Liputan6.com, Jakarta - Sudah lebih dari 100 hari sejak Rusia menyerbu Ukraina. Jutaan warga Ukraina telah mengungsi dan korban jiwa masih berjatuhan.
Meski demikian, Kedutaan Besar Rusia menyebut bahwa Rusia tidak menyerang warga sipil. Bukti-bukti foto dan video juga dinilai bisa menyesatkan.
Baca Juga
Advertisement
Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva menyebut menyakiti rakyat sipil bukanlah tradisi dari angkatan bersenjata Rusia. Ia mencontohkan ketika pasukan Soviet masuk ke wilayah Jerman di Perang Dunia II, namun rakyat Jerman tidak disakiti.
"Bahkan di situasi itu, angkatan bersenjata kami masuk ke wilayah Jerman, lalu tidak ada kekejian, tidak ada kekerasan terhadap rakyat sipil, warga Jerman biasa. Sebaliknya, mereka menyediakan makanan," ujar Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva di rumah dinasnya di Jakarta, Rabu (8/6/2022).
Meski demikian BBC, Al-Arabiya, hingga blog London School of Economics and Political Science (LSE) menyebut ada hingga dua juta wanita diperkosa ketika Tentara Soviet masuk ke Jerman di perang Dunia II.
Selain itu, pihak Rusia menegaskan bahwa ada misinformasi terkait serangan di pusat kota Donetsk. Pihak Rusia berkata serangan yang terjadi berasal dari lokasi yang dikontrol tentara Ukraina.
Pihak Rusia juga membantah adanya aktivitas militer di Svyatogorsk yang merupakan wilayah bersejarah.
"Kementerian Pertahanan Rusia menekankan bahwa Angkatan Bersenjata Rusia yang berlokasi di utara Svyatogorsk tidak melaksanakan operasi-operasi pertarungan di area ini dan membom wilayah Svyatogorsk Historical and Architectural Reserve," tulis keterangan dari Kedubes Rusia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Respons Kedubes Inggris di 100 Hari Invasi
Kedutaan Besar Inggris di Jakarta juga merilis pernyataan mengenai 100 hari serangan Rusia di Ukraina. Inggris berkata serangan Rusia sebagai hal "biadab dan tidak beralasan."
Pada pernyataan resmi Kedubes Inggris, Rabu (8/6/2022), ada puluhan ribu orang tewas dan lebih dari 6,8 juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina. Ada 8 juta warga Ukraina mengungsi, hampir 13 juta terdampar di zona konflik dan hampir 16 juta membutuhkan dukungan kemanusiaan.
“Invasi Putin telah membawa kematian dan kehancuran dalam skala yang tidak terlihat di Eropa sejak WW2. Perang ini memiliki konsekuensi besar bagi perdamaian, kemakmuran, dan ketahanan pangan global. Itu penting bagi kita semua," ujar Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins meminta agar komunitas internasional tetap mengingat bahwa Vladimir Putin bertanggung jawab.
"Penting untuk diingat siapa yang memikul tanggung jawab tunggal dan penuh atas krisis bahan bakar dan pangan yang menghantam ekonomi global – Putin. Invasi Putin yang agresif dan tidak beralasan melanggar prinsip dasar hukum internasional - bahwa negara memiliki kedaulatan teritorial dan hak untuk menentukan kebijakan luar negeri mereka sendiri," ujar Dubes Owen.
Advertisement
Volodymyr Zelensky: Rusia Ingin Rebut Kota Penting di Bagian Tenggara Ukraina
Sebelumnya dilaporkan, pasukan Ukraina dan Rusia terlibat dalam pertempuran di jalan-jalan di Kota Sievierodonetsk, Ukraina Timur, pada Senin (6/7), sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukan Rusia juga berniat untuk merebut kota penting di bagian tenggara, Zaporizhzhia.
Zelensky mengatakan, “Pahlawan kami tidak akan melepaskan posisi mereka di Sievierodonetsk. Pertempuran sengit di jalan-jalan berlanjut di kota itu. Lysychansk, Slovyansk, Bakhmut, Sviatohirya, Avdiivka, Kurakhove dan arah serangan Rusia lainnya menjadi titik-titik konfrontasi terpanas hari ini.”
Volodymyr Zelensky mengatakan dalam konferensi pers pada Senin (6/7) bahwa pasukan Rusia juga berniat merebut Zaporizhzhia, di bagian tenggara, agar memungkinkan mereka maju lebih dekat ke bagian tengah negara itu, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (8/6/2022).
Pemimpin Ukraina itu pada Senin (6/7) juga mengatakan ia menerima konfirmasi dari PM Inggris Boris Johnson “mengenai paket dukungan pertahanan baru yang ditingkatkan,” dan bahwa mereka berdua membahas cara-cara untuk membuka blokade pelabuhan-pelabuhan Ukraina serta menghindari krisis pangan.
Inggris pada Senin (6/7) mengumumkan pengiriman sistem roket peluncur ganda M270 yang dapat menghantam target-target berjarak 80 km.
Putin telah memperingatkan bahwa Moskow akan menghantam target-target yang belum diserangnya jika Barat melanjutkan rencana untuk mengirimkan sistem roket jarak jauh ke Ukraina.
Dubes Ukraina Vasyl Hamianin Prihatin Banyaknya Anak Jadi Korban Invasi Rusia
Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin menyampaikan situasi terkini akibat invasi Rusia yang turut menjadikan anak-anak sebagai korban jiwa.
Ia menyampaikan bahwa pada 4 Juni lalu, pihak Ukraina menggelar acara penghormatan terhadap anak-anak yang menjadi korban serangan Rusia.
"Saya akan mengatakan bahwa banyak orang yang tidak bersalah meninggal hari ini, tetapi anak-anak yang paling tidak bersalah, termasuk bayi yang sangat kecil, dibunuh, atau, atau disiksa," ujarnya dalam press briefing secara virtual yang diikuti Liputan6.com, Senin (6/6).
"Dan dalam tiga bulan terakhir, lebih dari 260 anak Ukraina meninggal, seperti yang dilaporkan dan dicatat. Namun, kami menduga ada lebih banyak lagi," ujarnya lagi.
Ia menambahkan bahwa hampir 500 anak juga terluka. "Fakta tersebut melukai kami, bahwa lebih dari 100.000 warga sipil tewas selama penghargaan tiga bulan ini," tambahnya lagi.
Bahkan, ia mengungkapkan bahwa masih banyak korban yang tertimbun bangunan akibat serangan Rusia ke Ukraina sehingga tidak ketahuan jumlah pastinya.
Advertisement