Lawan Penyakit Mulut dan Kuku Hewan, Impor 3 Juta Vaksin Tiba Pekan Depan

Kementan menyebut 3 juta dosis impor vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan kurban akan segera tiba di tanah air minggu depan.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Jun 2022, 14:10 WIB
Pekerja memerah susu sapi di salah satu peternakan sapi perah kawasan Duren Tiga, Jakarta, Rabu (25/5/2022). Menurut pekerja, isu wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) akhir-akhir ini tidak berpengaruh terhadap penjualan susu sapi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut 3 juta dosis impor vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan kurban akan segera tiba di tanah air minggu depan. Vaksin tersebut kabarnya diperoleh dari berbagai negara.

“Vaksin minggu depan udah datang, jawaban ini virus kan vaksin seperti covid-19. kami terus berupaya dipercepat, untuk awal ya mungkin sekitar lebih dari 3 jutaan dosis, dari berbagai sumber, anggarannya saya tidak hapal,” kata Nasrullah saat ditemui di gedung Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, di Jakarta, Kamis (9/6/2022).

Dia menjelaskan, nanti satu hewan ternak akan disuntik satu dosis. Hewan ternak yang disuntik itu diantaranya hewan ternak yang sehat di wilayah wabah, sementara hewan ternak di luar wilayah wabah tidak akan divaksin.

“Insya Allah obat-obatan juga kita drop terus menerus dan kita juga perlu dukungan Pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten. Kemudian ini juga tidak menular ke manusia, dagingnya bisa dimakan,” ujarnya.

Nasrullah menegaskan, Kementan sangat serius menangani PMK ini. Pihaknya akan terus berusaha semaksimal mungkin agar hewan ternak di wilayah wabah tersebut bisa ditangani

“Kita ga main-main. dan telah berupaya semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan, kita lakukan untuk itu. Kedua, bahwa penanganan ini tentunya mempunyai potensi-potensi yang kelihatan menuju  ke arah kesembuhan,” ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Telah Menyebar

Sejumlah sapi terlihat di salah satu peternakan sapi perah kawasan Duren Tiga, Jakarta, Rabu (25/5/2022). Menurut pekerja, isu wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) akhir-akhir ini tidak berpengaruh terhadap penjualan susu sapi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Diketahui, sebelumnya penyakit mulut dan kuku telah menyebar ke belasan provinsi di Indonesia. Data Kementerian Pertanian pada 22 Mei 2022 menyebut, sebanyak 16 provinsi dan 82 kabupaten/kota terjangkiti penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak dengan total 5.454.454 ekor terdampak dan 20.723 ekor sakit.

Semula, penyakit yang mengintai hewan ternak berkuku belah itu hanya mewabah di Provinsi Jawa Timur dan Aceh pada awal Mei 2022.

Nasrullah pun menegaskan, Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi tidak berbahaya bagi manusia, namun menjadi salah satu penyakit hewan menular paling berbahaya pada sapi. Penyakit tersebut juga memiliki daya tular yang sangat cepat. 


Penyakit Mulut dan Kuku Bikin Sapi Tak Produktif

Kementan gerak cepat untuk mengendalikan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang merebak pada hewan ternak.

Penyakit mulut dan kuku telah menyebar ke belasan provinsi di Indonesia. Data Kementerian Pertanian pada 22 Mei 2022 menyebut, sebanyak 16 provinsi dan 82 kabupaten/kota terjangkiti penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak dengan total 5.454.454 ekor terdampak dan 20.723 ekor sakit. Semula, penyakit yang mengintai hewan ternak berkuku belah itu hanya mewabah di Provinsi Jawa Timur dan Aceh pada awal Mei 2022.

Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi tidak berbahaya bagi manusia, namun menjadi salah satu penyakit hewan menular paling berbahaya pada sapi. Penyakit tersebut juga memiliki daya tular yang sangat cepat, seperti disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jawa Timur drh Deddy F Kurniawan.

"Penyakit mulut dan kuku ini memang faktanya menjadi salah satu penyakit sapi yang paling ditakuti di dunia," ujar Deddy di Jakarta, Senin (30/5/2022).

Sapi yang tertular PMK akan mengalami luka lesi atau lepuh pada bagian mulut, puting dan sekitar kuku kaki dalam waktu kurang dari sepekan. Kondisi tersebut akan menyulitkan sapi untuk makan dan minum.

"Sapi yang tadinya demam sampai muncul lesi-lesi itu butuh waktu kurang dari seminggu saja. Jadi ini begitu cepat ya efeknya," kata Deddy.

Jika kondisi tersebut tidak segera ditangani, sapi dapat berujung kematian karena mengalami kekurangan nutrisi.

Penyakit mulut dan kuku disebabkan oleh virus dari family Picornavirdae yang ditularkan melalui secara langsung maupun tak langsung pada hewan ternak berkuku belah seperti sapi, kambing, domba, kerbau, dan babi.

Deddy mengatakan, PMK dapat ditularkan melalui semua jalur yakni melalui udara (airborne) dan seluruh sekresi cairan sapi baik itu lendir, urine, feses, susu ataupun cairan dari lepuh pada mulut dan kaki sapi serta melalui benda yang terkontaminasi virus.

"Itu semuanya mengandung virus," kata Deddy. 


Tidak Menular pada Manusia

Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (31/5/2022). Maraknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak seperti sapi dan kambing sejak beberapa waktu lalu, serta ditambah masih tingginya harga berimbas pada merosotnya penjualan daging di Pasar Senen hingga 50 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Meski disebarkan oleh virus, penyakit mulut dan kuku bukanlah penyakit zoonosis. Artinya penyakit tersebut tidak menular pada manusia.

"Semua ahli sepakat menyatakan bahwa penyakit mulut dan kuku pada sapi ini bukan zoonosis. Jadi tidak akan menyebabkan penularan ke manusia," jelas Deddy.

Oleh karena itu, masih sangat aman bagi manusia untuk mengonsumsi susu atau pun daging sapi, kambing, domba, kerbau.

Meski diketahui PMK tidak bersifat zoonosis atau menular pada manusia, PMK berdampak terhadap sosial ekonomi masyarakat.

"Bukan hanya terhadap peternaknya saja, tapi juga secara tidak langsung terhadap masyarakat yang menjadi konsumen dari produk-produk (ternak)-nya," Deddy menjelaskan.

PMK pada sapi berdampak sangat besar pada kerugian ekonomi peternak. Kerugian tersebut antara lain berasal dari penurunan berat badan, produktivitas susu, biaya pengobatan, kematian hingga jumlah sapi yang harus di-afkir guna menghindari kerugian ekonomi lebih lanjut.

Indonesia tercatat memiliki 17 juta ekor sapi dan saat ini masih mempunyai ketergantungan tinggi terhadap daging dan susu impor. Gangguan terhadap nilai ekonomi ini akan menyebabkan ancaman terhadap mata pencaharian peternak, khususnya peternak mikro. 

Infografis Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya