga menyarankan tim pembuat konten untuk melamar posisi Tentor di cabang Primagama.

"Selama proses transisi, perusahaan berkomitmen untuk memastikan semua hak dan dukungan yang dibutuhkan karyawan terdampak terpenuhi sebagaimana mestinya," pungkas edutech startup ini.

Infografis: Daftar Perusahaan yang Terpuruk di Era Digital

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya