Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berencana melakukan pengalihan aset dari kategori teh kepada Ekaterra Gulf FZE yang sebelumnya bernama Unilever Tea Gulf FZE.
Yakni suatu perusahaan yang didirikan dan diatur berdasarkan hukum Uni Emirat Arab (Ekaterra) Pengalihan aset yakni berupa penjualan aset mesin produksi dan perlengkapannya yang berlokasi di Cikarang dan Agriwangi, sekaligus perjanjian penggunaannya.
Advertisement
Perseroan dan Ekaterra telah menandatangani perjanjian pengalihan aset pada 12 November 2021, sebagaimana diubah pada 23 Mei 2022 dengan perubahan terhadap ketentuan yang disepakati.
"Berdasarkan aksi tersbeut, Ekaterra akan melakukan pembayaran kepada perseroan sebesar EUR 5.494.000. Sementara penggunaan aset bisnis oleh perseroan berdasarkan perjanjian penggunaan aset, perseroan tidak dikenakan biaya apapun," ungkap manajemen Unilever Indonesia dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (7/6/2022).
Nilai transaksi itu setara Rp 84,8 miliar (kurs Rp 15.436 per EUR) atau tidak melebihi 20 persen dari ekuitas perseroan tahun buku 221 sebesar Rp 4,32 triliun.
Oleh karena itu, untuk melaksanakan transaksi, perseroan tidak wajib memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ekaterra merupakan afiliasi perseroan sebagaimana didefinsikan dalam UUPM.
Pemegang saham akhir (ultimate shareholder) dari perseroan dan Ekaterra adalah pihak yang sama, yaitu Unilever PLC. Setelah menyelesaikan tinjauan strategis, grup Unilever memutuskan untuk memisahkan dan menjual sebagian besar bisnis teh globalnya (transaksi global).
Dalam persiapan untuk melaksanakan transaksi global, diawali dengan terjadinya reorganisasi intra-Grup. Di mana aset dan perusahaan yang terkait dengan bagian yang relevan dari bisnis teh global Unilever dipindahkan ke kelompok khusus teh yang baru yang bernama Ekaterra.
"Sebagai bagian dari Transaksi Global dan untuk mengoptimalkan biaya dan operasi secara lokal, perseroan menjual aset mesin produksi dan perlengkapannya yang berlokasi di Cikarang dan Agriwangi ke Ekaterra," tulis perseroan.
Namun, Unilever Indonesia akan terus menggunakan aset bisnis untuk memproduksi produk ekspor untuk Ekaterra selama masa transisi, sampai saat di mana aset bisnis dipindahkan ke lokasi Ekaterra dan dapat beroperasi secara mandiri.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Intip Rencana Belanja Modal Unilever Indonesia pada 2022
Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih akan melanjutkan ekspansi pada 2022. Untuk itu, belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini difokuskan untuk mengoptimalkan pengembangan kategori-kategori produk yang mengalami pertumbuhan.
“Capital expenditure kita itu range-nya sekitar 2-2,5 persen dari turnover perusahaan dalam satu tahun. Dipakai untuk, pertama, ekspansi dari manufactory kita. Yaitu untuk kategori-kategori yang mengalami pertumbuhan,” kata Direktur Customer Operation PT Unilever Indonesia Tbk, Enny Hartati Sampurno dalam wawancara eksklusif bersama PT Unilever Indonesia Tbk, ditulis Jumat (29/4/2022).
Selain itu, belanja modal tahun ini juga akan dialokasikan untuk peremajaan atau modernisasi peralatan yang ada di pabrik Unilever Indonesia. Tak ketinggalan, Perseroan juga akan menambah investasi di infrastruktur, seperti kabinet es krim.
“Sumber dananya dari profit perusahaan serta working capital management,” imbuh Enny.
Pada kuartal pertama tahun ini, perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 19,0 persen yoy menjadi 2 triliun.
Pada periode tersebut, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk, Ira Noviarti menyampaikan distributive trade perseroan mencatatkan pertumbuhan double digit. Sementara channel e-commerce menggandakan kinerja dengan bertumbuh sebesar 100 persen.
