Liputan6.com, Jakarta - Rencana kenaikan harga tiket masuk Candi Borobudur menarik perhatian publik, akhir pekan kemarin. Nominal Rp750 ribu yang diajukan sebagai tarif baru, dari sebelumnya Rp50 ribu, jadi alasan banyak pasang mata akhirnya melirik.
Seperti dilaporkan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut ini sebagai upaya membatasi kuota pengunjung salah satu destinasi super prioritas di Indonesia tersebut. Selain, sebagai langkah menjaga Warisan Budaya Dunia.
Dalam keterangannya, lapor kanal Bisnis Liputan6.com, Luhut berkata, "Candi Borobudur itu kan cagar budaya Indonesia yang ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Dengan relief sarat makna, khususnya bagi umat Buddha dan kita umat manusia, penting bagi kita semua memberi perhatian khusus untuk menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara tersebut."
Terkait rencana kenaikan harga tiket masuk Candi Borobudur, berikut sederet faktanya.
Baca Juga
Advertisement
1. Detail Pengajuan Harga Tiket Masuk Candi Borobudur
Melalui unggahan di Instagram-nya, akhir pekan kemarin, Luhut mengatakan, tarif baru tiket masuk Candi Borobudur untuk wisawatan nusantara (wisnus) sebesar Rp750 ribu, lalu wisatawan mancanegara senilai 100 dolar AS. Sementara, tiket untuk pelajar seharga Rp5 ribu.
Direktur Utama Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), Edy Setijono, menjelaskan bahwa tiket seharga Rp750 ribu hanya untuk wisnus yang ingin menaiki Candi Borobudur, dengan kuota 1.200 pengunjung setiap hari, sementara harga tiket masuk kawasan candi masih tetap Rp50 ribu.
Ia menambahkan, untuk wisatawan regular yang akan masuk TWC Borobudur, kebijakan tiketnya masih tetap. Tiket untuk wisnus Rp50 ribu, tarif tiket masuk bagi wisman 25 dolar AS, dan pelajar dikenakan Rp25 ribu. Tiket ini memperbolehkan wisatawan berwisata sampai batas pelataran Candi Borobudur, tapi tidak diperkenankan naik bangunan Candi Borobudur.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Belum Final
Menko Luhut mengatakan, rencana tarif tiket masuk Candi Borobudur yang muncul saat ini belum final. Pasalnya, ini masih akan dibahas dan diputuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi), minggu ini.
"Saya mendengar banyak sekali masukan masyarakat hari ini terkait wacana kenaikan tarif (tiket masuk Candi Borobudur) untuk turis lokal. Karena itu nanti saya akan minta pihak-pihak terkait untuk segera mengkaji lagi, supaya tarif itu bisa diturunkan. Saya sampaikan terima kasih pada semuanya atas perhatian yang begitu besar pada warisan budaya kebanggaan kita semua ini," ia mengatakan.
3. Kerentanan dan Ancaman
Dalam keterangannya, Luhut juga menyebut "kerentanan dan ancaman terhadap Candi Borobudur." Berdasarkan kajian dari berbagai ahli yang memberi masukan pada pemerintah, menurutnya, kondisi situs bersejarah itu saat ini mulai mengalami pelapukan. Selain itu, perubahan iklim, erupsi gunung berapi, serta gempa bumi juga jadi tantangan tersendiri bagi eksistensi Candi Borobudur.
"Silahkan cek atau tanya ke teman-teman pengelola di sana. Belum lagi perilaku pengunjung yang suka melakukan vandalisme, menyelipkan benda tertentu di sela-sela batu candi, membuang sampah sembarangan, dan yang lebih parah adalah tidak bisa menghargai Candi Borobudur sebagai situs umat Buddha. Ini semua kan perlu penanganan khusus," kata Luhut.
Advertisement
4. Dugaan Beban Berlebih Akibat Kunjungan Wisata
Seralas dengan itu, Edy mengungkap, bangunan Candi Borobudur mulai mengalami penurunan dan pengikisan diduga karena beban berlebih akibat kunjungan wisatawan. Sebelum pandemi COVID-19, wisatawan yang menaiki bangunan Candi Borobudur rata-rata sekitar 10 ribu orang per hari.
Kemudian selama pandemi, pengelola menutup akses naik ke Candi Borobudur dan kunjungan wisatawan hanya terbatas sampai ke pelataran atau halaman candi. Edy menjelaskan, penetapan harga naik ke candi atas dasar pertimbangan kuota 1.200 orang per hari dimaksudkan agar pengunjung yang ingin menaiki candi harus orang yang bersungguh-sungguh dan berkepentingan.
"Kalau orang mau foto-foto, enggak usah naik ke candi, di bawah saja. Jadi itulah tujuannya. Jadi orang naik ke candi karena ia sudah membayar mahal, saya kira ia akan sungguh-sungguh, ia akan belajar, ia akan mempelajari. Tapi, kalau cuma foto-foto rugi kan bayar Rp750 ribu, di bawah saja. Karena ada aspek konservasi tadi," ia menuturkan.
5. Ada Pemandu
Lebih lanjut dikatakan, pihak pengelola sudah menyiapkan pemandu wisata di atas candi yang akan menjelaskan mengenai sejarah candi yang dibangun sejak tahun 770 masehi tersebut. Ia disebut akan menerangkan mengenai relief di setiap dinding candi.
Edy menekankan, penetapan harga Rp750 ribu bagi wisnus yang ingin menaiki candi bukan karena pertimbangan komersial. "Sebagai wujud keberpihakan kami pada dunia pendidikan, untuk pelajar hanya ditetapkan (tarif masuk ke atas Candi Borobudur senilai) Rp5 ribu," ia mengatakan.
Akses khusus kepada pelajar ini akan diberikan sebanyak 20 hingga 25 persen dari total kuota 1.200 orang per hari.
6. Komentar Gubernur Jawa Tengah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, harus ada pembatasan bagi mereka yang ingin naik ke Candi Borobudur, agar tetap menjaga kondisinya, lapor kanal News Liputan6.com. Menurut Ganjar, aturan pengendalian jumlah pengunjung Candi Borobudur setiap harinya memang dapat mengambil berbagai langkah.
Salah satunya lewat kenaikan tarif tiket destinasi wisata. "Banyak aturan yang bisa dibuat untuk mengendalikan pengunjung. Soal transportasi menuju EV, pengelolaan lingkungan, event, sampah, bangunan, dan tarif (tiket masuk)," kata Ganjar.
Ia pun menjamin, siapa pun tetap bisa menikmati wisata di Candi Borobudur. "Sangat bisa," ia menambahkan.
Advertisement
7. Berimbas pada Daya Saing Pariwisata Indonesia?
Wakil Ketua Umum Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Budijanto Ardiansyah, mengaku terkejut dengan rencana kenaikan tarif masuk Candi Borobudur untuk wisnus. Budijanto menilai, kenaikan tarif masuk Candi Borobudur tersebut terkesan kontradiktif dengan usaha pemulihan di sektor pariwisata yang dicanangkan pemerintah di ujung pandemi COVID-19.
Di satu sisi, ia coba mewajari alasan pemerintah yang ingin menjaga kelestarian kawasan Candi Borobudur dengan membatasi kuota pengunjung setiap hari. ASITA dan para pelaku industri pariwisata pun merasa tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan tersebut.
"Tapi kenaikannya yang sampai berapa kali ratus persen itu sangat tidak realistis. Pembatasan pengunjung dapat dipahami, tapi kenaikan harga yang gila-gilaan kurang dapat dipahami," ia mengatakan.
"Dalam mengeluarkan satu kebijakan seharusnya pemerintah membuat analisa yang tepat dan mendiskusikannya dulu dengan asosiasi dan industri. Semoga ini didengar para pembuat keputusan untuk dapat mengoreksi kembali kebijakannya," pungkasnya.