Liputan6.com, Serang - Produksi batako, paving blok hingga pemecah ombak dengan campuran Fly Ash dan Bottom Ash (Faba) dari sisa pembakaran batu bara, diklaim mampu meningkatkan kekuatannya. Namun, saat diuji kekuatan oleh Kakorbinmas, Irjen Pol Suwondo Nainggolan, batako itu malah hancur.
Batu, kerikil, pasir, semen hingga faba dicampur jadi satu, kemudian dicetak menjadi batako. Saat diangkat oleh Irjen Pol Suwondo Nainggolan setinggi lehernya dan dijatuhkan ke bawah. Nahas, batako yang diklaim kuat oleh PLN itu malah hancur. Apa penjelasannya?
Baca Juga
Advertisement
"Pasir, beton, krikil, semen, itu menjadi tambahan materialnya. Kekuatannya bisa dilihat, bervariasi, kekuatannya dari K300, K200, K150, tergantung dari komposisi campurannya. Artinya, semakin tinggi campuran faba-nya ada kecenderungan kekuatannya semakin tinggi," kata Executive Vice Presiden (EVP) K3 PT PLN, Komang Parmita, di Eco Park PLTU Suralaya, Kota Cilegon, Banten, Senin (06/06/2022).
Debu batu bara itu dihasilkan dari pembakaran batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap di PLTU Suralaya yang menghasilkan 3.400 MW listrik. Setiap harinya memerlukan 40 ribu ton batu bara atau setara 12 juta ton setahun, sehingga limbah Faba yang dihasilkan sebanyak 600 ribu ton per tahunnya.
Limbah tersebut menurut Komang, akan digunakan untuk pembuatan batako maupun paving blok. Saat ini, para Bhabinkamtibmas di 24 Polda bersama 46 pembangkit listrik sedang dilatih cara pembuatannya.
Nantinya para bhabinkamtibmas akan menyalurkan kemampuan membuat paving blok maupun batako ke masyarakat. Harapannya bisa meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar lokasi PLTU.
"Produk faba ini kalau kita lihat dari konsumsi batu bara, 5-10 persen itu kan faba, produk ini bisa dimanfaatkan seperti pabrik semen. Tapi pabrik semen tidak tersedia banyak di seluruh Indonesia. Bagaimana kalau yang di luar Jawa, makanya faba dimanfaatkan untuk menjadi produk seperti ini, batako, penahan ombak, paving blok," jelasnya.
Komang Parmita selaku Executive Vice Presiden (EVP) K3 PT PLN mengaku belum mengetahui nilai ekonomis dan keuntungan cuan yang dihasilkan dari pemanfaatan Faba menjadi berbagai produk tersebut. Alasannya, faba yang diproduksi menjadi batako, penahan ombak hingga paving blok masih dalam tahap penelitian.
Meski begitu, dia mengklaim, produk campuran faba ke depannya memiliki nilai ekonomis dan mampu bersaing di pasaran, meski kini membutuhkan biaya besar untuk memproduksinya.
"Aspek ekonomis, kalau ini masih riset, ujuk-ujuk berbicara ekonomis, ini kalau di dalam sebuah bisnis masih mau tumbuh, kalau mau tumbuh biaya produksi masih tinggi, karena produksi masih sedikit," jelasnya.
Kakorbinmas Minta Fly Ash dan Bottom Ash Bisa Tingkatkan Ekonomi UMKM
Kakorbinmas, Irjen Pol Suwondo Nainggolan berharap pelatihan bisa berjalan dengan baik untuk membangkitkan perekonomian nasional, melalui sisi UMKM masyarakat.
Para Bhabinkamtibmas di 24 polda diharapkan bisa belajar dan berlatih dengan baik, sehingga bisa menularkan kemampuan dan mengajarkannya ke masyarakat untuk meningkatkan taraf perekonomian mereka.
"Memanfaatkan fly ash dan bottom ash itu menjadi produk ekonomi yang kemudian teman-teman Bhabinkamtibmas ini mengajarkan kepada masyarakat, sehingga tumbuh UMKM yang bisa membuat atau memahami penggunaan faba ini yang meningkatkan ekonomi keluarganya, juga meningkatkan perekonomian nasional pada akhirnya," ujar Kakorbinmas, Irjen Pol Suwondo Nainggolan, di lokasi yang sama, Senin (6/6/2022).
Advertisement