Pendapat Ahli Soal Seberapa Penting Seks untuk Hubungan Jangka Panjang

Ahli mengungkap seberapa penting hubungan seks untuk hubungan jangka panjang.

oleh Diviya Agatha diperbarui 05 Jun 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi Pasangan Suami Istri Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Seks jadi salah satu aspek penting dalam kehidupan pasutri. Bahkan ikut menjadi penentu kebahagiaan dan kepuasan dalam berumah tangga.

Namun sebenarnya seberapa pentingkah aspek satu ini untuk para pasutri? Terapis sekaligus manajer klinis Real, Madeline Lucas mengungkapkan bahwa tiap pasangan sangat mungkin untuk memiliki pendapat berbeda.

"Keinginan yang tidak serasi, kurangnya orgasme, dan faktor lainnya dapat mempengaruhi dinamika hubungan. Perbedaan libido tersebut pun bisa menjadi lebih jelas lagi jika Anda dan pasangan tidak membicarakannya," ujar Madeline dikutip Bustle pada Minggu, (5/6/2022).

Menurut Madeline, seks akan bergantung pada komunikasi dan kompromi satu sama lain. Mengingat dorongan seks juga dapat berbeda dari hubungan satu dan yang lainnya.

"Jika seks penting bagi Anda dan pasangan, maka itu penting dalam hubungan. Penelitian juga menggarisbawahi bagaimana seks dapat meningkatkan keintiman dan koneksi," kata Madeline.

Menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships, semakin banyak seks yang Anda lakukan, maka semakin besar kemungkinan Anda merasakan keintiman pada pasangan.

Namun merasa puas dengan seks dalam hubungan Anda harus dimulai pula dengan kejujuran pada diri sendiri dan pasangan tentang apa yang Anda sukai dan inginkan, begitupun sebaliknya.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Sexual Behavior pun membahas hal serupa. Para peneliti mengungkap soal frekuensi seks terbaik untuk pasutri.

Rata-rata frekuensi seks terbaik ada pada kisaran satu minggu sekali atau sekitar 54 kali dalam satu tahun.


Seks Surut dan Mengalir

Lebih lanjut pelatih hubungan dan pendiri The Broom List, Tennesha Wood mengungkapkan bahwa seks dalam hubungan jangka panjang seperti pernikahan itu penting.

Hal tersebut lantaran seks memungkinkan Anda dan pasangan untuk mengalami keintiman, kerentanan (vulnerable), dan koneksi dengan pasangan.

"Dalam hubungan jangka panjang, tidak dapat dihindari dan sepenuhnya normal bahwa seks akan surut dan mengalir," ujar Madeline.

"Faktornya tak lain adalah stres, kelelahan, dan jadwal yang sibuk. Kehidupan seks biasanya normal justru setelah dinamika awal hubungan," tambahnya.

Madeline menjelaskan, ketika awal hubungan, Anda dan pasangan mungkin tidak dapat melepaskan satu sama lain. Namun setelah lama tinggal bersama, frekuensi seks bisa menurun. Mungkin hanya satu atau dua kali dalam seminggu.

Keduanya, Madeline dan Tennesha pun setuju akan hal ini. Jika telah lama bersama, maka yang Anda dan pasangan harus bangun adalah keintiman dan kenyamanan, bukan lagi hanya mengutamakan kepuasan seksual.

Hal tersebut bisa Anda dan pasangan dapatkan lewat saling berbincang, berpelukan di soda, atau obrolan yang lebih dalam satu sama lain.


Frekuensi Seks

Para peneliti yang membahas soal frekuensi seks menemukan bahwa seks memang dapat pula melihat pertimbangan lain seperti usia dan kondisi masing-masing pasangan.

Mereka pun mengakui bahwa setiap pasangan berbeda dan frekuensi seks akan bergantung pada seberapa sering Anda bertemu dalam setiap harinya.

Studi berbeda yang dipublikasikan dalam SAGE Journals bahkan menemukan bahwa frekuensi seks yang berlebihan justru bukanlah sesuatu yang baik.

Dalam studi pada SAGE Journals tersebut, para peneliti menemukan bahwa berhubungan seks sekali dalam seminggu adalah pasangan yang paling bahagia.

Serta, peneliti menemukan bahwa berhubungan seks lebih dari satu kali dari seminggu tidak menjamin dapat meningkatkan kepuasan hubungan.

Tetapi sekali lagi, penting untuk tetap mengingat bahwa penelitian tersebut hanyalah salah satu contoh, dan tidak dapat mencakup keseluruhan hubungan atau keinginan Anda dan pasangan sendiri.

"Jadi jangan sampai statistik ini terjebak dalam pikiran Anda, dan jangan gunakan kehidupan seks sebagai barometer soal seberapa banyak seks yang seharusnya Anda lakukan," kata pelatih kencan dan hubungan, Frank Kermit dikutip Elite Daily.


Jarang Berhubungan Seks

Mengutip sumber berbeda, terapis pernikahan dan keluarga dr Dana McNeil mengungkapkan penyebab apa saja yang dapat membuat pasangan jarang bahkan berhenti berhubungan seks.

Dana menjelaskan bahwa ada beberapa alasan dibalik mengapa pasutri berhenti berhubungan seks. Alasan paling umum yang terjadi ialah karena kelelahan akibat rutinitas sehari-hari. Aktivitas sejak pagi hingga sore hari dinilai sudah cukup menguras tenaga para pasangan.

"Bagi sebagian orang, seks masuk dalam daftar aktivitas (to-do-list) yang membuat mereka berpikir bahwa melakukannya harus dengan totalitas. Sehingga keinginan tersebut seringkali menghilang setelah lelah bekerja atau beraktivitas," kata Dana dikutip Bustle.

Terlebih, konflik-konflik yang belum terselesaikan juga bisa menjadi penyebab dari menurunnya frekuensi seks pasutri sehari-hari. Bahkan, hal kecil seperti pekerjaan rumah pun bisa memicu pasutri kehilangan minat antar satu sama lain.

"Sehingga menarik diri dari keintiman dianggap bisa melindungi pasangan dan jadi cara untuk mengambil kembali kendali hubungan yang sedang tidak dalam situasi yang baik," ujar Dana.

Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19 (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya