Djarot Saiful Hidayat: Tahu Campur Surabaya Top Markotop, Ngangeni

Mengenakan jaket berwarna hitam dengan kaus berkerah warna merah, Djarot tampak melahap tahu campur legendaris tersebut. Dia mengaduk kuah dengan paduan bumbu petis dan sambal pedas.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 06 Jun 2022, 09:07 WIB
Djarot dan ketua PDIP Surabaya menikmati tahu campur di Surabaya. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengaku kangen dengan kuliner tahu campur kalasan H Abdul Mahfud di Jalan Kalasan, Tambaksari, Surabaya.

”Tahu Campur Kalasan ini memang spesial. Saya kangen dengan tahu campur, sehingga malam ini mampir. Saya suka karena perpaduan rempah-rempahnya Indonesia banget,” ujarnya didampingi Ketua DPC PDIP Surabaya yang juga ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono, Minggu (5/6/2022) malam.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bernostalgia dengan kenangannya ketika kerap menikmati tahu campur Kalasan. Anggota DPR RI itu rupanya langganan tahu campur Kalasan sejak sebelum menikah dengan sang istri, Happy Djarot.

“Dulu sering banget mampir sini, sejak sebelum menikah. Setelah menikah pun sering bareng-bareng keluarga ke sini. Istri dan anak saya juga suka tahu campur ini. Selain makan di sini, sering bungkus dibawa pulang,” ujarnya.

Djarot memang pernah tinggal di Surabaya, ketika menjadi dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Dia juga pernah menjadi anggota DPRD Jatim.

“Sehingga kuliner di Surabaya ini saya banyak hafal, dari bebek, rujak cingur, rawon, dan sebagainya,” ujar alumnus Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada tersebut.

Djarot tiba di Surabaya untuk menghadiri peringatan Hari Lahir Bung Karno, Senin 6 Juni. Bung Karno lahir di Surabaya, pada 6 Juni 1901, ketika fajar menyingsing. Proklamator Indonesia itu lahir di sebuah rumah kecil, di perkampungan Pandean.

Mengenakan jaket berwarna hitam dengan kaus berkerah warna merah, Djarot tampak melahap tahu campur legendaris tersebut. Dia mengaduk kuah dengan paduan bumbu petis dan sambal pedas.

Daging sapi, tahu, mi kuning, selada, hingga tauge bercampur menjadi satu. Djarot menikmati tahu campurnya dalam kondisi hangat. “Petisnya ini spesial banget, top markotop. Ngangeni,” ujarnya.

”Kita harus nguri-uri kuliner khas semacam ini. Indonesia begitu kaya kuliner, dengan bumbu-bumbu yang khas dan sangat unik. Bahkan meski satu jenis masakan, di tiap daerah bisa berbeda-beda corak penyajian, bumbu, dan rasanya,” imbuh mantan wali kota Blitar itu.

Djarot lantas menyinggung soal buku Mustika Rasa yang mendokumentasikan resep berbagai masakan dari seluruh penjuru Nusantara. Penyusunan buku itu atas inisiasi Presiden Sukarno.

”Jadi Bung Karno sejak dulu itu sudah punya kesadaran bahwa kekayaan rempah Indonesia bisa menghasilkan kekayaan kuliner yang begitu luar biasa, yang bisa menggerakkan ekonomi lokal, menjadi bagian dari sosio-kultural yang mengiringi gerak perubahan masyarakat,” papar Djarot.

 


Memasak 20 Resep

Ketua DPC PDIP Surabaya yang juga ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono menambahkan, beragam kuliner telah mampu menghidupi gerak masyarakat Kota Pahlawan. Dalam rangkaian Hari Lahir Bung Karno, PDIP Surabaya juga menggelar aksi memasak 20 resep dalam buku Mustika Rasa.

”Kami melibatkan ibu-ibu di perkampungan padat penduduk di tempat Bung Karno dilahirkan dan di tempat Bung Karno menempa diri ketika indekos di rumah tokoh Islam, HOS Tjokroaminoto. Kuliner-kuliner itu bukan hanya sangat memikat lidah, tetapi juga menjadi sarana konsolidasi kultural di mana warga memasak untuk kemudian dinikmati bersama besok, 6 Juni 2022,” ujarnya.

Selain memasak resep di buku Mustika Rasa, DPC PDIP Surabaya menggeber berbagai program lain untuk menyambut Hari Lahir Bung Karno, mulai dari Senam Indonesia Cinta Tanah Air (SICITA), santunan anak yatim, bantuan sembako untuk warga yang membutuhkan, khotmil Quran dan istighosah, hingga napak tilas sejarah Bung Karno bersama anak-anak muda.

Diplomasi Lewat Jalur Kuliner (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya