Alasan Golden Eagle Energy Absen Bagikan Dividen 2021

PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) memutuskan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2021.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 09 Jun 2022, 07:01 WIB
Paparan publik PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT), Selasa (24/8/2021) (Dok: Liputan6.com/Pipit Ika Ramadhani)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) pada Selasa, 7 Juni 2022 memutuskan tidak membagikan dividen 2021. RUPST tersebut meyetujui penetapan dana cadangan sebesar Rp6 miliar, dan sisa laba ditempatkan sebagai laba ditahan. 

Berdasarkan keterangan resmi, ditulis Kamis (9/6/2022), perseroan belum membagikan dividen atas laba bersih tahun buku 2021. Hal itu karena Golden Eagle Energy masih perlu memperkuat struktur modal kerja dan likuiditasnya agar tetap bisa memanfaatkan momentum kenaikan harga dan permintaan batubara yang saat ini masih tinggi.

"Perseroan juga perlu meyakini bahwa pembayaran utang bank yang dipercepat sebagaimana disyaratkan dalam perjanjian dapat terpenuhi,” kata Direktur Utama PT Golden Eagle Energy Tbk, Roza Putra Permana dalam keterangan resminya, ditulis Rabu (8/6/2022).

Di  sisi lain, selama 2021, perseroan mencatatkan seluruh penjualan ke pasar domestik dengan nilai sebesar Rp 508 miliar atau mengalami kenaikan 143 persen dibandingkan 2020. Pertumbuhan signifikan ini terutama disebabkan  oleh peningkatan harga jual rata-rata dan volume penjualan batu bara sepanjang 2021. 

Sejalan dengan pertumbuhan penjualan tersebut, perseroan juga membukukan laba bersih sebesar Rp250 miliar pada 2021, atau meningkat signifikan bila dibandingkan dengan rugi bersih sebesar Rp23 miliar pada 2020.

Tak hanya itu, RUPST menyetujui berakhirnya masa jabatan seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi, kemudian disertai dengan pengangkatan kembali Roza Permana Putra dan Erwin Sudjono masing-masing sebagai Direktur Utama dan Komisaris Independen. 

RUPST juga mengangkat Rizki Indrakusuma sebagai Komisaris Utama dan Iwan sebagai direktur, dengan perubahan tersebut, maka susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan efektif setelah RUPST menjadi sebagai berikut:

Dewan Komisaris:

Komisaris Utama : Rizki Indrakusuma

Komisaris Independen : Erwin Sudjono

Direksi:

Direktur Utama : Roza Permana Putra

Direktur : Iwan

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Prospek Usaha

PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) sukses menjalankan beberapa langkah strategis di saat momentum harga dan permintaan batu bara sedang tinggi-tingginya di 2021. (Dok. SMMT)

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan konsolidasian kuartal I 2022 yang disampaikan kepada Bursa pada akhir Mei 2022, perseroan mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih masing-masing sebesar 157 persen dan 713 persen dengan penjualan neto mencapai Rp 210 miliar. 

Sedangkan, tren harga dan permintaan batu bara yang tetap tinggi sampai saat ini masih menjadi faktor pendorong atas pencapaian pada kuartal I 2022.

“Melihat pencapaian penjualan dan produksi selama kuartal I 2022 yang telah melampaui target yang ditetapkan di awal tahun, perseroan berencana mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Tahunan kepada ESDM untuk menaikkan kuota produksi sekitar 30 persen untuk tahun 2022,” kata Roza Putra Permana.

Dia menambahkan, perseroan juga berencana untuk menghidupkan kembali penjualan ekspor ke kawasan Asia yang sempat vakum pada 2021. 

“Tentunya hal ini telah mempertimbangkan pemenuhan DMO yang diwajibkan oleh pemerintah," ujar Roza.

 


Gerak Saham SMMT

Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pada penutupan perdagangan Rabu,8 Juni 2022, saham SMMT melemah 6,78 persen ke posisi Rp 1.100 per saham. Saham SMMT berada di level tertinggi Rp 1.185 dan terendah Rp 1.100 per saham. Total volume perdagangan 9.685.300 saham dan nilai transaksi Rp 10,8 miliar. Total frekuensi perdagangan 2.968 kali.

Koreksi saham SMMT itu terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menghijau.IHSG naik 0,73 persen ke posisi 7.193,31. Indeks LQ45 menguat 1,04 persen ke posisi 1.041,60. Sebagian besar indeks acuan menghijau.

Pada Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.220,08 dan terendah 7.102,86. Sebanyak 235 saham menguat dan 296 saham melemah. 162 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.577.701 kali dengan volume perdagangan 28,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 17,3 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 566,71 miliar.

Sepanjang 2022,saham SMMT melonjak 444,55 persen ke posisi Rp 1.100 per saham. Saham SMMT berada di level tertinggi Rp 1.3365 dan terendah Rp 193 per saham. Total volume perdagangan 5.802.491.938 saham dengan nilai transaksi Rp 3,8 triliun. Total frekuensi perdagangan 874.337 kali.


Direktur SMMT Beli Saham SMMT Rp 13,3 Miliar

Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Direktur PT Golden Eagle energy Tbk (SMMT), Abed Nego membeli saham Perusahaan senilai Rp 13,3 miliar. Pembelian saham tersebut terdiri dari 132.874.000 dengan harga pembelian Rp 100 per saham.

"Tujuan dari transaksi yakni untuk menindaklanjuti kepemilikan saham secara tidak langsung melalui beberapa entitas sebagai partisipasi kami di program Tax Amnesty,” ujar Abed dalam keterbukaan Informasi Bursa, Selasa (4/1/2022).

Transaksi tersebut telah dilakukan pada 24 Desember 2021 dengan status kepemilikan langsung. Setelah transaksi, Abed kini genggam 2.635.030.695 lembar saham SMMT atau 83,65 persen, dari sebelumnya 2.502.156.695 lembar saham atau 79,43 persen.

Hingga kuartal III 2021, SMMT mencatatkan penjualan sebesar Rr 325,98 miliar. Naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang saham tahun sebelumnya sebesar Rp 140,41 miliar.

Namun sejalan dengan kenaikan tersebut, beban pokok penjualan juga mengalami kenaikan hingga Rp 237,54 miliar. Sehingga Perseroan mencatatkan laba bruto Rp 88,44 miliar, naik signifikan dibandingkan periode 9 bulan di 2020 yang hanya sebesar Rp 10,52 miliar.

Dari raihan itu, Golden Eagle Energy berhasil membalikkan keadaan dengan mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 120,5 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi Rp 12,92 miliar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya