Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) menjadi inovasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam mengedukasi remaja di Indonesia mengenai bahaya stunting atau gagal tumbuh.
Koordinator Kelembagaan Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem) BKKBN Priyanti mengatakan, Elsimil merupakan salah satu upaya BKKBN mencapai target penurunan prevalensi stunting.
Advertisement
"Untuk mencapai target penurunan angka prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024, BKKBN terus melakukan berbagai upaya, salah satunya melalui aplikasi Elsimil," kata Priyanti melalui keterangan tertulis.
Aplikasi Elsimil, kata Priyanti, merupakan salah satu inovasi unggulan BKKBN yang bisa diunduh melalui playstore. Aplikasi tersebut ditujukan bagi calon pengantin dan remaja agar lebih memahami pentingnya pencegahan stunting pada anak yang akan menjadi pemimpin di masa depan.
BKKBN melakukan sosialisasi dan edukasi pada remaja melalui aplikasi Elsimil selama sepekan penuh, mulai 1 - 7 Juni 2022. Hal tersebut sebagai rangkaian kegiatan dalam menyambut Hari Keluarga Nasional ke-29 yang jatuh pada 29 Juni 2022.
Para remaja menjadi target sasaran sosialisasi dan edukasi karena mereka adalah calon pengantin dan calon orangtua, sehingga diharapkan sejak usia yang sekarang dapat memahami bahwa stunting bisa berdampak buruk bagi anak.
Acara Sepekan Elsimil ini, kata Priyanti, akan dibagi menjadi tiga kegiatan utama. Pertama, kampanye melalui berbagai media yang digerakkan oleh komunitas Genre Indonesia, kemudian oleh TPK (Tim Pendamping Keluarga) Beraksi dan TPK (Tim Pendamping Keluarga) Bercerita.
Jelang Hari Keluarga Nasional
Pada hari pertama, acara dimulai dengan melakukan kampanye daring menggunakan twibbon dengan tema Kita Penting Indonesia. Pada hari kedua, Elsimil diperkenalkan pada remaja Indonesia melalui siaran langsung Instagram.
"Kami juga mengedukasi bahwa Aplikasi Elsimil itu bukan menyatakan kalau misalnya tandanya merah bukan untuk menghentikan pernikahan atau menunda pernikahan, tapi menunda kehamilan anak pertama. Itu yang masih simpang siur," kata Priyanti, dilansir Antara.
Kuis terkait masalah stunting diladakan pada hari ketiga. Sedangkan hari keempat dan kelima, peserta membuat video keseharian gaya hidup sehat. Lalu pada hari keenam dan ketujuh, peserta akan membuat meme jenakan tentang pencegahan stunting.
Priyanti berharap, lewat rangkaian acara tersebut, semua remaja bisa mengetahui bahwa stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Adapun prevalensi stunting pada bayi di Indonesia sudah menyentuh 24,4 persen. Sayangnya jumlah tersebut masih di atas strandar yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni di bawah 20 persen.
"Oleh sebab itu, saya mengajak, ayo unduh Aplikasi Elsimil dan mari kita cegah bayi-bayi stunting," kata Priyanti.
Advertisement
Pernikahan Usia Dini dan Potensi Stunting
Pernikahan usia dini juga memunculkan potensi bayi yang dilahirkan akan mengalami stunting.
"Pernikahan pada usia dini sangat berbahaya. Pernikahan usia dini juga berpotensi bayi yang dilahirkan mengalami kekerdilan (stunting)," ujar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam kesempatan berbeda.
Tak hanya itu, pernikahan dini pada anak bisa meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Karenanya, Hasto mengimbau agar sebuah pernikahan harus direncanakan sebaik mungkin dan dilakukan pada usia yang bisa dikatakan cukup
Berdasarkan data yang dimiliki BKKBN, pernikahan pada usia di bawah 18 tahun di Indonesia terjadi sebanyak 20 dari 1.000 pernikahan.
Organ reproduksi anak perempuan yang menikah pada usia 16-17 tahun, belum cukup matang untuk mendukung pertumbuhan janin yang optimal karena ukuran panggul kurang dari 10 sentimeter dan membahayakan proses melahirkan. Melahirkan dalam kondisi tersebut, anak perempuan berisiko terkena kanker serviks dan mengalami pendarahan karena jalan lahir robek.
Pentingnya 1.000 HPK
Selain itu, risiko preeklampsia juga banyak terjadi pada perempuan yang melahirkan di bawah usia 20 tahun.
Pada masa kehamilan, ibu berusia muda akan berebut gizi dengan bayi dalam kandungan karena sama-sama memerlukan banyak gizi.
Oleh karena itu, asupan nutrisi pada 1.000 HPK menjadi hal sangat penting bagi bayi. Bila sejak dalam kandungan bayi kekurangan gizi, akibatnya bayi akan terkena stunting.
"Padahal 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menentukan masa depan anak-anak sejak hari pertama kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun. 1.000 HPK merupakan periode emas yang tidak dapat diulang kembali," tuturnya.
Advertisement