Khawatir Dapat Uang Palsu, Pedagang di Pasar Tradisional Bali Beralih ke Transaksi Digital

Pembayaran menggunakan QRIS jadi momentum ekosistem finansial desa adat di Bali. Banyak alasan yang menjadi faktor masyarakat akhirnya mau menggunakan transaksi digital, salah satunya menghindari uang palsu.

oleh Dewi Divianta diperbarui 09 Jun 2022, 09:00 WIB
Cara Baru Masyarakat Bali Gunakan Pembayaran Digital (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Denpasar Upaya pemerintah daerah Bali melakukan sosialisasi penggunaan transaksi digital setiap melakukan pembayaran entah di ranah modern ataupun di ranah tradisional seperti pasar-pasar, mulai berjalan dengan baik. Salah satunya dengan menyosialisasi pembayaran menggunakan QRIS di Pasar Sudha Mertha Sidakarya.

Di pasar yang direvitalisasi oleh Kementerian Perdagangan pada 2014 itu para pedagangnya sudah banyak yang menggunakan sistem pembayaran digital untuk transaksi jual beli.

Salah satu pedagang di pasar tersebut, Nyoman Sudeni (45) menyebut, sejak ia berjualan di Pasar Sudha Mertha Sidakarya banyak kejadian yang tentunya dialaminya. Dirinya bercerita pernah mendapatkan uang palsu dari pembelinya, namun ia tidak sadar jika uang tersebut adalah uang palsu. 

Sehingga, berbekal pengalaman tersebut dan sosialisasi dari pemerintah tentang pembayaran digital seperti QRIS untuk menghindari kerugian yang akan dideritanya ketika berniaga.

"Dulu sering dapat uang palsu. Masih lebih baik, karena waktu itu ada yang dapat uang mainan. Sekarang saya lebih baik cari aman dengan memasang QRIS," kata dia kepada Liputan6.com, Selasa (7/5/2022).

 


Sosialisasi Terkendala Pedagang Lanjut Usia

Menurutnya dengan memasang alat pembayaran QRIS tersebut dirinya bisa terhindar dari kerugian. "Melalui QRIS ini diharapkan dapat meminimalisir transaksi dengan uang palsu, terutama di Pasar Sudha Mertha ini," ujar dia. 

Sementara itu, Ketua LPD (Lembaga Perkreditan Daerah) Desa Adat Sidakarya I Nyoman Punia, mengatakan hampir setengah dari pedagang di pasar itu telah memasang QRIS sebagai alat pembayaran utamanya. Dirinya mengaku butuh waktu memberikan sosialisasi khususnya kepada pedagang yang sudah lanjut usia. 

"Sudah ada 75 pedagang yang memasang QRIS. Hambatan yang kami hadapi adalah para pedagang yang lanjut usia tidak bisa dengan cepat mengadopsi teknologi ini. Handphone pun mereka tidak punya, jika punya pun tidak bisa menggunakan vitur-vitur pembayaran secara digital," ucapnya.

Menghadapi permasalahan tersebut ia akan berkolaborasi dengan BPD Bali dan juga pihak pengelola pasar untuk melatih pelan-pelan para pedagang agar siapa pun bisa melakukan transaksi digital meskipun itu membutuhkan waktu.

Sementara itu, Direktur Operasional Bank BPD Bali, Ida Bagus Gede Setiya Yasa memberikan apresiasinya atas pencapaian LPD Sidakarya dalam rangka percepatan pemasangan QRIS di Pasar Sudha Mertha.

"Melalui QRIS Bank BPD Bali adalah wujud kerja kolaborasi dalam menciptakan ekosistem keuangan digital di Bali. Kerja sama layanan digital LPD ke depan akan memperkuat distribution channel sektor keuangan mikro kecil di wilayah Desa Adat. Itu bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi Bali pascapandemi," ujar dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya