Liputan6.com, Jakarta - Agam adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Penamaan kabupaten ini didasari oleh Tambo, di mana sebelumnya beberapa nagari yang berada dalam kawasan kabupaten ini sekarang, dahulunya dikenal juga dengan nama Luhak Agam.
Kata agam dalam bahasa Minang hanya merujuk kepada nama suatu kawasan, tetapi jika dirujuk dari bahasa Ibrani, dapat berarti danau atau kolam atau juga serumpun dengan kata agamon yang berarti alang-alang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1998, ditetapkan pada 7 Januari 1998, ibu kota kabupaten Agam yang tadinya berada di Bukittinggi secara resmi dipindahkan ke Lubuk Basun.
Kabupaten Agam memiliki 16 kecamatan dan 82 nagari dengan jumlah penduduk 524.906 jiwa pada 2017. Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Agam. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Agam yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
Baca Juga
Advertisement
1. Kondisi Geografis
Pulau Tangah dan Pulau Ujung adalah dua pulau yang ada di Kabupaten Agam. Kabupaten ini memiliki garis pantai sepanjang 43 km dan sungai berukuran kecil yang bermuara di Samudera Hindia, seperti Batang Agam, dan Batang Antokan.
Di kabupaten ini menjulang dua gunung, yaitu gunung Marapi di kecamatan Banuhampu dan gunung Singgalang di kecamatan IV Koto yang masing-masing memiliki tinggi 2.891 meter dan 2.877 meter. Selain itu, membentang pula sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, yaitu danau Maninjau yang memiliki luas 9,95 km persegi.
Lebih dari 38 persen luas Kabupaten Agami merupakan daerah yang masih ditutupi hutan lebat. Hutan-hutan tersebut, selain menjadi cadangan persediaan air, merupakan suaka bagi berbagai hewan yang dilindungi, di antaranya harimau Sumatra, rusa, kijang, siamang, dan berbagai jenis burung seperti burung kuau, burung muo, burung ketitiran, burung pungguk, dan burung balam.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Masjid Bingkudu
Masjid Bingkudu atau Masjid Jamik Bingkudu adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan oleh kaum Padri di tengah kecamuk perang Padri di Sumatra Barat pada 1823. Masjid dengan arsitektur khas Minangkabau ini terletak di Jorong Bingkudu, Nagari Canduang Koto Laweh, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.
Saat mulai didirikan, bangunan masjid ini terbuat dari bahan kayu, mulai dari lantai, tiang, hingga dinding masjid. Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam dan sarana pendidikan agama bagi pelajar, masjid ini juga dijadikan cagar budaya pada 1989 yang banyak dikunjungi wisatawan.
Tempat wudu masjid ini berbentuk persegi panjang yang dibuat terpisah dari bangunan utama di selatan. Di sekitarnya terdapat tiga kolam ikan. Tidak jauh dari kolam-kolam tersebut, terdapat makam Syeikh Ahmad Taher, ulama setempat yang dikenal sebagai pendiri sekolah pendidikan Islam Madrasah Ulumi Syriah.
Advertisement
3. Kampung Inggris
Pemerintah Kabupaten Agam menetapkan Nagari Lawang, Kecamatan Matur, sebagai Kampung Inggris pada 2018 lalu dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat setempat untuk menguasai bahasa asing tersebut. Penetapan kampung Inggris itu merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah di bidang pendidikan, terutama dalam penguasaan bahasa asing.
Dipilihnya Nagari Lawang, Kabupaten Agam, sebagai kampung Inggris karena warganya memiliki semangat dan keinginan kuat untuk belajar bahasa Inggris. Bupati Agam berharap masyarakat belajar bahasa asing dengan sungguh-sungguh, tetapi tetap mempertahankan bahasa ibu agar bisa menjadi kebanggaan masyarakat.
Kampung Inggris ini bukan ajang promosi wisata, melainkan industri otak bagi generasi muda untuk menyiapkan diri mampu berbahasa Inggris. Sebelum terbentuknya kampung Inggris, anak-anak dibina oleh seorang guru Kampung Inggris asal Kediri selama 40 hari. Wali Nagari Lawang Jamal Mukhtar berharap berdirinya Kampung Inggris ini akan membantu masyarakat mengaplikasikan bahasa Inggris ke dalam bahasa sehari-hari.
