Liputan6.com, Jakarta - Pengurangan kebijakan penguncian karena COVID-19 di China dan harga komoditas masih tinggi menjadi sentimen positif untuk pasar modal.
Dalam satu minggu terakhir, saham dan pendapatan tetap pulih dari aksi jual yang ditunjukkan dari indeks volatilitasi yang juga menurun, demikian mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia.
Advertisement
Katalis positif dari pengurangan kebijakan penguncian di Shanghai dan Beijing serta bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve kurang hawkish. Di sisi lain, harga komoditas tetap tinggi dan mencapai level tertinggi sepanjang masa, dan hal itu memberikan sentimen positif untuk pasar berkembang dan maju yang andalkan ekspor komoditas.
Namun, hal yang menjadi pertanyaan, di tengah tekanan inflasi dan maslah rantai pasokan, negara mana yang akan dapat ambil rezeki nomplok dari komoditas? Melihat hal tersebut, apakah China dapat mengambil kesempatan?
Dengan banyak masalah rantai pasokan karena perang Rusia-Ukraina, tindakan keras regulasi China sendiri dan penguncian pada Mei berdampak buruk terhadap keseluruhan mitra dagang negara berkembang. Akan tetapi, pekan ini, pertemuan Dewan Negara China mengumumkan beberapa tindakan, total ada 33 untuk menstabilkan ekonomi.
Hal ini termasuk potongan pajak lebih dari RMB 140 miliar untuk industri, memperpanjang penundaan pembayaran asuransi sosial hingga akhir tahun, melipatgandakan kuota dukungan pinjaman usaha kecil inklusif.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Aliran Dana Asing Masih Akan Masuk ke Indonesia
Selain itu, pemangkasan pajak pembelian mobil penumpang sebesar RMB 60 miliar, mendukung permintaan perumahan, memulai serangkaian energi proyek. Pada saat yang sama hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat yang lebih baik dan sentimen itu positif secara keseluruhan.
“Ini adalah jalur positif untuk negara berkembang secara keseluruhan, termasuk Indonesia, meskipun makro Indonesia kuat, kurangnya pertumbuhan China pada akhirnya mungkin pengaruhi pertumbuhan wilayah secara keseluruhan,” demikian mengutip riset Ashmore.
Relaksasi pada pembatasan serta langkah-langkah meningkatkan ekonomi China adalah positif. Jika melihat berdasarkan valuasi, price earning di MSCI negara berkembang 10,5 kali, lebih rendah dibandingkan S&P 500 16,7 kali.
Melihat hal tersebut, negara berkembang menawarkan level menarik untuk investor. Indonesia pun terus menawarkan pertumbuhan positif dalam laba, dan ini sebaliknya China yang alami penurunan. Hal ini memungkinkan aliran dana asing berlanjut masih masuk ke Indonesia.
Advertisement
Kinerja IHSG pada 30 Mei-3 Juni 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan pada 30 Mei-3 Juni 2022. Analis menilai, penguatan IHSG selama sepekan didorong bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang positif.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (4/6/2022), IHSG menguat 2,23 persen selama sepekan ke posisi 7.182,961 dari pekan sebelumnya di posisi 7.026,25. Penguatan IHSG tersebut diikuti kenaikan kapitalisasi pasar bursa selama periode 30 Mei-3 Juni 2022.
Kapitalisasi pasar bursa naik 1,61 persen ke posisi Rp 9.406,90 triliun. Kapitalisasi pasar itu bertambah Rp 148,81 triliun dari penutupan pekan lalu di posisi Rp 9.258,09 triliun.
BEI juga mencatat kenaikan tertinggi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa selama sepekan yang mencapai 45,53 persen menjadi Rp 22,39 triliun dari Rp 15,38 triliun pada pekan sebelumnya.
Peningkatan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa yang naik 38,30 persen dari 20,039 miliar saham pada pekan sebelumnya menjadi 27,713 miliar saham.
Rata-rata frekuensi harian Bursa mengalami kenaikan 10,45 persen menjadi 1.549.235 transaksi dari 1.402.599 transaksi pada penutupan pekan yang lalu.
Prediksi IHSG Pekan Depan
Investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp315,50 miliar pada Jumat, 3 Juni 2022. Sepanjang 2022, investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 65,723 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG lebih dipengaruhi oleh pergerakan dari global terutama bursa saham AS yang positif. Selain itu, aksi beli investor asing yang mencapai Rp 6,12 triliun selama sepekan juga turut angkat IHSG.
"Untuk pekan depan, kami perkirakan IHSG masih berpeluang menguat terbatas dan dimungkinkan rawan koreksi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat.
Ia menambahkan, penguatan IHSG menguji area resistance 7.267 terlebih dahulu dan support di 7.033. “Untuk pekan depan, akan ada rilis data cadangan devisa dan indeks keyakinan konsumen (IKK),” ujar dia.
Advertisement