Liputan6.com, Bogor - Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak, Kota Bogor, Jawa Barat, ditutup sementara menyusul tujuh ekor sapi memiliki gejala terserang penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Baru suspek, tapi untuk sementara (RPH) kami tutup," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor, Anas S. Rasmana kepada wartawan, Senin (6/6/2022).
Menurutnya, petugas kesehatan hewan telah mengambil sampel ketujuh ekor sapi untuk diuji laboratorium. Hasilnya, diperkirakan baru keluar Selasa besok.
"Baru gejala klinis, jadi sedang uji lab nanti hasilnya positif atau enggaknya dikabarin. Takutnya panas biasa," ucapnya.
Baca Juga
Advertisement
Anas menerangkan temuan suspek PMK bermula dari laporan petugas kesehatan hewan di mana ada beberapa ekor sapi diduga terjangkit PMK pada Jumat (3/6/2022) malam. Tenaga kesehatan hewan pun langsung bergerak mengambil sampel hewan potong tersebut yang mengalami suhu panas.
Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit PMK, pihaknya telah meminta RPH maupun peternak hewan selalu membersihkan kandang, menyemprotkan cairan disinfektan, pemeriksaan kesehatan hewan secara berkala hingga penyuntikan.
Di sisi lain, DKPP bekerjasama dengan Dinas Perhubungan menerjunkan tim untuk melakukan pemeriksaan setiap kendaraan yang membawa hewan ternak dari luar daerah.
"Petugas hanya memeriksa dua dokumen. Pertama, SKKH (surat keterangan kesehatan hewan) dan dokumen izin dikeluarkannya surat dari dinas asal daerah hewan itu," ujar Anas.
Menurutnya, titik penyekatan dan pemeriksaa dilakukan di setiap perbatasan antara Kota dengan Kabupaten Bogor.
"Monitoring juga dilakukan di 6 kecamatan. Dokter hewan dan paramedik turun ke lapangan," kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Hewan Jonggol Ditutup
Belasan sapi di Pasar Hewan Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, dinyatakan terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Pasar hewan tersebut ditutup sementara.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Bogor, Oetje Soebagdja mengatakan sapi yang terjangkit PMK berasal dari peternak maupun pedagang di Pasar Jonggol.
"Dari hasil uji laboratorium balai veterinerdi Subang, ada 14 sapi yang dinyatakan terpapar wabah PMK di Pasar Hewan Jonggol beberapa waktu lalu," ujar Oetje, Kamis (26/5/2022).
Pihaknya langsung menangani hewan yang terpapar PMK. Belasan sapi yang terpapar PMK langsung diisolasi dan sedang dalam masa penyembuhan.
"Kami temukan beberapa gejalanya seperti mulut berbusa dan kakinya luka. Lalu kami memisahkan kandang dengan sapi lainnya," kata Oetje.
Sementara waktu tidak ada aktivitas jual beli sapi potong di Pasar Hewan Jonggol. Ia meminta penjual serta peternak sapi proaktif melaporkan kondisi sapi melalui layanan call center Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
"Karena tingkat kematiannya sangat cepat, maka pasar itu kami lockdown," ucapnya.
Oetje mengaku belum bisa memastikan dari mana sapi tersebut berasal. Mengingat transaksi jual beli sapi di Pasar Hewan Jonggol melibatkan banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia.
"Mudah-mudahan tidak menyebar ke wilayah lain. Apalagi saat ini menjelang Idul Adha yang tentunya akan mengganggu perekonomian," ujar Oetje.
Advertisement
Pasokan Sapi Berkurang
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dipastikan berdampak signifikan terhadap pasokan sapi dari petani. Ini karena meluasnya penyakit PMK pada hewan ternak itu.
Pasokan sapi dari Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, dan Bali ke wilayah Kabupaten Bogor dipastikan berkurang karena ada pemeriksaan ketat dan pembatasan.
"Di tahun 2022 ini jumlahnya kemungkinan menurun karena ada pembatasan itu, namun belum bisa diprediksi berapa jumlahnya," kata Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Bogor, Hardy Hendriwan, Kamis (26/5/2022).
Hardy membeberkan Kabupaten Bogor setiap menjelang Idul Adha menerima pasokan hewan ternak dari Jawa Timur cukup besar. Dimana pada tahun 2021, dari 42.834 hewan baik sapi, kambing, kerbau dan domba, 25 persennya berasal dari Jawa Timur.
Sementara 35 persennya berasal dari Jawa Tengah dan sebagian lainnya dari NTB, NTT, Bali, dan ternak lokal.
"Tapi apabila ternak-ternak yang didatangkan sehat dan tidak berasal dari daerah kasus, ya kita juga tidak bisa menolaknya," kata Hardy.
Untuk mengantisipasi penyakit PMK, pihaknya telah mendorong peternak untuk memberikan suntikan vitamin dan melakukan penyemprotan cairan disinfektan pada hewan ternak mereka.
"Untuk wilayah Jabodetabek juga suplai hewan ternak tetap melimpah, hanya pembatasannya yang lebih diperketat," ujar Herdy.