4. Pohon Terbesar Dunia
Sebatang pohon kayu medang (Litsea sp.) tumbuh terjaga di kawasan hutan rakyat di Jorong Ambacang, Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, sejak 562 tahun silam. Pohon itu tumbuh di hutan sekitar Danau Maninjau yang berjarak sekitar lima kilometer sebelah utara. Danau itu merupakan salah satu penyumbang sumber air bagi masyarakat.
Pohon besar yang memiliki 516 meter kubik kayu tersebut berdiameter 4,6 meter, lingkaran 14 meter, tinggi bebas cabang 34 meter dan tinggi lebih dari 50 meter. Perhitungan itu didapat berdasarkan rumus kubikasi kayu yang di lakukan Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau dengan memakai diameter dan tinggi bebas cabang.
Menurut Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau Ade Putra, pohon kayu ini merupakan yang terbesar di Indonesia, bahkan di dunia karena kayu tane mahota di Selandia Baru ukurannya hanya 4,4 meter. Pohon kayu Queets Spruce di Olympic National Park, Amerika Serikat sebagaimana dilansir Outdoor Project, tanaman ini memiliki volume batang mencapai 337 meter kubik.
Pohon kayu itu tumbuh di hutan rakyat dan terjaga dengan baik oleh masyarakat sebagai bentuk kearifan lokal dari masyarakat setempat, sehingga pohon kayu itu terjaga dengan baik sampai besar. Wakil Bupati Agam Irwan Fikri mengatakan pohon kayu terbesar di dunia itu bisa dikembangkan sebagai kampus alam dan destinasi wisata.
Advertisement
5. Bunga Rafflesia
Kabupaten Agam, Sumatera Barat bisa dibilang habitatnya bunga langka Rafflesia arnoldi. Di awal 2020, bunga itu mekar, bahkan menjadi yang terbesar di dunia. Disusul tujuh bunga bangkai lain yang mekar belakangan di Kabupaten Agam, tepatnya di Jorong Data Simpang Dingin, Nagari Paninjauan, Kecamatan Tanjung Raya.
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Resor Agam, Ade Putra mengatakan lokasi bunga langka tersebut ditemukan sejak 2018 lalu, kemudian dipantau secara berkala oleh BKSDA Resor Agam. BKSDA bersama Pemkab Agam merencanakan bunga bangkai di lokasi itu akan dikembangkan sebagai potensi wisata, sehingga masyarakat maupun wisatawan dapat melihat secara langsung bunga yang pertama kali ditemukan di Bengkulu itu.
Bunga ini termasuk tanaman yang dilindungi sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. Ade menyebut setidaknya ada 14 daerah di Ranah Minang yang menjadi lokasi tumbuhnya bunga rafflesia dengan jenis berbeda. Namun, lokasi yang paling banyak tersebar di daerah Agam, yakni 13 titik yang sebagian besar di sekeliling Danau Maninjau.
6. Kuliner khas Agam
Sumatra Barat dikenal dengan kekayaan kulinernya, termasuk Kabupaten Agam. Salah satunya adalah Baluik Lado Mudo, yaitu olahan makanan berbahan dasar belut. Makanan ini digoreng hingga teksturnya menjadi sangat renyah kemudian disajikan dengan sambal hijau. Disantap bersama dengan nasi hangat rasanya semakin nikmat.
Ada pula Cubadak Kicuah yaitu gulai yang terbuat dari daging sapi atau ikan, cubadak kicuah dengan menggunakan bahan utama buah nangka yang masih muda.
Selain itu ada Limpiang yang merupakan salah satu jajanan pasar yang menurut banyak orang tampilannya mirip seperti wingko. Limpiang terbuat dari buah pisang, tepung beras, tepung terigu, kelapa parut, susu kental manis, garam, dan vanili.
Jajanan ini juga cocok dijadikan sebagai teman untuk minum kopi. Kuliner khas lainnya adalah Itiak Lado Hijau, Palai Rinuak, Peyek Rinuak, Lelan Asam Durian, Gulai Kapalo Lauak, dan Gulai Lokan.
Advertisement