Menko Luhut: 55 Tahun Freeport Ada di Indonesia Tak Berikan Nilai Tambah

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut tambang yang dikelola Freeport tak memberikan nilai tambah.

oleh Arief Rahman H diperbarui 09 Jun 2022, 14:30 WIB
Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut tambang yang dikelola Freeport tak memberikan nilai tambah. Ini menyoal perhatiannya terhadap hilirisasi tambang.

"Memang kita bertahun-tahun ini, coba lihat Freeport, 55 tahun, apa nilai tambah dari sana? Coba kita renungkan baik-baik, gak ada," kata Menko Luhut dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI dengan Menko Marves, Kamis (9/6/2022).

Perlu diketahui, pemerintah saat ini menaruh perhatian terhadap hilirisasi bahan tambang. Salah satu prioritasnya adalah nikel sebagai bahan baku baterai mobil listrik.

Menko Luhut sendiri telah menjajaki berbagai peluang kerja sama untuk adanya investor untuk melirik hilirisasi nikel di Indonesia. Di sisi lain, upaya ini juga dinilai membawa nilai tambah yang besar.

Diketahui, tambang nikel terbesar berada di daerah Morowali, Sulawesi Tengah. Menko Luhut melirik, tempat itu akan jadi pusat hilirisasi nikel.

"Saya sekarang di bully habis itu mengenai Morowali. Sekarang salah satu motor kita Morowali dan sekitarnya itu ada 7 atau 8, itu yang membuat ekonomi baik, itu baru satu putaran," katanya.

Selain itu, kawaaan industri di Kalimantan Utara juga jadi senjata Menko Luhut guna menarik investasi. Kawasan ini lagi-lagi akan digunakan untuk hilirisasi baterai listrik.

"Ini sekarang baru, USD 132 miliar (investasi) tahun ini sampai 2029, bapak bisa bayangkan angka itu bukan angka kecil," katanya.

Di kawasan ini akan dibangun industri terkait green aluminium, steel, polysilicon, graphite. Lalu, new energy battery (nickel based dan LFP), petrokimia, serta solar panel.

 


Produksi Baterai

Warna biru itu merupakan baterai di mobil listrik (Foto: Electrek).

Lebih lanjut, Menko Luhut menyebut Indonesia akan menempati posisi sebagai produsen baterai kendaraan listrik terbesar. Ini bisa dicapai dengan adanya hilirisasi iron steel.

Guna mencapai tujuan sebagai produsen, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan guna melengkapi prosesnya. Yakni, proses suplhide ares, considerate, nickel metal, nickel chemical dan dengan output batteries.

Ia menyebut, proses yang digambarkan berwarna merah dalam bahan presentasinya ini akan selesai sekitar kuartal I atau kuartal II 2024 mendatang.

"Dan kita tahun 2027 akan produksi lithium baterai kalau gak salah nomor 1 atau nomor 2 (di dunia)," katanya.

"Karena kita punya semua, ada CATL, ada LG, insyaAllah ada Tesla. Semua pemain besar ini, ada di kita," tambahnya.

 


Dongkrak Ekspor

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dengan demikian ia menyebut itu akan berdampak pada meningkatnya nominal dari ekspor. Baik dari sisi kategori iron and steel, maupun secara keseluruhan.

Ia memprediksi, capaian ekspor untuk Iron and Steel akan mencapai USD 28,5 miliar. Dengan realisasi hingga saat ini sebesar USD 9,5 miliar.

"Dan kalau sampai ke luthium battery, saya kira ekspor kita tahun lalu USD 232 miliar mudah kita dapat dekat (mendekati) USD 400 miliar," katanya.

"Jadi artinya ekonomi kita sangat baik," tukasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya