Liputan6.com, Jakarta - Penyakit kanker acap kali dikaitkan dengan kematian dan sedikitnya harapan hidup. Sebagian pasien kanker kemudian kehilangan semangat hidup dan tak ceria seperti sedia kala.
Namun, anggapan-anggapan tersebut tidak tepat. Pasalnya, pasien kanker masih dapat melanjutkan kehidupan dengan semangat. Bahkan, tak sedikit pula pasien kanker yang akhirnya sembuh.
Advertisement
Hal ini dibuktikan oleh para pejuang kanker yang tergabung dalam grup tari produksi Mawar Budaya. Seluruh penari dalam grup ini adalah penyintas kanker.
Grup ini terdiri dari Chrystina A. Binol dan Suarsih penyintas kanker payudara. Ada pula Bhidury Bulan Mailarangan dan Siti Soedarmayanti penyintas kanker ovarium. Serta Shanty Eka Permana dan Sumbangsih Elly Mawati penyintas kanker serviks.
Belum lama ini, mereka berkesempatan untuk unjuk kebolehan dalam sebuah acara yang digelar CISC (Cancer Information and Support Center). Mereka membawakan tari tradisional Betawi yang disebut tari Tepak Kipas Koneng.
Ini merupakan tari kreasi Betawi yang berpijak dari gerak tari topeng dipadu dengan musik kreatif Betawi yang lincah dan energik. Tarian ini merupakan gambaran perempuan Betawi yang lincah dan dinamis.
Setelah dipanggil oleh pembawa acara, mereka pun naik ke panggung dengan penuh percaya diri. Ketika mulai menari, penonton terkesima lantaran gerakannya begitu ceria dan energik layaknya penari pada umumnya dan tak terlihat seperti penyintas maupun pejuang kanker.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jadi Inspirasi bagi Pejuang Kanker Lain
Menurut Humas CISC Esterina Sutiono para penyintas kanker ini sudah berusia 50-an. Namun, dilihat dari rekaman video, gerakan tari yang mereka bawakan layaknya remaja atau anak-anak muda yang segar bugar.
“Ini pantas untuk dibanggakan ke teman-teman sesama pasien/survivor kanker dan keluarga untuk menyemangati teman-teman karena semua yang nari adalah survivor kanker dari macam-macam kanker.”
“Ada yang kena payudara, serviks, ovarium, colon. Bahkan ada yang sudah stadium 4. Tetap segar bugar dan masih lincah. Usia mereka juga sudah tidak muda lagi pada kisaran 50 tahunan,” ujar Esterina kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Selasa (7/6/2022).
Kisah inspiratif terkait kanker juga sempat datang dari penyanyi Ari Lasso. Pelantun lagu “Hampa” ini sempat dinyatakan mengidap penyakit langka yakni kanker limfoma pada 2021.
Berbagai upaya pengobatan pun dilakukan, seperti rawat inap di rumah sakit hingga kemoterapi sesuai jadwal. Rambutnya pun bahkan sempat gundul selama proses pengobatan.
Setelah berbagai usaha pengobatan dilakukan. Pria usia 48 pun dinyatakan bersih dari kanker pada awal 2022.
Advertisement
Kembali Manggung
Usai dinyatakan bersih dari kanker, Ari Lasso melakukan serangkaian prosedur pemulihan dari rumah. Ia pun menjaga pola makan dan berhenti merokok.
Tak sampai di situ, pada Mei 2022, Ari Lasso akhirnya kembali menyapa para penggemarnya di atas panggung.
Ia memamerkan sejumlah unggahan yang isinya berupa rangkaian persiapan sebelum bernyanyi kembali di hadapan banyak orang.
Pria berkacamata ini membawakan sejumlah lagu hits serta berucap syukur atas dukungan para penggemar yang hadir di hadapannya kala itu.
"Ini adalah momen kehidupan saya yang ketiga. Ini adalah salah satu fase terberat yang saya lewati dan akan susah untuk berhasil melewatinya tanpa dukungan kalian semua yang ada di sini," ucap Ari Lasso di sela-sela konser mengutip Antara (7/6/2022).
Sebelum mengungkapkan hal tersebut di atas panggung, Ari Lasso sudah terlebih dahulu mendapatkan dukungan dari para penggemar dan rekan-rekan artis di media sosialnya. Semangat Ari Lasso pun diluapkannya dalam unggahan-unggahan tersebut.
Bisa Dicegah
Terkait kanker, sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia menerangkan bahwa ada beberapa jenis kanker yang bisa dicegah. Salah satunya kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak dialami oleh perempuan Indonesia. WHO pada 2020 lalu mencatat bahwa setidaknya ada 21.003 wanita Indonesia yang meninggal dunia akibat kanker serviks.
Padahal, kanker serviks menjadi salah satu penyakit yang bisa dicegah. Namun prevalensi dan angka kematiannya masih kerap tinggi. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh minimnya kemauan masyarakat untuk melakukan deteksi dini.
Menurut Konsultan Onkologi Ginekologi dan Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Prof Dr dr Andrijono yang merujuk pada data Litbangkes, kebanyakan orang enggan untuk melakukan skrining kanker serviks.
"Mereka kebanyakan tidak mau skrining karena malu, enggan, dan belum merasa perlu karena tidak ada keluhan," ujar Andrijono dalam seminar media bertema Inovasi Deteksi Dini untuk Meningkatkan Cakupan Skrining Kanker Serviks di Indonesia oleh Roche Indonesia pada Kamis, (19/5/2022).
Andrijono menambahkan, padahal deteksi yang dilakukan saat menunggu keluhan berarti kanker serviks sudah terjadi. Sedangkan bila sudah terdeteksi lebih awal atau saat belum ada keluhan, maka kanker akan bisa dicegah agar tidak semakin berkembang dan menjadi parah.
"Jadi kenapa kanker serviks di Indonesia masih tinggi? Ya tadi, deteksi dininya tidak berjalan dengan baik," kata Andrijono.
Terlebih menurut survei global yang dilakukan oleh Roche Indonesia, setidaknya 60 persen masyarakat di Indonesia masih mengalami hambatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin termasuk dalam hal pemeriksaan kanker serviks.
Advertisement