Empat divisi yang berhasil mendorong pertumbuhan perseroan adalah divisi Food, Beverage, Personal Care, dan Unilever Foods Solution (UFS).
“Saya percaya dan optimis bahwa kami sudah berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan pertumbuhan bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab. Semoga mobilitas terus naik, perekonomian negara semakin membaik, dan kami dapat terus bertumbuh bersama masyarakat Indonesia,” ujar Ira.
Advertisement
Cara Unilever Indonesia Hadapi Dampak Kenaikan Harga Komoditas
Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengakui ada imbas kenaikan harga komoditas saat ini. Direktur Customer Operation PT Unilever Indonesia Tbk, Enny Hartati Sampurno mengatakan, kenaikan harga komoditas mempengaruhi hingga 20 persen biaya (cost) perseroan.
"Sebenarnya harga-harga ini volatile banget, dan naiknya di luar perkiraan. Impact-nya ke Unilever Indonesia itu, sekitar 15 persen sampai 20 persen dari komponen cost kita itu terpengaruh oleh pergerakan dari harga tersebut ungkap Enny dalam wawancara eksklusif bersama PT Unilever Indonesia Tbk, Kamis (28/4/2022).
Namun demikian, Enny mengatakan perseroan telah memiliki sejumlah strategi untuk memitigasi pembengkakan biaya akibat kenaikan harga komoditas.
Salah satunya dengan melakukan penghematan internal dari seluruh lini usaha perseroan hingga 9 persen pada 2022. Angka itu naik sekitar dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya, di mana perseroan melakukan penghematan biaya di kisaran 5 persen.
"Jadi kalau di tahun-tahun sebelumnya, setiap tahun kita harus save sekitar 4-5 persen dari cost. Target saving tahun ini dinaikkan cukup tinggi, 7–9 persen,” kata Enny.
Selain itu, perseroan juga melakukan penghematan eksternal. Yakni bekerja sama dengan supplier dalam rangka mendapatkan alternatif dari bahan baku. Di saat bersamaan, Unilever Indonesia berupaya untuk tidak membebankan kenaikan tersebut seluruhnya kepada konsumen.
“Kita tidak akan pass on a whole of kenaikan commodity cost itu kepada konsumen,” ujar dia.
Kinerja Kuartal I 2022
Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan laporan kinerja keuangan untuk kuartal I 2022. Setelah dua tahun menghadapi berbagai tantangan selama pandemi Covid-19, Unilever Indonesiaberhasil mencetak kinerja positif pada awal 2022.
Pada kuartal I 2022, perseroan mencatat penjualan bersih Rp 10,8 triliun. Penjualan domestik tumbuh sebesar 5,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Perseroan juga berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 19 persen yoy dengan membukukan laba sebesar Rp 2 triliun.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 28 April 2022, Perseroan juga mencatat laba Rp 2,02 triliun pada kuartal I 2021. Laba perseroan tumbuh 19,02 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,69 triliun. Laba per saham dasar naik menjadi Rp 53 pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 45.
Sementara itu, laba bruto susut 2,22 persen menjadi Rp 5,27 triliun selama tiga bulan pertama 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,39 triliun. Perseroan menekan beban pemasaran dan penjualan menjadi Rp 1,98 triliun pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,17 triliun.
Beban umum dan administrasi susut dari Rp 994,71 miliar pada kuartal I 2021 menjadi Rp 651,98 miliar pada kuartal I 2022. Namun, beban lain-lain naik menjadi Rp 1,2 miliar pada kuartal I 2021 dari sebelumnya Rp 417 juta. Dengan demikian, laba usaha naik 18,57 persen dari Rp 2,22 triliun pada kuartal I 2021 menjadi Rp 2,63 triliun pada kuartal I 2022.
Total ekuitas perseroan naik menjadi Rp 6,38 triliun pada Maret 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 4,32 triliun.
Total liabilitas turun menjadi Rp 14 triliun pada Maret 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 14,74 triliun. Perseroan mencatat aset naik menjadi Rp 20,39 triliun pada kuartal I 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 19,06 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 552,73 miliar pada 31 Maret 2022.
Advertisement