Liputan6.com, Jakarta: Masih ingat stiker anekdot "Soeharto Dalang Segala Bencana" (SDSB) yang disebarkan Ketua Harian Yayasan PIJAR, Nuku Sulaeman, sekitar 1993. Kini, kalangan lembaga swadaya masyarakat maupun aktivis mahasiswa tak bakal mendengar lagi teriakan garang sang demonstran kawakan tersebut. Selasa (18/2) pukul 12.15, Nuku meninggal dunia di Rumah Sakit Harapan Bunda, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Almarhum mengembuskan napas yang terakhir kali setelah dua hari dirawat akibat penyakit stroke.
Jenazah Nuku dikabarkan dimakamkan di pemakaman keluarga di Jalan Tulip II Blok I/19, Taman Galaxi Indah, Bekasi Selatan, pada pukul 17.00 WIB. Almarhum yang berumur 38 tahun itu meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang masih berumur kurang dari setahun. Semasa hidup, Nuku banyak menghabiskan waktunya untuk memperjuangkan demokrasi. Kiprah Nuku dalam dunia politik praktis dimulai ketika dia masih kuliah di Universitas Nasional Jakarta Selatan. Ia pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Politika dan koran mahasiswa Solidaritas. Bersama sejumlah rekan seperjuangan, ia kemudian mendirikan Yayasan Pusat Informasi Jaringan Aksi untuk Reformasi (PIJAR) pada 1988. LSM tersebut memang kerap kali menggelar demonstrasi menentang Rezim Orde Baru.
Pada tahun 1993, Nuku ditangkap ketika menggelar unjuk rasa di Gedung DPR/MPR. Kala itu, ia kedapatan membawa stiker &quotSDSB&quot bersamaan gelombang aksi menentang peredaran penjualan stiker Sumbangan Dana Sosial Berhadiah oleh pemerintah. Ia dituduh menghina Presiden Soeharto karena stiker yang dibawanya bertuliskan "Soeharto Dalang Segala Bencana. Nuku kemudian dipidana lima tahun dan dijebloskan ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta timur. Namun, tahun 1998, Nuku bersama sejumlah narapidana dan tahanan politik lainnya mendapat amnesti dari pemerintahan B.J. Habibie. Sekeluarnya dari penjara, Nuku melanjutkan perjuangan dengan mendirikan Pro-Demokrasi (Prodem) sebagai organisasi yang menampung mantan aktivis mahasiswa.(ANS/Dian Wignyo dan Yoseph Herhudi Lestari)
Jenazah Nuku dikabarkan dimakamkan di pemakaman keluarga di Jalan Tulip II Blok I/19, Taman Galaxi Indah, Bekasi Selatan, pada pukul 17.00 WIB. Almarhum yang berumur 38 tahun itu meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang masih berumur kurang dari setahun. Semasa hidup, Nuku banyak menghabiskan waktunya untuk memperjuangkan demokrasi. Kiprah Nuku dalam dunia politik praktis dimulai ketika dia masih kuliah di Universitas Nasional Jakarta Selatan. Ia pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Politika dan koran mahasiswa Solidaritas. Bersama sejumlah rekan seperjuangan, ia kemudian mendirikan Yayasan Pusat Informasi Jaringan Aksi untuk Reformasi (PIJAR) pada 1988. LSM tersebut memang kerap kali menggelar demonstrasi menentang Rezim Orde Baru.
Pada tahun 1993, Nuku ditangkap ketika menggelar unjuk rasa di Gedung DPR/MPR. Kala itu, ia kedapatan membawa stiker &quotSDSB&quot bersamaan gelombang aksi menentang peredaran penjualan stiker Sumbangan Dana Sosial Berhadiah oleh pemerintah. Ia dituduh menghina Presiden Soeharto karena stiker yang dibawanya bertuliskan "Soeharto Dalang Segala Bencana. Nuku kemudian dipidana lima tahun dan dijebloskan ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta timur. Namun, tahun 1998, Nuku bersama sejumlah narapidana dan tahanan politik lainnya mendapat amnesti dari pemerintahan B.J. Habibie. Sekeluarnya dari penjara, Nuku melanjutkan perjuangan dengan mendirikan Pro-Demokrasi (Prodem) sebagai organisasi yang menampung mantan aktivis mahasiswa.(ANS/Dian Wignyo dan Yoseph Herhudi Lestari)