Kekhawatiran Stagflasi Bikin Rupiah Lesu ke 14.464 per Dolar AS

Kurs rupiah pagi ini bergerak melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.464 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.454 per dolar AS.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Jun 2022, 10:18 WIB
Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah masih bergerak melemah pada Rabu pagi. Pelemahan rupiah dipicu kekhawatiran terjadinya stagflasi.

Kurs rupiah pagi ini bergerak melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.464 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.454 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini karena isu stagflasi," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Rabu (8/6/2022).

Bank Dunia, dalam laporan riset yang dirilis semalam menyebut bahwa stagflasi karena kenaikan harga akibat Perang di Ukraina bisa memicu krisis keuangan di negara berkembang seperti kejadian pada 1970.

Selain itu, Bank Dunia menyebut bahwa resesi bakal sulit untuk dihindari. Untuk 2022, Bank Dunia memangkas pertumbuhan ekonomi dunia dari 4,1 persen menjadi 2,9 persen.

"Peringatan dari Bank Dunia ini bisa memberikan sentimen negatif ke nilai tukar emerging market terhadap dolar AS," ujar Ariston.

Senada dengan Bank Dunia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga memberikan peringatan soal potensi krisis keuangan akibat kebijakan pengetatan moneter AS. Indonesia dinilai juga bisa terkena getahnya.

"Selain itu, isu The Fed yang akan menaikkan kembali suku bunga acuan AS secara agresif juga masih menekan nilai tukar lain terhadap dolar AS," kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke level 14.500 per dolar AS dengan support di level 14.450 per dolar AS.

Pada Selasa (7/6), rupiah ditutup melemah 8 poin atau 0,06 persen ke posisi 14.454 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.446 per dolar AS.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Rupiah Berpotensi Melemah Rabu 8 Juni 2022

Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Pada perdagangan Selasa (7/6/2022) Rupiah ditutup melemah 8 poin walaupun sempat melemah 20 poin di level Rp 14.454. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.446.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Rabu, 8 Juni 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.440 hingga Rp 14.490,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa, 7 Juni 2022.

Secara internal, pergerakan rupiah Selasa pekan ini disebabkan oleh Indonesia yang memiliki prospek ekonomi cukup menjanjikan di tengah situasi perekonomian global saat ini yang mengalami banyak guncangan. 

Misalnya, terkait perang Rusia dan Ukraina yang akhirnya menyebabkan Ukraina membatasi ekspor sejumlah komoditas pangan. Indonesia tidak akan terimbas signifikan dengan adanya larangan ini. Hal ini terbukti dengan membaiknya PDB kuartal I 2022 sebesar 5,01 persen.

Kemudian, apabila sektor publik tidak mampu mempertahankan keamanan pangan, ada beberapa peran yang dapat dilakukan pemerintah melalui pengadaan publik (public procurement) dan kepemilikan publik (public ownership). 

Hal ini dapat dilakukan melalui reformasi kelembagaan yang tujuannya menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk pengelolaan rantai pasokan.

Selain tantangan distribusi pangan, pasar berkembang (emerging market) juga mengalami tantangan lain dalam 35 tahun terakhir.

Setiap kali Amerika Serikat (AS) menaikkan tingkat suku bunga, di mana menyebabkan volatilitas dan pasar global menekan mata uang, perekonomian negara yang bergantung pada aliran modal global menjadi sulit karena tingkat suku bunganya mengikuti tren global.

 


Didukung Harga Komoditas

Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Secara keseluruhan, meskipun tingkat suku bunga di AS naik, tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap volatilitas rupiah. Alasannya, Indonesia telah memiliki eksposur terhadap banyak komoditas, dan harga komoditas yang tinggi pun tersedia di Indonesia. 

Kendati demikian, Indonesia juga pernah mengalami beberapa masalah krisis pangan global, tetapi di saat yang bersamaan, diimbangi juga dengan ekspor gas dan minyak. Selain itu, kenaikan pajak di Indonesia yang mulai diberlakukan pada April 2022, dan menganggap kebijakan tersebut perlu untuk diterapkan. 

Rasio digit Indonesia berdasarkan perbandingan internasional sangat rendah dibandingkan AS yang hampir menyentuh 100 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan India sebesar 70 persen dari PDB, sementara Indonesia bahkan tidak menyentuh 40 persen dari PDB.


Dolar AS Menguat

Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara Rupiah ditutup melemah, dolar AS justru naik pada Selasa atas ekspektasi Federal Reserve AS akan memberikan lebih banyak kenaikan suku bunga. 

Dengan laporan pekerjaan AS yang kuat Jumat lalu menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga, investor sekarang menunggu indeks harga konsumen (CPI) AS untuk petunjuk tentang jalur kenaikan suku bunga, yang dijadwalkan Jumat ini.

Bank Sentral Eropa juga akan menurunkan keputusan kebijakannya Kamis ini dan diharapkan untuk bergabung dengan rekan-rekan global dalam bergerak untuk menekan inflasi.

Di Asia Pasifik, The Reserve Bank of Australia akan menjatuhkan putusan kebijakannya di kemudian hari, yang secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga berturut-turut untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.

Dengan inflasi yang tinggi merusak kepercayaan konsumen, Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda pada Senin menegaskan kembali komitmen yang tak tergoyahkan untuk stimulus moneter yang "kuat".  

Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya